AGRARKAZ'S: 02

17.8K 881 5
                                    

"Iblis itu cuman tunduk plus nurut kalau sama pawangnya."

-Logan-

————♔♔♔————


•Happy reading•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Happy reading•

𓊈Second: I fucking love you!𓊉

Di sebuah ruangan, dua orang berbeda usia duduk secara berhadapan dengan meja besar menjadi penengah keduanya. Salah satunya, sedari tadi tak berhenti menceramahi siswa di hadapannya itu. Ya, mereka berdua adalah Pak Beno dan Agrarkaz.

"Agrarkaz! Kau sudah kelas dua bulas, seharusnya kau sudah harus memperbaiki sikap dan sifatmu! Menjadi contoh yang baik untuk adik-adik kelasmu. Kau mau menjadi alumni dengan nama yang buruk?"

"Rangga adalah temanmu–"

"Dia bukan teman saya!" sela Agrar membuat Pak Beno memerah pedam.

"Diam! Kau memang anak kurang ajar Agrarkaz! Seharusnya kau meniru sikap Rangga. Dia anak yang berprestasi, cerdas dan sopan. Tidak seperti dirimu yang hanya bisa melakukan sesuatu yang buruk! Tidak heran keluargamu mengabaikan dirimu."

Agrar terdiam menatap emosi kearah Pak Beno. Dadanya bergemuruh dengan tangan terkepal erat berusaha mengontrol emosinya. Tidak, jangan sampai ia membunuh si tua sialan yang berada di depannya ini.

Ceklek

Pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok gadis dengan almamater khusus membalut tubuhnya. Dua orang dalam ruangan mengalihkan atensinya pada gadis itu, membuat gadis itu tersenyum kikuk.

"Maaf pak, saya lupa ketuk pintu." Gadis itu berucap penuh sesal yang hanya diangguki maklum oleh Pak Beno.

"Tidak apa-apa, Callista. Silahkan masuk." Pak Beno mempersilahkan gadis itu untuk masuk.

Callista menutup pintu ruangan, kemudian berjalan melangkah berdiri tepat di samping Pak Beno. Keningnya berkerut saat tak sengaja melihat kearah tangan Agrar yang terlihat terkepal erat hingga memperlihatkan urat-urat laki-laki itu.

"Agrarkaz! Kamu dengar saya tidak?!" Pak Beno kembali berteriak marah, saat merasakan murid di depannya itu sama sekali tak mendengarnya berbicara sedari tadi.

Agrar hanya memutar bola matanya jengah, berusaha keras menahan gejolak emosi yang berada dalam dirinya. Ia benci terus di perintah, ingin sekali ia menonjok wajah pria tua di depannya ini. Namun urungkan saat melihat tatapan tajam dari gadis yang berada di samping pria tua itu.

"Ya, saya dengar," jawab Agrar singkat.

Pak Beno menarik nafasnya kemudian kembali menghembuskannya, mengelus dadanya berusaha sabar untuk menghadapi tingkah tidak tau sopan santun muridnya satu ini. Ia juga bingung harus melakukan apa lagi untuk membuat muridnya ini sadar, sudah beberapa kali ia memberi peringatan padanya namun hanya diabaikan dan dianggap remeh olehnya.

AGRARKAZ'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang