ARUTALA 06 | Belajar dari Pengalaman

156 16 3
                                    

Assalamu'alaikum yeorobun, pa kabar?

Support 1k followers
Jangan lupa Vote and Komen juga, jangan jadi silent readers geng.

Inget jangan jadi silent readers

HAPPY READING

______________________________________

ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ

'sebuah kenikmatan pasti ada pertanggung jawabannya'
(QS. At Takatsur ayat 8)

"Ren, lo nggak takut masuk orang tua lo dipanggil lagi? Ntar kita dikumpulin lagi di BK," ujar Aldi berjalan di belakang Mauren.

Mauren bergeming, ia memang sering keluar masuk BK bahkan orang tuanya pun sudah beberapa kali dipanggil ke sekolah. Jika bukan karena Fikar-ayahnya, mungkin gadis ini sudah didepak dari sekolah ini.

Kling!

Gadis itu segera mengecek ponselnya saat suara notifikasi pesan berbunyi. Bibirnya menarik lengkungan saat melihat siapa yang mengirim pesan padanya, Rion dan ketiga temannya memutar bola mata jengah. Itu pasti pesan dari Ravel.

Ravel bertanya dimana Mauren berada sekarang, gadis itu segera membalas dengan singkat agar Ravel tidak mengomelinya.

"Pak Ravel bilang apa?" tanya Boby.

"Nanyain gua lagi dimana, katanya jangan main terlalu jauh."

"Nyungkun eta teh Ren, sebenarnya mah Pak Ravel teh marah sama lo." ucap Bagas pada Mauren.

"Bener tuh, apalagi dia pasti tau kalo lo mabal sama kita-kita. Hatinya pasti gerah banget pacarnya dikelilingi sama cowo ganteng nan kece," timpal Boby.

"Bukan gerah lagi, tapi udah gosong," seloroh Aldi membuat yang lain terkekeh kecuali Rion yang hanya menyunggingkan senyumnya.

"Kasian ya, Pak Ravel pasti overthinking mulu." ujar Bagas sambil mengunyah kripik singkong kesukaannya.

"Guru lo tuh," lanjut Rion.

"Guru lo juga bego!" balas Boby, Bagas dan Aldi berbarengan.

"Pacar gua, monyet! Gua laporin kalian bertiga, biar nilainya pada kecil." Mauren mengancap ketiga temannya yang membicarakan Pak Ravel.

"Jangan dong, nilai gua udah kecil. Masa mau dikecilin lagi," ujar Aldi.

"Nggak peduli," ujar Mauren.

"Awas aja kalo sampe nilai gua kecil, lo, gua tukerin sama keripik!" seru Bagas.

.

Di sekolah, Pak Ravel terus berusaha membujuk bu Nina agar tidak menghubungi kedua orang tua Alma. Ia terus meminta ke ringanan.

"Nggak bisa pak, bulan ini Mauren udah banyak ngelanggar. Bagaimana sekolah ini bisa disiplin kalo masih ada murid seperti itu, kalo bukan karena koneksi ayahnya mungkin anak itu sudah dikeluarkan." ucap Bu Nina pada Ravel.

Lelaki itu menghembuskan nafasnya kasar. "Untuk kali ini saja bu, orang tuanya Mauren terlalu sering dipanggil."

"Itu konsekuensi punya anak yang susah diatur," balas Bu Nina.

"Bu--"

"Kenapa bapak terlihat berbeda saat menyangkut Mauren?" seledik Bu Nina. Hubungan antara Mauren dan Ravel memang sangat privasi, hanya orang-orang terdekat yang tau. Itu pun harus tutup mulut.

ARUTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang