Part. 17 #Love is Problem

233 27 4
                                    

AUTHOR POV

Setelah pulang dari kunjungan keluarga Chaeyoung tidak berhenti menangis, sebagai pacar yang baik Jisoo selalu ada disisi Chaeyong sebagai sandaran.

Dia membiarkan kekasihnya itu menangis tanpa bertanya apapun, Jisoo bisa menebak apa yang telah terjadi pada Chaeyoung.

Sedari awal Jisoo sudah tahu bahwa kedua orang tua Chaeyoung akan datang menjemputnya setelah dia melahirkan sesuai apa yang dokter Gong-yoo katakan dulu.

Jisoo memang sengaja merahasiakan hal itu dari Chaeyoung agar kekasihnya itu tidak memikirkan hal-hal yang tidak penting selama kehamilannya demi kesehatan si janin.

Selama kekasihnya menangis tangan Jisoo tidak sekalipun beranjak dari bahu Chaeyoung, ibu jarinya terus aktif mengelus pundak Chaeyoung sebagai pengingat bahwa Jisoo akan selalu ada dan perduli padanya, sesekali Jisoo juga mencium ujung kepala Chaeyong berharap kekasihnya itu lekas tenang.

"Aku akan mengambilkan air untukmu.." Ucap Jisoo setelah dirasa Chaeyoung sudah cukup tenang, dia kemudian beranjak untuk mengambil air minum.

"Baby, minum ini.." Jisoo menyerahkan sebuah gelas berisi air minum untuk Chaeyoung, tidak ingin mengecewakan kekasihnya Chaeyoung pun menerima air itu lalu meminumnya beberapa teguk.

"Sudah merasa tenang?" Tanya Jisoo lembut, Chaeyong mengangguk dengan lemah.

"Aku siap mendengarkan jika kamu ingin berbagi masalah denganku baby.. " Kata Jisoo, namun Chaeyong tetap diam saja.

"Tidak apa-apa kalau kamu belum siap bercerita padaku.. kemarilah aku ingin memelukmu.." Ucap Jisoo dengan penuh kesabaran, Chaeyoung langsung masuk ke dalam pelukan Jisoo, dia kembali menangis karena terharu dengan segala kebaikan dan perhatian yang Jisoo berikan padanya.

"Yak! Chaeyoung.. berhentilah menangis.. lebih baik katakan saja apa masalahmu.. kamu membuatku pusing." Seloroh Seulgi, dia sudah capek melihat Chaeyoung menangis, oh bukan.. sebenarnya Seulgi jengah dan iri melihat kemesraan yang Jisoo tunjukan pada Chaeyong, hal itu membuat Seulgi semakin merindukan Irene yang jauh disana.

"Diamlah Seulgi, jangan menggoda pacarku, biarkan dia menangis.. memangnya apa yang bisa dia lakukan selain menangis." Bela Jisoo.

"Makanya aku sarankan dia untuk berbagi masalahnya agar perasaannya lega." Omel Seulgi.

"Aishh kamu ini.. Menyingkirlah.. mungkin pacarku enggan berbagi karena ada kamu disini." Ucap Jisoo sebal, dia tidak suka Seulgi terus mengomentari kekasihnya yang sedang bersedih.

"Huuhh.. tetap saja ujung-ujungnya aku juga yang diusir, ya sudahlah lagi pula aku juga mau menelpon pacarku, jika Jiro menangis susul saja aku, aku ada di depan.." Ujar Seulgi dengan sedikit kesal, setelah itu dia keluar meninggalkan Jisoo dan Chaeyoung berdua di dalam kamar, maksudnya bertiga dengan bayi Jiro.

Sedangkan Jennie tidak kelihatan batang hidungnya sejak tadi, dia kembali ke kamar hanya untuk mengantar Chaeyoung saja setelah itu Jennie pergi lagi entah kemana.

"Baby.. andai ada yang bisa membuatmu berhenti menangis katakan saja padaku, aku pasti akan melakukannya untukmu." Ucap Jisoo pada Chaeyong yang sedang berada dipelukannya.

Chaeyoung mendongakkan kepalanya, dia menatap mata Jisoo dengan intens.

"Baby, apa kamu tidak berniat keluar dari sini?" Tanya Chaeyoung pada Jisoo.

"Belakangan ini aku sering memikirkan hal itu, entahlah aku masih ragu-ragu dengan keputusanku." Jawab Jisoo, sejak bayi Jiro lahir ke dunia, Jisoo selalu memikirkan akan bagaimana hubungan mereka untuk ke depannya, tapi sampai sekarang Jisoo belum juga mengambil keputusan.

Crazy in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang