21. u (Empty canvas)

317 41 1
                                    

Marhaban ya ramadan, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan 🙏

And

Happy Hunlis Update

***

Dulu sekali ibu harap anak itu akan melupakan kota bernama berlin,

***


Kebiasaan baru Lisa mencari-cari keberadaan vivi, yang entah hari ini bersembunyi dimana. Lisa mendapat kabar menyenangkan, cukup untuk mengisi stok rasa senang yang belakangan menguap tanpa alasan. Bawahannya memenangkan tender baru, ballroom hotel mendiang kakeknya memang telah lama menjadi saksi banyak pernikahan.

Ayolah vivi kau asik di sudut mana? Mungkin lisa juga melupakan suatu tempat. penitipan hewan, itu dia, bitchon berbulu putih itu disana. sungguh lega ia masih punya vivi di saat seperti ini.

"dia tidak pernah seantusias ini, selain melihat anda."

"Yang anda maksud vivi mulai bergantung pada eksistensi ku, dokter?" Lisa mencoba mencairkan suasana.

Wanita yang memeriksa rumah capibara itu merespon tertawa. Tidak terlalu serius. Baguslah, setidaknya sang dokter hewan tidak merasa segan padanya.

"Maksud ku, anda berhasil membuat nya percaya. "

"Anda akan menyayanginya."

"Tidak sia-sia aku rajin mengenali kode lapar mu, benarkan good boy. "

"Haruskah kita berjalan-jalan sebentar, vi?"

bitchon itu melompat girang sebentar sebelum diam setenang biasanya, vivi sepertinya hanya mengeluarkan tenaga lebih, khusus untuk meminta makanan saja. Selain itu vivi lebih memilih hemat tenaga dan sibuk di dunianya sendiri.

Lisa pamit membawa vivi beberapa jam kedepan, kang soo setuju mengubah jadwal menjadi agak santai. Sang dokter mengiyakan alasan Lisa, masih dengan capibara yang melirik juga kearahnya entah siapa pemilik aslinya.

"kau pasti bingung kan, terlalu banyak macam binatang didalam." Vivi melihat juga kearahnya, seperti tau lisa bicara padanya.

Lisa menghembuskan nafas berat, asistennya lagi-lagi perlu pertimbangan perjalanan bisnis, di kondisi darurat apa lisa bisa menghindar. Amsterdam, kapan terakhir kali ia bermasalah di sana mungkin dua tahun lalu. sekertarisnya sudah kewalahan sendiri, ada baiknya ia mencari kesibukan disaat yang tepat.

Vivi melompat dari gendongannya, begitu merasa sudah sampai di tempat yang familiar dengannya. Lisa menyambut juga senyuman khas dari perempuan setengah baya yang mengenakan baju berkebun lengkap dengan topi.

"kau hanya mau diam berdiri, nak?"

"Tolong lanjutkan pekerjaan ibu, aku diam bukan untuk mengacau,"

Lisa berjalan di sekitar,"kegiatan sore ibu cukup produktif."

"Kau tak bisa berhasil membuat kultur jaringan, karena melihat praktiknya satu kali. "

"itu sama saja percobaan memusnahkan spesies tumbuhan. Aku paham bu."

"sangat pesimis."

"Bagaimana dengan Sehun, apa sudah waktunya landing, lisa? Ibu kurang tau berapa lama perjalanan menuju benua sana."

Jadi sehun bersiap di dini hari untuk itu, malang sekali nasib vivi yang menjadi imbasnya.

"Kemungkinan besar belum."

"Anak kurang ajar itu, menyuruhmu datang sendiri. Sedangkan dia berpergian, bekerja? Sejak kapan dia bekerja disana. Maaf kan dia Lisa."

Tidak bu, justru jangan maafkan dosa ku pada putra mu. Sebagai pendosa aku siap menanggung perbuatan menyakitkan yang ku buat. Lisa tersenyum kaku. Saat ibu oh melepaskan sarung tangan. Proses memindah media tanam itu selesai juga. Akhirnya.

ANOTHER LEVEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang