AQAL - 29

1.6K 143 7
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

~ Happy Reading ~

•••••

Lima bulan telah berlalu begitu cepat, usia kandungan Aqila pun sudah memasuki trimester kedua. Pada kehamilannya yang kedua ini, ia lebih sering mudah sakit.

Kini Aqila dan Gus Alfatih tengah di makam anaknya yang sempat keguguran. Aqila memandangi batu nisan itu dengan tatapan kosong. Setelah ia dari makam kedua orang tuanya, mereka pergi ke makam ini.

Gus Alfatih hanya memandangnya dengan tatapan sendu, setiap ia kembali ke sini, rasanya hatinya itu kembali sedih, mengingat kejadian yang telah lalu.

"Sayang, jangan diam, saya takut nanti kamu kerusupan," celetuk Gus Alfatih.

Kerusupan?

Bukankah yang benar itu, kesurupan? Lantas, mengapa Gus Alfatih berucap kerusupan?

"Hah? Kesurupan kali ah!" seru Aqila.

"Iya itu maksud saya, maaf salah."

Setelah itu, Aqila kembali memandang makam buah hati kecilnya itu dan menaburkan bunga yang telah ia bawa.

****

"Humaira, kamu gapapa kan, sendiri dulu?" Tanya Gus Alfatih yang tengah bersiap untuk mengajar para santri.

Aqila pun tersenyum tipis, "Iya, gapapa kok. Tapi nanti kalo udah selesai, langsung pulang ya"

Gus Alfatih mengusap puncak kepala Aqila dengan lembut, "Iya, nanti saya langsung pulang"

Setelah itu, Aqila dan Gus Alfatih pun berjalan ke arah luar, Aqila segera mencium punggung tangan suaminya itu.

"Saya pamit ya, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Setelah ia sudah tidak melihat Gus Alfatih, ia segera masuk kembali ke dalam rumahnya. Namun, langkahnya terhenti saat seseorang memanggil namanya.

"Aqila," panggil orang itu.

Aqila mengerutkan dahinya, "Iya, kenapa?" Tanyanya dengan malas.

"Boleh ngomong sebentar?" Tanya orang itu.

"Mau nanya apa?" Tanya Aqila balik. Ia sangat malas jika bertemu dengan orang ini. Siapa lagi, kalau bukan Amora.

"Gak disuruh masuk gitu?"

Aqila menganggguk-anggukkan kepalanya pelan, "Ya, masuk"

Amora pun segera masuk dan duduk di sofa yang tersedia di sana. Aqila hanya diam saja, tidak membuka pembicaraan, ia hanya menunggu Amora berbicara.

Amora berdeham pelan sebelum akhirnya ia membuka suara, "Anti, lagi hamil ya?"

"Kenapa emangnya? Yaa, alhamdulillah aku lagi ngandung anaknya Gus Alfatih sih," jawab Aqila dengan menekankan perkataannya di akhir.

"Sebenernya, ana mau ngomong dari lama sih. Cuma, belum sempet ngo-"

"Maaf, boleh langsung ke intinya aja?"

Belum selesai Amora berbicara, Aqila sudah memotong ucapan Amora. Sungguh, ia sudah muak jika terlalu lama berhadapan dengan Amora.

Ia sudah berusaha untuk memaafkan Amora. Namun, tetap saja tidak bisa.

Aqila Alfatih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang