10. Problem

1.6K 111 0
                                    

Happy Reading guys ^_°

*

*

*

“Heh perempuan kampung!”

Langkah kaki Dini terhenti ketika ada seseorang yang justru menghadangnya. Dini terkejut ketika tahu siapa yang kini berdiri dihadapannya itu.

“Mawar,” gumam Dini.

Gadis bernama Mawar itu tersenyum sini menatap Dini yang terkejut melihat kehadiran dirinya di sini.

“Kenapa? Terkejut lo lihat gue ada di sini?”

“Kamu ngapain di sini?” tanya Dini.

Mawar sedikit melangkah maju ke arah Dini. “Nggak usah pura-pura bego deh lo! Gue yakin lo pasti tahu kedatangan gue ke sini! Lo tuh nggak tahu diri banget ya jadi cewek,” kata Mawar.

“Maksudnya?”

“Nggak usah pura-pura lagi, lo pikir gue nggak tahu kalau kemarin-kemarin lo ketemu sama Dika 'kan? Lo pasti ngehasut Dika dan ngomong yang jelek tentang gue sampai Dika menghindar dari gue kayak sekarang? Lo ngomong apa aja sama dia, hah?”

Dini benar-benar tak mengerti apa yang dimaksud oleh Mawar, dia memang bertemu dengan Dika itupun tanpa sengaja dan dia tidak berbicara banyak apalagi sampai menjelekkan orang lain.

Dan dari mana Mawar tahu kalau dirinya ada di sini begitu juga dengan dirinya yang tanpa sengaja bertemu dengan Dika kemarin-kemarin.

“Kenapa diam aja? Kenapa lo nggak ngerti juga sih, dulu Dika lebih milih gue daripada lo, kenapa lo tetap maksain buat dipilih sama dia. Dika itu cintanya sama gue bukan sama lo karena itu waktu sekolah dia lebih milih gue daripada lo? Kenapa lo nggak ngerti juga?”

“Mawar stop! Gue nggak seperti yang lo tuduhkan itu, gue nggak pernah ngomong apapun sama Dika apalagi sampai jelekkin lo, gue juga nggak perduli sama hidup lo ataupun Dika, kalian tidaklah menarik untuk gue review hidupnya,” balas Dini.

Mawar melotot mendengar itu.

“Heh cewek kampung! Lo pikir gue udah lupa kalau dulu lo ngejar-ngejar Dika, lo pikir gue lupa itu, tapi untungnya Dika lebih milih gue karena gue lebih segalanya dari lo!”

“Udah ya, gue nggak punya waktu berantem sama lo cuman gara-gara rebutan cowok,” kata Dini. Ia melangkah menjauh.

“Tunggu dulu!” Mawar menahan tangan Dini. “Gue belum selesai ngomong,” ujar Mawar.

“Apalagi Mawar?”

“Gue minta lo jauhin Dika, dia cuman milik gue, jangan pernah lo berharap bisa rebut dia dari gue,” tekan Mawar.

“Gue juga nggak sudi rebut dia dari lo, dia udah nggak ada artinya lagi buat gue, lo ambil aja. Dan ya, seharusnya lo yang jaga cowok lo baik-baik, asal lo tahu ya, dia kemarin mohon-mohon sama gue buat nerima dia bahkan dia mau lepasin lo asal gue mau sama dia.” Dini sedikit berbohong, biarkan saja mereka bertengkar dan putus.

“Apa lo bilang? Nggak usah ngada-ngada deh, dia mana mau sama cewek kampung kayak lo?”

“Dia emang nggak mau sama gue karena gue terlalu baik dan tidak pantas buat dia, soalnya selera cewek dia itu kan buruk, dia nggak tahu mana yang baik dan buruk,” kata Dini.

“Maksud lo?”

“Ngaca biar tahu maksud gue,” balas Dini. Ia menjauh meninggalkan Mawar yang masih termangu, ia belum bisa mencerna maksud dari ucapan Dini barusan.

Assalamualaikum, Dek Santri [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang