11. Salting versi halal

1.8K 128 6
                                    

Happy Reading guys ^_°

*

*

*

“Gimana keadaan putra saya dok?” tanya Asyila. Kini dia sudah kembali dari rumahnya, betapa bahagianya Asyila saat ia kembali, matanya disuguhi oleh pemandangan yang begitu mengharukan. Setelah empat hari tertidur, akhirnya putra bungsunya membuka matanya.

“Ini adalah sebuah keajaiban, pasien sadarkan diri lebih cepat dari perkiraan medis dan dia juga tidak mengalami amnesia seperti yang diperkirakan. Ini semua terjadi atas izin dari yang kuasa dan juga doa dari keluarga yang mampu mengetuk pintu langit sehingga Allah menjawabnya lebih cepat,” jelas sang dokter.

Asyila tersenyum, hatinya benar-benar merasa lega sekarang.

“Terima kasih dokter,” ucap Asyila.

“Ini sudah tugas kami, Bu. Kalau begitu kami permisi,” pamitnya.

“Silakan dokter,” balas Asyila.

Asyila beralih menatap Shaka dan juga Dini yang selalu berada disampingnya. Shaka sama sekali tak mengizinkan Dini untuk berada jauh darinya, lihat saja sekarang, tangan kanan istrinya selalu ia genggam erat bahkan tanpa merasa malu dihadapan dokter dan suster tadi.

“Mamah bahagia banget sekarang, akhirnya kamu sadar juga, Nak. Mamah udah khawatir banget kalau kamu....”

Asyila tak mampu melanjutkan ucapannya, kepalanya menunduk, jika mengingat kembali keadaan Shaka beberapa hari yang lalu, ia ingin menangis rasanya. Terlebih lagi ketika kemarin saat kondisi Shaka yang tiba-tiba drop. Tapi syukurlah sekarang Shaka sudah sadarkan diri dan kondisi perlahan membaik.

“Mamah nggak usah sedih, apapun itu biarkan saja berlalu, yang terpenting sekarang aku baik-baik aja dan kembali sadar. Aku nggak mau lihat Mamah nangis kayak gitu hanya karena aku, aku nggak rela, Mah.” Tangan Shaka mengusap air mata sang mamah yang mengalir membasahi pipinya.

“Mamah nggak akan nangis lagi.” Asyila tersenyum penuh arti menatap anak dan menantunya.

“Din, makasih ya, kamu udah setia menemani Shaka disaat tersulit dia, Mamah beruntung punya menantu sama kamu,” ungkap Asyila.

“Mamah tidak perlu berterima kasih, itu sudah tugas aku sebagai seorang istri untuk menemani suaminya dalam keadaan apapun, kalau ngomong soal keberuntungan, justru aku tahu yang beruntung punya mertua kayak Mamah, punya suami kayak Mas Shaka. Kalian itu hadiah terindah dalam hidup aku,” balas Dini yang mengharukan.

“Bisa aja sih, Mamah jadi salting,” kata Asyila.

“Apalagi aku, Mah. Rasanya aku mau jungkir balik,” timpal Shaka.

“Bisa aja, hehehe!”

“Pulang yuk, Mah!” ajak Shaka pada mamahnya.

“Kamu baru aja sadar, masa iya langsung mau pulang aja,” protes Asyila.

“Iya tuh, Mas. Minimal dirawat sehari atau dua hari lagi lah,” timpal Dini.

“Tapi aku mau pulang Mah, sayang. Aku nggak suka lama-lama dirumah sakit, baunya nggak enak gini,” keluh Shaka beralasan. Shaka bahkan memohon pada istri dan mamahnya.

“Nggak usah beralasan!” sentak dua wanita berbeda generasi itu secara bersamaan. Sampai-sampai Shaka terlonjak karena kaget.

“Huh!” Shaka menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya.

*

*

*

Dengan sangat terpaksa, Shaka menuruti ucapan Asyila dan Dini untuk dirawat dua hari lagi di rumah sakit. Setelah kemarin sadar, sudah dua hari berlalu, sesuai perjanjian kemarin, hari ini Shaka akan pulang, dan sekarang dia sudah dijemput oleh Asyila, Dini dan ada sepasang pasutri juga tak lain ialah pak dokter dan istrinya.

Assalamualaikum, Dek Santri [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang