Part. 1 #Kim Jisoo

648 33 0
                                    

Namaku Kim Jisoo, saat ini aku berumur 24 tahun.

Umumnya pada usia 24 tahun orang-orang sudah paham arti kehidupan, mereka akan mencari kemapanan serta mencari pasangan untuk mereka nikahi.

Tapi tidak denganku, saat ini aku justru sengaja mengurung diriku sendiri dirumah sakit jiwa, yaps rumah sakit jiwa, kalian tidak salah baca.

Bukan sebagai perawat atau dokter karena hidupku tidak seberuntung itu.

Aku disini hanya sebagai pasien senior yang telah menjalani 17 tahun perawatan, haha.. ya selama itu aku disini, tapi apakah aku gila?

Jawabannya adalah tidak! lalu bagaimana aku bisa berada disini?

Ini kisahku yang akan aku bagikan kepada kalian, dan aku ingatkan perkenalan ini sangat panjang, maka itu aku harap kalian tidak akan jenuh mendengarkan kisahku ini.

Walau aku terlahir dari keluarga miskin, namun beruntungnya aku masih mempunyai kedua orangtua yang utuh serta memiliki seorang kakak perempuan yang cantik dan juga pintar.

Ibu dan ayahku adalah pekerja keras, mereka bekerja dari pagi buta sampai malam menjelang tiba, mereka kembali ke rumah hanya untuk beristirahat sejenak kemudian akan pergi lagi sebelum aku dan kakakku bangun, kami hampir tidak pernah memiliki waktu untuk sekedar mengobrol dan berbasa-basi.

Aku yang saat itu masih berumur 6 tahun telah menjadi tanggung jawab kakakku yang bernama Irene, dialah yang mengurus dan menjagaku selama orang tuaku pergi bekerja, Irene menjagaku dengan sangat baik dan penuh kasih sayang, karena itulah aku merasa baik-baik saja walaupun disepanjang hari aku tidak bertemu dengan ayah dan ibuku.

Karena keadaan buruk ini, irene menjadi sangat dewasa dibandingkan umur aslinya, saat itu dia hanya seorang anak perempuan berusia 12 tahun, tapi watak dan sifatnya seperti wanita yang sudah berumur 20 tahun saja, itu hampir 2x lipat dari usia sebenarnya, entah aku harus merasa sedih atau bangga melihat pertumbuhannya yang begitu cepat itu.

Namun tahun-tahun berlalu, kerja keras kedua orangtuaku tidak bisa sedikitpun menggeser kami dari garis kemiskinan, keringat mereka sangat murah, tenaga mereka rasanya hanya terbuang sia-sia, ketika berada dirumah baik ayah maupun ibuku akan saling berteriak satu sama lain beradu kata "capek dan lelah" sebelum akhirnya mereka tertidur berselimut amarah.

***

Dan pagi ini cuaca cukup dingin, aku terbangun karena perutku mulai merasa lapar, aku menoleh ke samping memeriksa kakakku, rupanya dia sudah bangun lebih awal, aku segera beranjak dan merapihkan kasur lipatku, mensejajarkannya dengan rapih bersama kasur milik Irene, dia yang mengajariku membereskan tempat tidur, kakak yang baik bukan?

"Kakak!" Aku memanggil kakakku mencari dimana keberadaannya, rumah kami sangat kecil karena itu dia pasti bisa mendengar teriakanku jika tidak sedang berada jauh dari rumah.

"Kakak disini Jisoo, Kemarilah!" Teriak Irene dari arah belakang rumah, aku tersenyum lega mendengar suaranya, dengan sedikit berlari kecil aku pun menghampirinya.

Aku melihat Irene meniup-niup tungku yang sedang menyala, dapur kami berada diluar dan sengaja dipisah dari bangunan utama, Irene bilang itu karena Ayah dan Ibu berusaha menghindari musibah yang lebih besar jika terjadi kebakaran, berjaga-jaga saja agar tidak merembet kebangunan utama, meninggalkan anak kecil dan mengizinkannya memasak sendiri memang sangat beresiko bukan?

"Kakak sedang masak apa?" Tanyaku penasaran, kemudian aku pun duduk disebelahnya.

"Kakak sedang memasak bubur." Jawab Irene, tangannya masih sibuk mengaduk-aduk kuali.

"Huuhh.. bubur lagi?" Keluhku.

"Mau bagaimana lagi, Ibu belum membeli bahan makanan lain." Aku cemberut mendengar penjelasan Irene.

Crazy in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang