Saat ini Agatha tengah berada di taman rumah sakit, ia sangat bosan jika hanya diam di ruangan yang berbau obat-obatan. Ia juga sangat kesal kepada dokter, kata dokter ia tidak boleh pulang karna kesehatanya belum stabil.
"Angin oh angin kenapa engkau sejuk" Agatha tengah memejamkan matanya sambil menikmati semilir angin yang menerpanya.
Tadi Agatha sempat meminta Zero untuk membelikan ia makanan pedas, namun Zero menolak, akhirnya Agatha harus membujuk Zero dengan kecupan di pipi kiri serta kanan. Zero lalu menyetujuinya dengan syarat, ini rahasia di antara mereka berdua.
"Macam mana aku tak sejuk, kau sangat cantik"
Agatha yang sempat memejamkan matanya lalu membukanya dengan cepet, ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Tadi? Tadi bukanya suara Gavin?
Agatha lalu melihat ke kanan dan ke kiri tidak ada sosok Gavin, hanga ada pasien dan suster yang sedang berlalu lalang.
"Kenapa? Nyariin aku? Rindunya sama aku?"
Agatha lalu menolehkan kepalanya ke belakang dan benar saja terlihat Gavin yang tengah tersenyum ke arahnya.
Agatha lalu memutar bola matanya malas "ngapain kesini?" Tanya Agatha dengan judes.
Gavin lalu menghampiri bangku Agatha dan duduk di samping Agatha.
"Ya mau ketemu calon istri aku lah" jawab Gavin merangkul pundak Agatha.
Agatha lalu menepis kasar tangan Gavin dari pundaknya, ia lalu mengusap pundaknyah seolah-olah ada bakteri.
"By kamu jahat ihh"
"Aku mau ke toilet" Agatha lantas beranjak berdiri namun di tahan oleh Gavin.
"Engak! Kamu harus dengerin penjelasan aku dulu"
Agatha lalu bersekap dada "buruan"
"Duduk dulu"
Lalu mereka berdua pun kembali duduk.
"Jadi gini By, saat aku udah ngenterin Abel kerumahnya tiba-tiba turun hujan yang sangat deras, terus aku di suruh nginep sama Abel karna hujanya tak kunjung reda. Aku sempat menolaknya namun ia kekeh maksa aku untuk menginap, lalu akupun setuju. Namun tiba-tiba kepala aku pusing saat aku udah minum minuman yang di kasih Abel, dan esoknya saat aku bangun Aku dan Abel sudah tidak memakai pakaian. Disitu aku udah ngerasa kayak laki-laki brengsek By, tapi aku gak semudah itu percaya sama dia"
"Terus sekarang bayi yang di kandung Abel darah daging siapa?"
"Kalau dari informasi yang aku dapet, rahim yang ada di perut Abel adalah darah daging abangnyah sendiri"
Agatha lalu teringat ucapan yang tadi, jadi? Apakah benar yang dikatan Gavin dan belahan jiwanya?.
"Kenapa gak jujur dari awal?"
"Aku ingin jujur namun aku terikat satu janji"
"Janji apaan?"
"Om Arya, dia ayahnya Abel, dia udah berjasa dalam hidup aku, dia udah nyelamatin nyawa aku dengan nyawanya sendiri"
Agatha lalu mengkerutkan keningnya "jadi dia udah meninggal?"
Gavin lalu menganguk "dia bilang gini By sebelum meninggal, tolong jaga anak saya, perlakukan dia secara baik, jangan pernah kasar keadanya apalagi dan jangan membuat ia menangis. Om Arya bilang gitu By sama aku"
"Jadi sekarang?"
"Kita bakal nikah By, apapun caranya bakal aku lakuin supaya kita nikah"
"Tentang Abel?"
"Aku bakal cari semua bukti bahwa rahim yang Abel kandung bukan darah kandung aku sendiri tapi darah kandung abangnyah"
Agatha lalu menganguk mengiyakan perkataan Gavin.
Sedangkan jauh di belakang mereka seseorang mengepalkan tanganyah dan matanya kian berwarna merah. Bahkan makanan yang ia bawa telah jatuh di atas tanah dengan sia-sia.
Dia adalah Zero, Zero yang habis membeli makanan kesukaan adiknya pun lantas menyusul sang adik ke taman. Tapi naas matanya malah menangkap sosok yang menurutnya Brengsek.
Zero lalu berlari kencang hingga sampai di depan bangku yang Agatha duduki dengan Gavin, tanganya mengepal kuat bahkan rahangnyah sudah mengeras.
Zero lalu menarik baju Gavin dengan kasar.
"Jauhin adik gue bangsat, lo gak tau malu anjinggg, lo udah sakitin adik gue sampe koma"
"Lo gak tau faktanya Zero"
"Shittt gue gak akan ngebiarin bajingan kayak lo deket-deket sama adik gue"
Bugh
Bugh
Kini pukulan itu mendarat dengan indah di pipi kanan serta pipi kiri Gavin, padahal luka yang habis di pukul Zero saat di rumah sakit belum sembuh.
"Abang udah" kata Agatha mencoba menjauhkan Gavin dari Zero "abang pless stop okey"
Zero yang tadinya menatap Gavin dengan tajam pun langsung mengalihkan pandanganya kepada adik kesayanganya ini. Pandangan Zero kini sayup ia menatap Agatha dari kepala hingga ujung kaki.
"Are you okey Baby?" Tanya Zero mengusap puncuk kepala Agatha.
Agatha lalu menganguk "aku baik-baik aja abang" jawab Agatha tidak lupa juga dengan senyuman indah yang terukir di bibirnya "ke kamar Agatha lagi yuk bang, Agatha dingin kalau lama-lama disini"
Zero lalu menganguk dan merangkul pundak Agatha "ayo"
Sedangkan Gavin masih diam, ia mengelap sudut bibirnya dengan tangan Ahhh ternyata sudut bibirnya mengeluarkan darah.
Gavin yang semula duduk di atas tanah kini bangkit berdiri, ia menatap punggung Agatha yang sudah jauh dari dirinya berada. Gavin lalu mendogak kan kepalanya ke atas ia tersenyum kecut melihat bintang.
"Ko hidup gue gini amat ya? Emang gue salah apa sampai tuhan mainin hidup gue?" Lirih Gavin memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGATHA TRANSMIGRASI
Teen Fiction"jangan melihat buku dari sampulnya ~Agatha Jeniver Syaquela. Agatha Jeniver Syaquela memiliki paras yang sangat cantik dan mempesona. Bahkan musuhnya saja terpana melihat kecantikan Agatha. Nasib sial yang menimpa dirinya adalah ketika ia berusaha...