Chapter 13

1.5K 156 3
                                    


Beam membuka matanya perlahan, dia ingin menyeka wajahnya tapi sebuah tangan memegangnya erat, membuatnya tidak bisa menggerakkan tangannya. Beam membuka matanya lebar-lebar dan matanya terbuka lebih lebar saat melihat pemilik tangan itu.

Beam menelan ludah dan mencoba untuk duduk. Dia perlu memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi. Dia melirik jam di dinding dan sudah jam 3 pagi.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Beam pelan-pelan, dia tahu Forth tidak bisa mendengarnya tapi dia masih ingin tahu kenapa Forth ada di sini?

Gerakan Forth dalam tidurnya membuat Beam kaku. Dia bahkan menutup matanya kembali untuk berpura-pura sedang tidur tapi dalam keadaan duduk.

Beam mengintip dibalik bulu matanya dan melihat Forth masih tidur nyenyak. Dia penasaran bagaimana Forth bisa tidur seperti itu, itu sama sekali tidak nyaman. Beam bisa melihat wajah Forth dengan jelas, yah dia tidak pernah memuji pria sebelumnya tapi Forth terlihat tampan.

"Kenapa hidungmu tinggi sekali?" Beam bertanya dengan nada cemburu, hidungnya tidak semancung hidung Forth. Dia cemburu.

Beam menelusuri jarinya di hidung Forth. Dia cekikikan diam-diam ketika Forth menyeka hidungnya.

"Oh, bulu matamu panjang juga, makanya matamu besar!" komentar Beam lagi, dia menyentuhnya seolah Forth adalah sebuah patung.

"Forth, aku tidak mengenalmu secara pribadi tapi menurutku kau sempurna dengan caramu sendiri. Kau harus menyukai orang lain, bukan aku!" gumam Beam.

"Hati memilih apa yang diinginkannya dan aku memilih apa yang aku inginkan!" Beam terkejut ketika Forth berbicara, sampai membuatnya hampir jatuh dari tempat tidur karena dia pikir Forth tertidur.

Sebenarnya, Forth terjaga saat Beam mencoba menggerakkan tangannya tapi dia tetap diam untuk melihat apakah Beam akan meneriakinya seperti biasa. Tapi tidak, Beam justru mempermainkan wajahnya dan berkomentar tentang wajahnya. Dia bangga dan berterima kasih kepada orang tuanya karena melahirkannya dengan wajah seperti ini.

"Kau!" Beam ingin memarahi Forth tapi dia memperhatikan Forth dengan seksama, Forth sedikit pucat dan terlihat lelah meski Forth masih bisa memberikan senyum menawannya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Forth mengganti topik. Kerutan Beam menghilang dan dia melihat ke langit-langit, sambil berpikir.

"Apa yang terjadi padaku?" tanya Beam kembali. Dia tidak tahu bagaimana dia berakhir di rumah sakit.

Forth khawatir, kenapa Beam tidak ingat.

"Kau pingsan di kantin." kata Forth, dia tidak tahu banyak tapi itulah yang dia dengar.

"Hah, kenapa?" Beam bertanya lagi, Forth duduk tegak.

"Dokter bilang kau anemia. Kau tidak cukup makan dan istirahat." jelas Forth lagi.

Beam berpikir lagi, dia tidak bisa mengingat apapun. Yang dia ingat hanyalah dia mempermainkan Pha dan Kit.

"Sebelum kau pingsan, apa kau merasakan sesuatu? Sakit kepala atau semacamnya?" tanya Forth semakin khawatir. Beam menggelengkan kepalanya dan tersenyum seperti anak kecil karena Forth terlihat lucu baginya.

"Aku baik-baik saja." kata Beam, dia berharap bisa meredakan kekhawatirannya.

Forth tersenyum kecil dan mengacak-acak rambut Beam. Bean memukul tangan Forth dan mendengus kesal. Forth terkekeh dan menatap Beam. Beam terlihat baik-baik saja.

"Aku senang kau baik-baik saja." kata Forth dengan tulus dan Beam mengabaikan wajah khawatirnya. Dia merasa malu, Forth peduli padanya. Brengsek! Dia ingin memukul dirinya sendiri.

