ARUTALA 20 | Bisakah Aku Kembali?

130 25 15
                                    

HAPPY READING



Tiga bulan kemudian.

Seorang gadis yang sedang duduk di sebuah bangku taman, tatapannya terlihat sangat kosong dengan wajah yang masih pucat pasi. Setelah bangun dari koma, Mauren sangat syok berat karena pandangannya yang gelap tidak bisa melihat sekeliling.

Kasus yang beberapa bulan lalu menimpa dirinya kini sudah berakhir, Warman dan Maheer telah menepati janji mereka untuk membuktikan semuanya dan membersihkan nama baik Mauren. Namun, kasus tersebut masih belum bersih karena dalang di balik semua itu masih belum di temukan. Sebagai seorang ayah, Fikar sudah menyesali kata-kata buruk yang ia lontarkan pada Mauren sebelum kecelakaan ini terjadi.

Bagaimana dengan Alma? Wanita itu masih keras kepala, bahkan tidak memperdulikan Mauren. Sampai saat ini Alma belum melihat Mauren, menanyakan kabar pun tidak pernah.

"Kenapa saya tidak mati saja?" lirihnya dengan nada lemah,  kemudian menghembuskan nafasnya perlahan.

"Umi juga nggak peduli bagaimana keadaan  anaknya, lantas untuk siapa saya masih bernafas? Melelahkan saja," ujarnya.

Mauren tersenyum getir, hidupnya sangat buruk sekali. Tidak seberuntung Maheer yang selalu mendapat kasih sayang sang ibu. Ia pun menggerakan tongkatnya mencari jalan agar tidak menabrak sesuatu yang ada di depannya. Saat ia hendak pulang dari taman, ia berpapasan dengan dua orang cewek seumuran dengan dirinya.

"Eh kalian tau nggak?" ujar cewek dengan rambut kecoklatan yang dibiarkan terurai panjang memulai pembicaraan tepat saat mereka berpapasan dengan Mauren.

"Apa?"

Cewek berambut kecoklatan itu melirik Mauren dengan ekor matanya. "Gua denger-denger ya tuh cewe simpenan om-om tau," ujarnya.

Dengan jelas Mauren mendengar apa yang cewek itu katakan, ia mengacuhkannya dan meneruskan langkahnya.

"Masa sih? Cewe hijaban gitu jadi simpenan?"

"Lu nggak tahu?"

"Ibu gua pernah bilang kalo dulu tetanggan sama emak bapaknya tuh cewe, katanya ibunya itu dulu hamil di luar nikah. Buah jatuh nggak jauh dari pohonnya, ibunya aja nggak bener."

Mauren mengepalkan tangannya saat mendengar Uminya direndahkan seperti itu, lantas itu memutar balik langkahnya menghampiri kedua cewek tersebut. Mereka menatap sinis ke arah Mauren.

"Ngapain lo? Mau temenan sama kita? Sorry, kita gak mau temenan sama cewe buta?"

"Cuih, gua juga nggak sudi temenan sama lo!" ujar Mauren.

"Terus mau lo apa?" ujarnya, mereka terkekeh seperti mengejek Mauren.

"Gua mau nyawa lo, karena lo udah berani ngomongin ibu gua tentang hal yang nggak-nggak."

"Emang bener adanya seperti itu," balas mereka.

"Ibu lo pelacur," lanjut salah satu dari mereka membuat Mauren naik pitam.

"COBA ULANGIN LAGI!" sentak Mauren.

"i-bu lo pe-la-cur," ucap cewe berambut kecoklatan dengan mengeja setiap kosakata kemudian tertawa mengejek.

Mauren mencengkram kerah baju gadis itu. "Lo bener-bener pengen mati?"

"LO PENGEN MATI DI SINI?!"

Tangan Mauren beralih pada leher cewek itu, mencekiknya perlahan. Teman cewek tersebut hanya kelabakan melihat temannya dicekik Mauren, ia juga tidak bisa melepaskan tangan Mauren dari lehernya sebab tenaga Mauren sangat kuat.

ARUTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang