AQAL - 30

1.8K 131 5
                                    


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

~ Happy Reading ~

•••••

"A-amora .... itu, Amora ...." lirih Aqila.

"Astaghfirullahaldzim. Bunga, boleh saya minta tolong sama kamu buat antar Aqila ke Ndalem?" Tanya Gus Alfatih sekaligus meminta tolong pada Bunga.

"Boleh, Gus. Mari, Ning," ajak Bunga.

"Kamu ke Ndalem dulu aja ya," monolog  Gus Alfatih pada Aqila. Dan Aqila hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

Setelah Aqila pergi, Gus Alfatih segera mengurus itu semua. Gus Alfatih meminta Aqila untuk pergi ke Ndalem agar istrinya itu tidak menjadi stres, terlebih dalam keadaan ia tengah mengandung saat ini.

Darah yang bercucuran di baju yang di kenakan oleh Amora, serta tali yang mengikat lehernya itu. Sayangnya, Amora telah tiada.

"Ini sebenernya kenapa? Kalian gak cegah dia buat ngelakuin kayak gini?" Tanya Gus Alfatih.

"Afwan, Gus. Tapi, kami baru selesai mengaji di masjid. Tadi Amora emang gak ikut kami ngaji, Gus," ucap salah satu santriwati di sana.

"Gus, saya nemu surat ini. Tapi udah kena darah," ujar santri lain seraya memberikan sebuah kertas kecil yang sudah terkena darah.

Gus Alfatih pun segera mengambil alih kertas itu dan membukanya.

Aqila dan keluarganya, tidak akan bahagia.

HANCUR, KELUARGA KALIAN AKAN HANCUR!

Itulah isi kertas itu, Gus Alfatih tidak habis pikir dengan jalan pikiran Amora. Sebegitukah, cintanya pada dirinya? Hingga ia memilih untuk bunuh diri.

"Tolong urus jenazahnya ya," kata Gus Alfatih pada mereka.

Disisi lain, Aqila masih terbayang-bayang dengan darah yang bercucuran di tubuh Amora.

Ia saat ini tengah berada di Ndalem bersama Nyai Zamira. Nyai Zamira terus berusaha untuk membuat Aqila lebih tenang, sedangkan Kyai Adam sudah menyusul Gus Alfatih.

Nyai Zamira sendiri juga merasa sedih dan tidak menyangka dengan tindakan yang dilakukan oleh Amora. Nyai Zamira pun juga sudah menganggap Amora seperti anak kandungnya sendiri. Namun, setelah Aqila menceritakan semuanya, Nyai Zamira sangat merasa kecewa pada Amora.

Ia merasa gagal untuk mendidik Amora sampai akhirnya terjadi seperti ini.

"Ummi .... A-amora bunuh diri karena aku?" Tanyanya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Enggak, sayang. Amora ngelakuin hal itu bukan karena kamu. Maafin ummi ya nak, kalau ummi tau dari awal, pasti ummi bakal nasihatin Amora, maaf ya, Nak," ucap Nyai Zamira.

****

"Amora .... maafin ummi ya nak, ummi belum bisa lakuin yang terbaik buat kamu," ujar Nyai Zamira.

"Ummi, sabar ummi," kata Kyai Adam seraya mengusap punggung Nyai Zamira.

Sedangkan Gus Alfatih dan Aqila hanya diam saja, serta tangan Gus Alfatih yang sedari tadi menggenggam tangan Aqila.

"Maaf ...." cicit Aqila membuka suaranya.

Aqila terus merasa bersalah, ia terus berpikir ini semua salahnya. Mendengar permintaan maaf Aqila, Gus Alfatih mendongakkan kepalanya dan menggeleng cepat dengan maksud semua bukan salah dari Aqila sendiri.

Aqila Alfatih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang