Chapter 15

1.5K 145 2
                                    


Beam sama sekali tidak terpesona dengan semua yang dilakukan Forth karena itu terlalu berlebihan baginya. Dia bukan perempuan dan dia tidak rapuh. Forth memperlakukannya seperti dia sangat kecil dan rapuh, seperti seorang gadis.

"Hei, membungkuklah, tuan putri akan datang..." Senior Forth bersiul keras saat Beam dan Forth masuk ke kafetaria fakultas Teknik.

Lucunya, semua siswa di kafetaria menundukkan kepala dan tertawa bersamaan sambil menggoda.

Forth menertawakan kekonyolan teman-temannya, tapi Beam merasa marah dan memelototi semua orang disana.

"Hooiiii! Itu sangat menakutkan!!!" Ujar senior lainnya bergabung. Sekali lagi, seluruh kafetaria dipenuhi gelak tawa, sampai terbahak-bahak seperti tidak ada hari esok dan seolah itu adalah tawa terakhir mereka. Atau, mungkin itu akan jadi yang terakhir????

Mood Beam terjun seperti pesawat jatuh. Beam tidak pernah mengangkat kepalanya dan terlihat sedih. Forth menelan ludahnya, karena Beam benar-benar terlihat sedih kali ini.

"Oh, Babe, mereka bercanda!!" Forth tidak bisa melihat wajah Beam sedih ini. Forth meraih tangan Beam dan Beam tidak menariknya kembali seperti biasanya.

Beam mengangkat kepalanya. Matanya berkaca-kaca, telinga, mata, pipi dan hidungnya merah dan dia hampir menangis tapi tidak ada yang bisa memalingkan pandangannya karena Beam terlihat sangat cantik sekarang. Benar-benar sangat cantik.

Forth tidak bisa menggambarkan perasaannya sekarang karena Beam terlihat seperti bidadari yang akan menangis. Sangat indah, sehingga tidak ada yang mau membuat bidadari itu berhenti menangis.

"Forth, aku pergi dulu..." kata Beam sambil menyeka air matanya.

"Tidak!!!" teriakan nyaring bergema di sekitar kafe saat Beam menyeka air matanya.

Forth keluar dari terhipnotis dan meraih tangan Beam. Beam menatap Forth dengan sedih dan pergi. Dia meninggalkan Forth di sana.

Forth melihat sekeliling dan ingin membunuh semua siswa yang ada disana. Sulit untuk membuat Beam mau makan siang dengannya di fakultas Teknik, tapi teman-temannya justru membuat Beam pergi. Yah, itu mungkin salahnya juga.

"Oke, hari ini ayo masuk kelas lebih awal dan buat dosen kita bangga!" kepala senior berteriak dan lari dari kafetaria. Siswa lain segera mengikuti, karena mereka mencintai diri mereka sendiri dan masih ingin hidup.

Video Beam hampir menangis tersebar dan menjadi perbincangan hangat di laman kampus. Semua orang berkomentar dan memuji betapa cantiknya Beam. Forth mengecek viewer yang hampir mencapai 100K dalam beberapa jam saja. Dia tidak tahu apakah orang-orang menonton video itu berulang kali karena dia sendiri sudah menontonnya untuk kesepuluh kalinya. Ini gila!

"Aku benci orang-orang menonton ini. Tapi aku mengerti kenapa mereka melakukannya." kata Forth dan teman-temannya mengangguk setuju dengan Forth karena mereka juga terus menontonnya berulang kali.

Beam membenci dengan keputusannya kemarin untuk bersikap seolah tersinggung dan ingin menangis, karena sekarang dia menjadi perhatian semua orang di kampus. Dia hanya ingin membuat para senior Teknik berhenti menggodanya karena dia pikir, jika dia menangis, mereka akan berhenti menggodanya. Tapi hasil dari tindakannya berbeda dengan apa yang dia bayangkan.

Forth dan Kit juga ketagihan untuk menonton videonya berulang kali. Mereka pernah melihat Beam menangis sebelumnya, tapi Beam tidak pernah terlihat secantik ini saat menangis.

Beam menghela nafas dan mengambil ponsel yang digunakan Pha dan Kit untuk menonton video itu. Mereka merengek keras seperti anak kecil saat kehilangan mainannya.

"Hentikan Pha, Kit!! Jika kau sangat ingin menontonnya, tonton aku sekarang!" Beam memukul meja, dia marah.

Pha mendengus dan Kit memperhatikan Beam. Kit tersenyum dan mengusap lengan Beam.

"Kuharap aku bisa menontonnya secara langsung!" kata Pha dan Beam menendang tulang kering Pha di bawah meja. Pha menyentuh tulang keringnya yang sakit dan mengutuk ringan pada Beam.

"Cukup sudah!!!. Aku lelah dengan ini." Beam terdengar sangat lelah sehingga teman-temannya memperhatikannya.

Mereka berbicara tentang kehidupan dan tugas, karena mereka tidak memiliki kelas tersisa untuk hari itu. Beam sedang sibuk mengetik di laptopnya saat Forth datang dan mencium kepalanya. Beam tidak memberikan reaksi apapun karena Forth selalu memperlakukannya seperti itu.

"Babe, masih marah soal kemarin?" tanya Forth hati-hati.

"Tidak lagi, Forth. Aku hanya lapar." Beam bahkan tidak menggerakkan kepalanya untuk melihat ke arah Forth tapi suaranya terdengar manis, bukan nada biasa yang dia gunakan untuk teman-temannya. Hanya Pha dan Kit yang bisa mendeteksinya.

Forth pergi untuk membelikan Beam beberapa makanan ringan karena dia tahu Beam ingin makan tapi bukan sesuatu yang berat seperti nasi. Dia kembali dengan keripik dan sepotong kue. Yah, dia sangat membutuhkannya.

Pha dan Kit menyaksikan dalam diam interaksi antara Forth dan Beam. Forth melakukan hampir segalanya agar Beam tidak menolaknya lagi. Mereka bahkan mengira Beam sudah menerima Forth.

"Beam, aku akan pulang akhir pekan ini." kata Forth. Beam melihat Forth, itu pertama kalinya sejak Forth ada di sana, Beam memfokuskan dirinya pada Forth.

"Kenapa?" tanya Beam, dia penasaran karena Forth berjanji akan menemaninya menemui dokter gigi karena dia takut dengan dokter gigi.

"Aku tahu, aku berjanji untuk menemanimu tapi saudara laki-lakiku dari Jerman akan pulang dan dia ingin memperkenalkan pacarnya kepada keluarga." jelas Forth dengan hati-hati karena dia sudah melakukan banyak kesalahan dan kali ini dia juga harus mengingkari janji.

"Oh, aku akan minta Pha dan Kit untuk pergi bersamaku. Kau bisa pulang." kata Beam setelah berpikir sebentar.

Pha dan Kit ingin menolak karena mereka ingin menghabiskan akhir pekan bersama pacar mereka tapi tatapan mata Forth menutup mulut mereka dan membuat mereka menganggukkan kepala.

"Aku benar-benar ingin pergi denganmu..." kata Forth sangat menyesalinya. Beam tersenyum sedikit dan menepuk pundaknya.

"Aku akan baik-baik saja. Aku akan mengirimimu pesan setelah aku selesai."

"Ya, tolong lakukan. Ini hanya pemeriksaan biasa. Gigimu sempurna, jangan khawatir, oke." Forth ingin membuat Beam merasa nyaman.

"Kau harus melakukannya juga. Kau terlalu banyak makan yang manis." kata Beam, bukan berarti dia khawatir, tapi itu membuat hati Forth berdebar.

"Aku baik-baik saja. Kakak laki-lakiku yang lain adalah seorang dokter gigi. Dia memastikan semua orang di rumah memiliki gigi yang sempurna. Terkadang, aku ingin berdoa agar dia tidak kuliah kedokteran." keluh Forth membuat Beam sedikit terkekeh.

Mereka terus berbicara seperti memiliki dunianya sendiri. Sementara Pha dan Kit? Mereka sudah lama terlupakan.


THE KISS - FORTH BEAM STORY (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang