19. Murajaah

1.2K 106 2
                                    

Happy Reading guys ^_°

*

*

*

“Amma yatasaa’aluun.”

“Anin-naba’il-‘aziim.”

“Allazii hum fiihi mukhtalifuun.”

“Kallaa saya‘lamuun.”

“Alam naj‘alil-arda mihaadaa.”

“Wal-jibaala autaadaa.”

“Wa kholaqnaakum subaataa.”

“Salah,” potong Shaka.

“Hah? Kok salah Mas?”

“Coba ingat-ingat lagi,” ujar Shaka.

Dini mencoba untuk mengingat lagi hafalannya, padahal baru beberapa hari ia tidak mengulang hafalannya dan tidak mungkin dia lupa secepat itu.

“Wa kholaqnaakum libaasaa.”

“Salah lagi!”

“Terus apa dong yang bener?”

“Coba ingat-ingat lagi,” kata Shaka.

“Itu udah bener kok,” sahut Dini mantap.

“Akhirannya yang salah, coba kamu ingat lagi,” timpal Shaka.

“Subaataa, libaasaaa, ma‘aasyaa, syidaadaa, atau ahqaba?”

“Ya ingat-ingat sendiri lah, masa harus dikasih tahu sih?”

“Wa kholaqnaakum syidaadaa,” ulang Dini membaca tapi bacaannya tetap salah.

“Salah lagi Mas cium ya?” Dini melotot ke arah Shaka setelah mendengar apa yang diucapkan oleh laki-laki itu.

“Enak aja! Keenakan di kamu kalau gitu,” sarkas Dini.

“Loh, keenakan dari mananya sayang, kan yang dapat pahala kamu, mana pahalanya double lagi?”

“Pahala double dari mana lagi tuh?”

“Ya pahala kamu double, pahala baca al-quran sama dicium suaminya, masih nanya double-nya dimana, hmm?

Dini terdiam.

“Ya tapi nggak dicium juga lah! Kamu yang enaknya kalau gitu,” balas Dini tak mau kalah.

“Dicium doang sayang, nggak Mas apa-apain. Takut banget kayaknya,” celetuk Shaka.

“Ya takutlah, gimana sih?”

“Lebih takut Mas sentuh atau lebih takut dosa karena menolak suaminya?” Dini jadi serba salah jadinya.

“Ya-ya lebih takut dosalah,” jawab Dini gugup.

Shaka tersenyum smirk melihat istrinya tertunduk pasrah dihadapannya. Ia menyentuh dagu perempuan itu dan mengangkatnya sedikit agar bisa bertatap dengannya.

“Ayok?”

“Kemana?”

“Mas yakin kamu sudah tahu maksudnya apa, kamu pasti nggak mau kan dosa?” Dini menggeleng lemah.

“Suamimu ini laki-laki normal tentu dia mempunyai nafsu terhadap perempuan apalagi perempuan itu adalah istrinya sendiri, apakah salah jika saya menginginkan kamu, istri saya sendiri, hmm?

Seketika Dini merasa suasananya menjadi horor setelah mendengar ucapan suaminya. Ia menatap ke dalam mata laki-laki itu, meskipun tidak mengerti jelas, tapi ia melihat sorotan mata suaminya saat ini benar-benar berbeda.

Assalamualaikum, Dek Santri [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang