20. O ( Diving in denial)

325 34 2
                                    

Bu Presdir & pak dokter come to you


Thanks vote readers


***

Tonton dari sudut kita masing - masing
-*-

Pintu Apartemen terakhir kali berbunyi beberapa jam lalu, Lisa mendengarnya dari dalam ruang perpustakaan yang disulap menjadi ruang kerja. Lisa sendiri tak beranjak kemanapun selain menatap lamat beberapa tumpukan pekerjaan rumah yang menandakan kata selesai.

Kopi buatan kafe dekat apartemen juga telah tandas, apa lagi yang belum lisa lakukan hari ini?

Bicara ?

Lisa menuju ruang tamu, walaupun seseorang di sana mungkin enggan dengan keberadaannya. Dalam beberapa hari sehun yang ia kenal menjadi lebih pendiam.

"Sekian tahun kau tak mendapat gangguan terlebih, dari perempuan masa lalumu." sehun tidak mengangkat wajah saat Lisa ikut duduk di ujung sofa.

"bagaimana perasaan mu, baik-baik saja?" ucapnya terus terang, lisa sudah enggan berbasa- basi lebih cepat berkata akan lebih baik pula.

Sehun mengangguk samar, masih sibuk bekerja dengan laptop yang menyala. "Aku Baik adanya. Aku memang sudah bertemu dia, Ayah nya menjalani perawatan intensif."

"lalu putrinya mengejar mu untuk berterimakasih, well. Agak mengejutkan." Lisa menjeda, melirik sehun yang sebenarnya mendengarkan dengan seksama. Sehun mendengus, berhenti menekan papan ketik.

"Benar, mantan kekasihnya juga dokter." Lisa tersenyum miring. Sehun tak melihatnya sama sekali.

"bayangkan kondisi tidak sinkron ini, mereka tinggal di tempat jauh namun memilih datang dirumah sakit pinggiran kota yang fasilitasnya sama saja."

"begitu kah? Sayangnya aku tak punya kewenangan menolak pasien." nice, dokter memang tak memilih orang yang akan ia rawat. Sehun bukan siapa-siapa di sana, ia populer sebagai dokter unggulan tapi apa dia berkuasa? Jawabannya tidak sama sekali.

"Maka menolaklah bertemu wali pasien. Agak sedikit mudah?"

"apa yang kau tahu?" sehun tidak terkejut dari awal mengikuti alur pembicaraan, Artinya sehun sadar sepenuhnya, Lisa ada disana malam itu.

"Honestly, aku membuntuti kalian, maksudku memergoki wanita itu mengejar mu. Katakanlah begitu. Bukankah hanya penguntit yang berani melanggar batasan sebagai wali pasien."

" Lisa, kau tak perlu melakukan apa pun. Aku akan mengatasi apa masalah ku. Terimakasih kau sudah repot memikirkannya."

"oh sehun, dia kembali untuk memanfaatkan mu, apa kau tak peduli itu?"

"Tidak. Aku tidak peduli."

"sehun dengarkan, aku pernah memperingatkan mu untuk berhati- hati. Dia sudah mengenali identitasmu yang asli. Kau berkata demikian. "

"aku masih ingat." sehun melontarkan jawaban tanpa minat.

" Lakukan sesuatu. Bisakah kau menjamin dia tak macam- macam, saat dia berani mengejar mu sejauh ini. "

"aku akan diam, sangat diam. Dimana letak masalahnya untuk mu?"

Bitch. Lidah lisa menahan umpatan diujung lidah. Lisa merasa ada yang salah disini, sejak awal ia tak bermaksud buruk. Jadi mengapa pria itu sangat sensitif hari ini. Seolah sehun yang ia kenal sebagai pria licik hilang dari tubuhnya.

Sikapnya mulai tertutup, atau sesuatu telah terjadi?

"anggap saja aku benci, sikap naif mu menganggap semua akan baik-baik saja." kalimat lisa menarik sehun untuk memincing dengan wajah tak bisa ditebak. Lanjutkan saja sehun, setelah mengatai lisa tukang ikut campur.

ANOTHER LEVEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang