AGRARKAZ'S: 12

8.7K 433 7
                                    

"Night bae, i love you...."

-Agrarkaz-

————♔♔♔————


•Happy reading•

𓊈Twelve: bloody moon𓊉

Tarik nafas kemudian buang, tarik nafas lagi kemudian buang. Begitulah yang Callista lakukan berulang-ulang. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk meredakan rasa nyeri dari perutnya, bahkan ia sama sekali tidak beranjak dari kasur walau sedikitpun. Benar-benar sangat menyiksanya.

"Perut lo masih sakit?"

Callista melirik asal suara, lebih tepatnya ke arah Natha yang berada di sofa. "Masih" jawab Callista yang hanya di balas anggukan pelan oleh Natha.

"Mau gue ambilin sesuatu?"

"Gak usah"

Natha kembali mengangguk. Canggung? Sebenarnya tidak sama sekali. Natha dan Callista memang seperti ini jika hanya berdua, sangat malas berbasa-basi. Bukan mereka sekali.

Ceklek

Atensi keduanya beralih pada pintu yang baru saja terbuka.

"HELLO EPRIBADEHHH, I'M KOMBEK! YUHUUU." Teriak Kilye dengan suara melengking, membuat Callista dan Natha memejamkan matanya saat suara cempreng milik Kilye memasuki telinga keduanya.

"Berisik" ketus Natha.

Kilye menyengir tanpa dosa, "Sorry, kawand."

Sementara Jane yang berada di belakang Kilye hanya memutar bola matanya, jengah. Jane menerobos masuk hingga bahunya menyenggol bahu Kilye yang masih berdiri di tengah-tengah pintu, kemudian kantong kresek berwarna merah yang tadi ia bawa ditaruhnya di atas nakas.

"Cowok lo mana?" Tanya Jane yang tengah sibuk mengeluarkan semua isi dari kantong tersebut.

Callista mengangkat kedua bahunya pertanda ia tidak tau. Callista menyodorkan tangannya pada Jane meminta sekotak cake yang baru gadis itu keluarkan dari kantongan. Jane berniat memberikannya, namun terhenti saat Kilye tiba-tiba merebut cake itu dari tangannya.

"Ini tuh punya gue, enak aja mau ambil. Beli sendiri dong," protes Kilye. Gadis itu memeluk cake-nya dengan erat kemudian menjauh dari Callista dan Jane. Mendudukkan dirinya di samping Natha yang sedari tadi diam menyimak.

Callista mendengus, mood-nya yang dari awal sudah tidak bagus malah semakin tidak bagus. Ingin rasanya ia mencakar wajah Kilye yang menurutnya sangat menyebalkan itu. Callista menghela nafas pasrah. kembali menatap ke arah Jane yang kini menyodorkan botol aqua padanya.

"Thanks" ucap Callista seraya menerima botol aqua itu.

"By the way, Call. Bukannya lo pulang sekitar seminggu lagi?" Tanya Jane.

"Sebenarnya emang gitu. But, pekerjaan daddy hampir selesai, dan dia nyuruh gue pulang duluan. Maybe, tiga hari lagi daddy nyusul." Ucap Callista menjelaskan. Tangan gadis itu bergerak mengambil handphone-nya yang berada di atas bantal.

Jane menganggukkan kepalanya paham. Ia hendak kembali bertanya namun ia urungkan saat melihat pintu tiba-tiba terbuka. Membuat atensi Callista, Jane, Kilye, dan Natha teralihkan ke arah pintu  yang menampilkan Agrar dalam keadaan basah kuyup. Refleks keempatnya menoleh pada jendela.

Hujan? Sejak kapan? Batin keempatnya serempak.

"Keluar" titah Agrar dengan nada penuh penekanan.

Tanpa protes Jane, Kilye, dan Natha langsung menerobos keluar, meninggalkan Agrar dan Callista. Sepertinya laki-laki itu tengah dalam keadaan mood tidak bagus, dan membutuhkan waktu berdua dengan pawangnya. Pikir ketiganya.

Agrar menutup pintu, tak lupa menguncinya. Laki-laki itu melangkah memasuki kamar mandi, berniat untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Sempat melirik sekilas ke arah gadisnya yang kembali fokus pada handphone-nya.

Tak berselang lama kemudian, Agrar kekuar dari kamar mandi dengan handuk yang berada di atas kepalanya. Laki-laki itu mendekat pada gadisnya, mendudukkan dirinya di tepi kasur dan langsung merampas handphone milik gadisnya. Dengan tanpa rasa bersalah, laki-laki itu melemparkan handphone itu dengan asal.

"Aga? Are you crazy? Gue lagi chatting bareng, dad!" Protes Callista seraya menatap nyalang Agrar.

Laki-laki itu terdiam, ia tidak tau kalau gadisnya sedang bertukar pesan dengan daddy-nya. Jika ia tau mungkin ia tidak akan menganggu gadisnya. Agrar menoleh ke arah dimana handphone gadisnya berada, terlihat handphone itu tergeletak di bawah karpet. Alih-alih untuk mengambilnya, Agrar malah merebahkan tubuhnya di samping Callista.

Callista menatap Agrar tak percaya. Dengan kesal Callista menjambak rambut tebal milik Agrar, membuat laki-laki itu membuka matanya yang sempat terpejam. Agrar memasang ekspresi memelas, tangannya bergerak memegang tangan gadisnya yang menjambak rambutnya. Mengelus tangan gadisnya dengan lembut.

"Kenapa, hm?" Tanya Agrar seraya membawa tangan gadisnya ke bibirnya.

Cup

Callista memutar bola matanya, jengah. Jangan berfikir bahwa dia akan merasa baper. "Balikin ponsel gue!" Titahnya.

Agrar menghembuskan nafasnya dengan kasar. Laki-laki itu menarik tubuh gadisnya masuk ke dalam pelukannya, menepuk-nepuk kepala gadisnya dengan lembut.

Merasa tidak ada pergerakan, Agrar menunduk berniat melihat gadisnya namun kemudian laki-laki itu terkekeh kecil saat melihat mata gadisnya sudah terpejam, padahal tadi gadis itu masih seperti singa galak yang siap memangsa dirinya.

"Nigh, bae. I love you...."

•••

Pendek gak sih?

Gapapa deh, besok up lagi kok

Kalau inget, soalnya minggu ini tugas numpuk🙃

Jangan lupa vote+komennya

Papayyyyy


See you next part, all<3

AGRARKAZ'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang