This two main is back
Im try ma best
***
Siapa yang membuatmu berani datang, Dari sini Terlihat kau percaya diri.
**
Matahari baru saja terbit, bersama umpatan pertama lisa. Sehun Tak punya pilihan lain selain pasrah memeluk nya semalaman. Sepertinya pantas jika orang mengira Lisa terlahir untuk selalu kerterlaluan.
Kembali dari ruang cuci, sehun masih terlihat tak kesal sama sekali. Meski tidak juga tersenyum hanya seperti sehun yang normal. Lisa menatap pria itu lekat dengan menyesal.
"moorning." gumam sehun, dia masuk keruang ganti membawa baju, rutinitas pagi yang produktif sebelum bersiap bekerja.
"sehun, maaf membuatmu sakit ."
"Tanganku? Not too bad. " jawabnya, dia terlihat ingin mengatakan sesuatu.
"Lalisa waktu sarapan hampir terlewat. Aku mengingatkan saja." lisa baru saja membaca email masuk. Tau sehun memperingatkan nya untuk bergegas.
"ya aku akan cepat." ucap lisa menutup handphone nya.
"kau menangisi sesuatu."
Perkataan sehun bagai matra sihir, dan ia membatu ditempat. Lisa berfikir keras soal tangisan apa yang sehun maksud, seperti apa."semalam itu, bukan satu atau dua kali, kau seringkali menangis, bisa kau ceritakan sedikit. Beritahu aku, jika itu sesuatu yang berat."
"Lain kali." jawab lisa dingin.
lisa sendiri tak menyangka mimpi itu kembali hadir, atau ia yang tak menyadarinya. Soal sehun, ia tak bisa membahas hal itu terlalu lama denganya. Terlalu, tabu.
"selalu begitu. Padahal kau tau apa pun yang terjadi padaku, Lisa aku sangat siap mendengarnya." dia tersenyum menguatkan lisa, seolah dia tau, lisa dan masa sulitnya.
"sepertinya tidak dalam waktu dekat,"
Sehun mengeluarkan kunci mobilnya dari laci, memandang lisa dengan cara sama, penuh intimidasi. "sepertinya tidak."
"kau sendiri bilang manusia tetap memiliki sisi manusiawi. Psikiater mu tak membatu banyak atau luka mu terlalu membekas ? "
"seharusnya kau tak memulai ini." sarkas lisa,
"Lisa, aku hanya mau mendengar. Kapanpun itu. Tell me."
"Aku terlalu naif, aku tak beruntung. Kau dengar itu semua? Lalu apa lagi yang ingin kau lihat."
"..."
"Lagipula kita memang sudah terlalu jauh mencampuri kehidupan masing-masing. Kita melampaui batasan. "
"karena menderita sendirian bukan hal baik. Aku tidak bisa lagi pura-pura bodoh." sehun menjawabnya telak.
"kau hanya akan memberiku simpati omong kosong. Aku sama sekali tak butuh."
"lalu. kau tetap pada pendirian mu. Pada siapa aku bertanya? Sekalipun kakek mu, aku yakin dia tak mengetahui itu. Nenek kim sudah lama kau pulangkan di saat dia yang paling tahu apapun tetang mu. "
"..."
"Tapi apa alasan kau sulit untuk bicara?
"Bukankah seharusnya kau senang? Kini kau punya tempat berbagi tanpa kau minta." sehun menghembuskan nafas berat,
Sehun mungkin perlu menyerah. Dan sifat sehun yang baru, akhir-akhir ini membuatnya bingung. Sehun pintar, dia juga peka terhadap sekitarnya. Konsultasi Psikiater juga ide sehun meskipun tidak berhasil karena Lisa tak pernah berkata yang sejujurnya, dokter pun tahu itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER LEVEL
De TodoLalisa Kim yakin sepenuhnya ia tak menginginkan pria manapun ikut larut dalam dunianya. Pria antah berantah menentang nya. Oh Sehun sanggup menjadi tameng yang menjauhkan Lisa dari perjodohan manapun. Asalkan Lisa mau ikut memegang tameng bersamany...