"Emm, apa ayahku tahu?" tanya Beam, sekarang giliran dia yang khawatir. Dia tidak ingin membuat ayahnya khawatir dan buru-buru pulang.

"Tidak. Pha bilang jika kau baik-baik saja, dia tidak akan menelepon ayahmu." kata Forth dan Beam bisa merasa tenang.

Forth menguap beberapa kali. Matanya juga merah.

"Pulanglah, kembalilah ke asramamu. Kau harus tidur dan istirahatlah." kata Beam. Forth mungkin akan pingsan juga.

"Nah, sepertinya aku tidak bisa mengendarai motorku. Aku akan tidur disini. Di sofa..." Forth ingin bergerak tapi Beam menghentikannya dengan menarik jaketnya.

"Tidurlah di sini. Kasurnya memang tidak cukup besar untuk dua orang, tapi kita bisa muat." Apa yang dikatakan Beam membuat Forth ternganga. Benarkah? Beam mengundangnya untuk tidur di tempat tidurnya? Oke, maksud FOrth adalah ranjang rumah sakit!

"Cepat! Jangan tersenyum bodoh!" Ujar Beam sambil bergeser ke sisi kiri untuk memberi Forth ruang untuk tidur.

Forth tidak membuang waktu, dia naik ke tempat tidur dan berbaring di sisinya. Beam juga berbaring di sampingnya tapi melihat ke dinding. Forth bisa melihat punggung Beam dan senyumnya tidak pernah surut.

Forth bergeser lebih dekat sehingga mereka bisa merasakan panas tubuh mereka.

"Selamat malam, Beam." bisik Forth dengan lembut. Beam memutar matanya

"Ini sudah pagi!! Tidurlah!" Desis Beam dan tutup matanya.

Lima menit berlalu, Beam mengintip apakah Forth sedang tidur. Ya, Forth sedang tidur nyenyak. Beam tersenyum dan berbaring menghadap Forth.

"Bodoh. Tidur saja di rumah kalau kau lelah!!" Beam mengibaskan dahi Forth dengan lembut. Forth sedikit mengernyit dan menutupi wajahnya dengan tangannya.

Beam menahan tawanya dan menutup matanya lagi.

Tidak, Beam sama sekali tidak bisa tidur, mungkin karena dia sudah banyak tidur atau mungkin karena Forth tidur di sampingnya. Beam turun dari tempat tidur perlahan dan duduk di kursi, kursi yang Forth duduki sebelumnya.

"Aku sangat ingin menendangmu!" kata Beam saat melihat punggung Forth.

Beam berjalan mengelilingi rumah sakit, meninggalkan Forth yang tertidur sendirian di kamar. Dia mondar-mandir di sepanjang lorong dan berhenti di meja tempat para perawat bekerja.

"Hai, hari yang panjang, bukan?" Sapa Beam dengan senyum genit. Para perawat tersipu dan menjawabnya.

Beam meletakkan tangannya di atas meja dan mencondongkan tubuh lebih dekat, dia memastikan terlihat cukup menawan meskipun dalam pakaian rumah sakit.

"Kenapa kau bekerja sebagai perawat?" tanya Beam.

"Erm, karena aku suka pekerjaan ini. Kenapa?" tanya perawat itu kembali dengan malu-malu. Beam menyeringai dan fokus pada perawat.

"Karena kau bisa menjadi model dengan kecantikan ini, bahkan model pun tidak bisa menang melawan mu." Beam mengedipkan matanya. Dia bisa main mata disini karena tidak ada yang mengenal Forth.

Beam berjalan kembali ke dalam kamarnya dan mendesah dalam-dalam. Dia menutup matanya sebentar sebelum membukanya dan melihat Forth.

"Aku bahkan tidak punya kekuatan untuk merayu lagi. Perawat imut itu hampir meleleh tapi kemudian aku tidak bisa melanjutkan. Kau membuatku kehilangan pesonaku!!!" gumam Beam pada Forth tapi Forth tidak bisa mendengarnya sama sekali.

THE KISS - FORTH BEAM STORY (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang