24. Assalamu'alaikum, Dek Santri

1.3K 107 0
                                    

Happy Reading guys ^_°

*

*

*

“Ayok sayang, turun.” Shaka membuka pintu mobil untuk istrinya. Sekarang mereka datang untuk berkunjung ke pesantren karena sudah lama juga Dini tidak kembali ke sini.

Banyak santri ataupun santriwati yang berlalu lalang di dalam sana menoleh ke arah mereka yang baru saja datang.

“Makasih, Mas,” ucap Dini.

“Sama-sama, ayok!” Shaka memberikan tangannya untuk digenggam oleh sang istri.

Meskipun malu-malu, Dini akhirnya menggenggam tangan suaminya dan berjalan menuju Ndalem.

“Assalamu'alaikum,” salam keduanya setelah sampai di Ndalem.

“Waalaikumus salaam,” jawab Maryam yang muncul diambang pintu.

“Dini, Shaka, ayok sayang masuk yuk!” ajak Maryam.

“Iya Ummi,” sahutnya lalu ikut masuk ke Ndalem.

“Duduk dulu yuk!”

Shaka duduk diikuti oleh Dini yang tak ia biarkan jauh dari sampingnya.

“Kalian mau minum apa?” tanya Maryam.

“Nggak usah, Umi. Nanti bisa ambil sendiri,” jawab Shaka.

“Mas, kamu tunggu di sini dulu ya, aku mau ke asrama dulu sebentar, ada yang mau aku ambil,” ucap Dini memberitahu Shaka.

“Perlu Mas temenin nggak?”

“Nggak usah, aku bentar doang kok,” jawab Dini.

“Yaudah kalau gitu,” balas Shaka.

“Permisi bentar ya, Umi,” pamit Dini.

“Iya, Nak.”

Dini keluar dari sana menuju kamar asramanya untuk mengambil sesuatu yang ia lupakan waktu itu.

Ditengah perjalanan, Dini tak sengaja menemukan sebuah tasbih yang terbuat dari kayu berwarna coklat. Dini akhirnya memungut tasbih itu, ia menolah kesana-kemari untuk mencari seseorang yang mungkin sedang kehilangan sesuatu dan mencarinya.

“Ini punya siapa, ya?”

“Itu punya ana, bolehkah ukhti mengembalikannya.”

Dini berbalik setelah mendengar suara itu, ia langsung menundukkan pandangannya saat berhadapan langsung dengan seorang laki-laki pemilik tasbih itu.

“Saya taruh di kursi ini, kamu bisa mengambilnya, saya pamit, assalamu'alaikum!!” Setelahnya menaruh tasbih itu di kursi yang berada di sana, Dini berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju asrama.

Laki-laki pemilik tasbih coklat itu baru bisa mendongak setelah Dini pergi dari hadapannya.

“Dia begitu terjaga,” gumam laki-laki itu.

“Dia adalah salah satu santri di sini tapi karena dia sudah menikah, dia jadi jarang di sini. Suaminya adalah keponakan ustadz Abraham, namanya Arshaka, dulu dia juga jadi santri di sini, mungkin kamu mengenalnya?”

Laki-laki pemilik tasbih coklat itu menolak setelah mendengar ada seseorang yang datang menghampiri dan memberitahu itu padanya.

“Dari mana kamu tahu semua itu?”

“Kamu lupa sama Gus Shaka?” Laki-laki pemilik tasbih coklat itu terdiam seperti sedang mengingat sesuatu, sampai akhirnya dia menatap kembali temannya tadi dengan tatapan terkejutnya, mungkin dia sudah mengetahui sesuatu.

Assalamualaikum, Dek Santri [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang