07. Duka dan bahagia

2K 121 1
                                    

Happy Reading guys ^_°

*

*

*

Drrrt... Drrrt....

Ponsel Dini berdering. Segera gadis itu mengangkat panggilan masuk tersebut.

“Assalamualaikum!”

Waalaikumus salaam!

“Maaf, ini dengan siapa ya?”

“Kami dari pihak rumah sakit ingin mengabarkan kepada keluarga Bapak Arshaka bahwa beliau sekarang berada di rumah sakit karena menjadi korban tabrak lari, apa dari pihak keluarga ada yang bisa datang ke sini?”

Deg!

Jantung Dini berpacu dengan cepat, bibir terasa kaku, tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja.

Halo Mbak, Mbak masih di sana kan? Mbak keluarga pasien kan? Mbak bisa nggak ke sini?

“Iya, saya ke sana sekarang. Dia dirumah sakit mana sekarang?” balas Dini.

Dewangga hospital!

“Baik saya ke sana!”

Dini memutuskan sambungan teleponnya lalu berlari keluar, ia harus memberitahu keluarganya yang lain atas berita ini.

*

*

*

Hanya butuh waktu 35 menit saja, akhirnya mereka sampai dirumah sakit dimana Shaka dirawat. Dini tak datang sendiri, ada Gemi bersama suaminya dan juga mertua dan kedua orang tuanya. Sedangkan kedua kakak Dini sudah pamit pulang setelah resepsi adiknya selesai.

Dengan langkah tergesa-gesa bahkan sedikit berlari, Dini memasuki rumah sakit dan langsung menuju ke resepsionis untuk bertanya dimana suaminya dirawat.

“Sus, pasien korban tabrak lari yang dibawa oleh warga sekitar tadi, dirawat dimana ya?”

“Atas nama Bapak Arshaka ya?”

“Iya suster!”

“Maaf, Ibu siapanya?”

“Saya istrinya suster! Suami saya dirawat dimana?”

“Pasien sekarang masih ditangani oleh dokter diruang UGD,” jawab susternya.

Bahu Dini merosot mendengar itu, tanpa bertanya lagi, ia langsung berlari menuju ruang UGD. Melihat Dini yang berlari, Gemi ikut mengejar, karena terburu-buru, Dini sampai lupa bertanya dimana letak ruang UGD.

“Dini tunggu!”

Aska dan yang lainnya juga ikut mengejar dua gadis yang berlari tadi.

Setelah berhasil menyamakan langkahnya dengan Dini, Gemi menarik tangan iparnya itu, Dini salah arah, maka Gemi menariknya menuju ruang UGD.

Tak butuh waktu lama, Gemi akhirnya sampai juga di ruang UGD bersama Dini.

“Astaghfirullah, Mas!”

Dini menutup mulutnya, dari balik kaca pintu, dapat Dini lihat dengan jelas wajah suaminya di dalam sana. Kepalanya yang berlumuran darah, di sana ada beberapa suster dan juga dua orang dokter yang menanganinya.

Air mata Dini tak bisa terbendung lagi, ia bahkan tak bisa berkata-kata lagi ketika melihat suaminya.

“Astaghfirullah, Shaka!” Asyila histeris ketika melihat kondisi putra bungsunya. “Mas, Shaka.”

Assalamualaikum, Dek Santri [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang