08. Tipis-tipis

2K 142 11
                                    

Happy Reading guys ^_°

*

*

*

“Tuhkan, Mamah udah nyuruh kamu buat istirahat tapi kamu malah ngeyel, kalau nurut pasti nggak sakit gini 'kan?” omel Asyila ketika seluruh tubuh Dini panas, menantunya itu juga mengadu kalau kepalanya terasa berat dan sakit.

“Ya maaf, Mah.”

“Kamu harus dirawat sekarang, Mamah nggak mau kamu kenapa-kenapa, cukup suami kamu aja yang bikin Mamah khawatir, jangan kamu juga. Tunggu di sini sebentar, Mamah mau panggil dokter dulu,” ucap Asyila.

Dini rasanya ingin menahan Asyila agar tidak memanggil dokter tapi ia tidak punya tenaga, kepalanya terasa berdenyut dan berat, seluruh tubuhnya terasa panas.

“Tunggu sebentar ya!”

Asyila keluar dari ruang rawat putranya untuk memanggil dokter dan suster untuk membawa menantunya untuk dirawat juga, jika dibiarkan, kondisi Dini akan semakin parah.

Merasa tak sanggup, Dini merebahkan kepalanya di samping suaminya yang masih menutup matanya. Kepalanya terasa sangat sakit, Dini memang tidak terbiasa begadang sampai larut malam, ini untuk pertama kalinya makanya dia sampai sakit seperti itu.

“Mas, kok suka banget sih nutup mata kayak gini? Ayok buka mata kamu, aku punya banyak cerita tahu yang mau diceritain ke kamu. Jangan lama-lama ya nutup matanya, nanti aku sedih loh kalau kamu nutup mata terus kayak gini?”

Ucapan Dini seperti angin lalu yang berhembus tak direspon sama sekali karena Shaka belum sadarkan diri sama sekali.

“Mas tahu nggak? Dulu, sebelum nikah sama kamu, aku udah suka sama kamu loh? Ya, Walaupun aku nggak pernah lihat dan kenal sama kamu, entah bagaimana aku langsung suka sama orang yang bahkan belum aku lihat sama sekali rupanya,” cerita Dini.

Dini menegakan kepalanya, menatap sendu wajah tenang sang suami dengan mata tertutup. Jemari tangannya ia tautkan disela-sela jemari Shaka, sesekali Dini mengangkat hingga menyentuh bibirnya.

“Aku cuman bisa berdoa sama Allah supaya kamu segera sadar agar bisa kupeluk dengan erat untuk pertama kalinya dan menjadi pelukan ternyaman setelah keluargaku.”

“Aku mau tidur sebentar ya, Mas. Kepala aku pusing, badan aku juga panas banget. Mungkin terdengar manja, tapi inilah istrimu, Mas. Gadis manja dan cerewet, kamu akan tahu nanti setelah kamu sadar. Semoga kamu bisa bertahan hidup bersama gadis manja dan cerewet ini sampai tua nanti.” Dini kembali merebahkan kepalanya di samping sang suami, posisinya masih terduduk sedangkan kepalanya tepat di samping tangan Shaka yang ia genggam.

Beberapa menit setelah Dini terlelap, Asyila datang bersama seorang dokter, melihat kalau menantunya sudah terlelap membuat ia mengurungkan niatnya untuk memeriksa Dini. Biarkan menantunya itu istirahat terlebih dahulu sebelum diperiksa oleh dokter. Asyila meminta dokter yang datang bersamanya tadi kembali untuk mengurus yang lain.

Tak ingin menganggu istirahat menantunya, Asyila tak jadi masuk ke dalam sana, biarkan saja ia menunggu diluar. Sekalian mencari sarapan.

Sepuluh menit berlalu, Dini tidur dengan sangat tenang dan pules. Mungkin karena semalam ia tidak bisa tidur dengan tenang karena khawatir dengan kondisi suaminya.

Tak ada pergerakan sama sekali dari Dini bahkan tangan sang suami masih tergenggam dengan erat walaupun dia sudah terlelap.

“Astaghfirullah,” gumam seseorang sambil membuka matanya, ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, mulai dari ujung kaki sampai kepala. Ia juga sempat meneliti seluruh tubuhnya, apakah ada yang patah, syukurnya tidak ada.

Assalamualaikum, Dek Santri [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang