بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ~ Happy Reading ~
•••••
Suasana pagi hari yang berbeda dari sebelumnya. Cuaca yang mendung, dan matahari yang tertutup oleh awan.
Aqila yang baru saja kehilangan kedua orang tuanya sangat terpukul. Bahkan, untuk makan saja, Aqila tidak mau.
Sudah sekitar satu jam mereka berada di pemakaman kedua orang tua Aqila. Dengan setia, Gus Alfatih pun menemani Aqila.
Kyai Adam dan Nyai Zamira pun sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu sehingga meninggalkan mereka berdua di sana.
"Habibi .... Bunda sama Ayah kenapa ninggalin Qila?" gumamnya.
"Humaira, sabar ya. Ini semua sudah menjadi takdir, kita gak bisa buat apa-apa, saya paham kok, pasti kamu merasa sangat terpukul. Sedih boleh sayang. Tapi, jangan terlalu lama, gak baik," ujar Gus Alfatih.
Bukannya tenang, justru tangisan Aqila semakin deras. Hingga tiba-tiba, ia jatuh begitu saja. Melihat itu, Gus Alfatih dengan sigap pun segera mengangkat Aqila.
"Ya Allah, Humaira." Gus Alfatih pun segera membawa Aqila ke dalam mobilnya untuk pergi ke rumah sakit.
Ya, Aqila pingsan begitu saja.
****
"Gimana keadaan istri saya, Dok?" Tanya Gus Alfatih.
"Alhamdulillah, istri Bapak, baik-baik saja. Tapi, ada yang mau saya bicarakan sama Bapak," jawab Dokter tersebut.
"Bicara apa ya Dok?"
Sebelum menjawab, Dokter tersebut tersenyum, "Selamat ya Pak, istri Bapak sedang mengandung."
Gus Alfatih membungkam mulutnya sendiri tidak percaya, "B-beneran Dok?"
"Iya benar, Pak"
"Alhamdulillah ya Allah"
Setelah itu, Gus Alfatih pun segera menghampiri Aqila dan segera pergi ke administrasi.
Hingga saat mereka sedang berada di mobil, Aqila hanya merenung. Entah apa yang ada dipikirannya.
"Habibi, aku bingung," ujarnya membuka suara.
Gus Alfatih pun melirik Aqila singkat lalu fokus melihat ke depan lagi untuk menyetir, "Bingung kenapa?" Tanyanya.
"Aku masih sedih karena Bunda sama Ayah. Tapi, disisi lain aku juga seneng karena aku hamil. Aku gak tau, harus seneng apa sedih,"
Mendengar itu, Gus Alfatih segera menepikan mobilnya dan menatap Aqila lalu mengambil kedua tangannya untuk ia genggam.
"Humaira, saya paham perasaan kamu. Bunda sama Ayah kalo tau kamu nangis, pasti mereka ikut sedih, Humaira. Mungkin, bayi kecil itu sudah Allah berikan biar kamu gak merasa sedih lagi, sayang."
Tangan Gus Alfatih tergerak untuk menghapus air mata Aqila yang membasahi pipinya, "Sudah ya, kamu jangan menangis. Saya selalu ada di sini untuk kamu. Oiya, katanya mau ke rumah Kanaya, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqila Alfatih
SpiritualFollow dulu sebelum baca!! Tentang Rana Aqila Humaira, gadis yang selalu saja mendekati zina dengan pacarnya, hingga kedua orang tuanya memutuskan untuk memindahkan anaknya ke dalam pesantren Al Ihsan. Hingga secara tidak sengaja ia dipertemukan de...