04. Berdebat

2.2K 155 33
                                    

Happy Reading guys ^_°

*

*

*

“Untuk rencana pernikahannya saya sepenuhnya menyerahkan kepada putri saya, biarkan dia mengeluarkan pendapatnya, apapun itu saya akan selalu mendukungnya,” jelas Darwin.

Setelah kemarin menentukan tanggal pernikahan, hari ini mereka membicarakan mengenai rencana dan persiapan pernikahan. Sekarang ada Shaka dengan Dini dan orang tuanya.

“Bolehkah pernikahannya dilaksanakan secara sederhana saja?”

“Tidak boleh!” Shaka membantah dengan cepat. “Ini adalah pernikahan sekali seumur hidup, kita harus mengadakannya sebaik mungkin agar indah untuk dikenang,” imbuhnya.

“Apakah pernikahan yang dilaksanakan secara sederhana tidak baik?”

“Bukan begitu, Dini. Maksud saya, ini adalah pernikahan sekali seumur hidup, saya ingin pernikahan ini jadi kenangan yang paling indah untuk dikenang dihari tua nanti. Saya juga ingin memberikan yang terbaik untuk kamu, calon pendamping hidup saya.”

“Tapi saya menginginkan pernikahan sederhana seperti pernikahan Ning Laila dan Gus Zikri. Lagi pula, meriah atau tidaknya, pernikahan itu tetap akan sah, bukan?” Shaka terdiam.

“Tolong pertimbangkan lagi, jika tidak saya aka---”

“Akan apa? Membatalkan pernikahan kita, begitu?”

“Akan membujuk Bapak sampai setuju, memangnya siapa yang ingin membatalkan pernikahan ini?”

“Saya kira kamu akan membatalkan pernikahan kita,” ucap Shaka merasa lega.

“Kalau saya membatalkan pernikahan ini, apa yang akan Bapak lakukan?”

“Saya akan menikahi kamu dengan paksa, siapa suruh berani bermain dengan saya,” jawab Shaka dengan PD-nya.

“Anda kejam sekali,” ceplos Dini.

“Cinta bisa mengubah seseorang, apalah daya saya, jika saya ditolak oleh orang yang saya cintai, saya akan mengambil tindakan lain,” jelasnya.

“Cinta memang bisa mengubah seseorang tapi jika seseorang mencintai dengan tulus dia tidak akan pernah berubah, tapi tergantung juga sih, jika yang dicintai tidak kunjung sadar ya ada kalanya seseorang harus berhenti berkorban pada hal yang tidak pasti,” balas Dini.

“Kita sedang membahas rencana persiapan pernikahan, kenapa kalian malah bahas yang lain yang tentunya tidaklah penting. Kita fokus saja pada persiapannya,” tegur Darwin.

“Maaf Ayah,” sesal Dini.

“Baiklah, saya akan setuju untuk mengadakan pernikahan kita secara sederhana tapi kita harus tetap melakukan prewed, saya sudah menentukan dimana lokasi yang bagus untuk kita prewedding nanti,” timpal Shaka yang akhirnya setuju.

“Setuju, pernikahan sederhana, prewedding setelah menikah,” balas Dini dengan cepat.

Shaka keberatan. “Prewedding setelah menikah? Saya pertama kali mendengar itu? Setahu saya prewedding ini sebelum nikah ya atau saya yang salah ingat?”

“Iya benar sekali, Bapak salah ingat karena Bapak sudah tua. Bapak tidak punya pilihan lain selain setuju, prewed setelah nikah atau nggak prewed sama sekali?” Dini menawar.

“Terdengar seperti ancaman. Baiklah saya setuju,” sahut Shaka.

Dini tersenyum penuh kemenangan, impian dia menikah sederhana akhirnya terwujud.

Assalamualaikum, Dek Santri [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang