ARUTALA 27 | Hadiah Untuk Umi

160 16 8
                                    

Assalamu'alaikum geng, Oci kembali lagi
Maaf ya lama updatenya

HAPPY READING YEOROBUN!

_______________

Dimana? Dimana diriku yang dulu? Bisakah kau kembali? Aku tidak ingin menjadi wanita lemah yang pasrah dengan keadaan.

-Mauren Sayeeda Al Faris

____________________

Sam tengah asik menggobrol dengan sang ayah tanpa menghilangkan fokusnya dalam menyetir mobil, ia sesekali tertawa ringan menanggapi jokes ayahnya. Di jok belakang, sang ibu hanya menggeleng pelan melihat kedua laki-laki kesayangannya sambil ikut menimpali. Mereka tanpa begitu akrab, sangat-sangat mencerminkan keluarga cemara sekali bukan?

Mata laki-laki itu menangkap seorang gadis yang sangat ia kenali, sontak ia pun mengerem mobilnya secara mendadak. Sam mempertajam penglihatannya, benar saja gadis itu Mauren. Akan tetapi siapa dua pria yang ada di dekat gadis itu?

"Aduhh, kamu kunaon ngerem ngadadak kieu?" tanya ayahnya seraya menatap sang anak.

Melihat Mauren ketakutan, Sam buru-buru melepas seatbelt-nya kemudian keluar dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Kedua orang tuanya hanya memperhatikan langkah panjang anaknya yang tergesa-gesa.

"Minggir, jangan macam-macam!" sentak Mauren memundurkan langkahnya.

"Kalian mau apa hah?!"

"Kamu takut sama kita?" Bukannya mundur, mereka semakin mendekat pada Mauren.

Tuhan. Mauren sangat ketakutan, keringat dingin sudah membasahi tubuhnya. Tangannya sudah bergetar, tubuh mungilnya mendadak lemas. Mauren akui, ia tidak sekuat dulu lagi ia tidak bisa membela dirinya sendiri disaat seperti ini.

Mauren menghirup pasokan oksigen banyak-banyak berusaha tenang. Apapun yang akan terjadi selanjutnya ia pasrah, gadis itu tidak bisa lari maupun menyerang.

Tiba-tiba sebuah tangan menariknya. Pasrah, Mauren sangat pasrah jiga lelaki itu memiliki niat jahat padanya seperti mereka. Namun tangan itu menariknya dan menyembunyikan Mauren dari balik tubuh tegapnya.

"Pak Ravel?"

"Kamu diam di sini!" Benar duguaan Mauren, lelaki itu adalah Ravel. Ia menghembuskan nafasnya lega.

Jarak beberapa meter lagi, langkah seorang laki-laki terhenti. Ia membeku di tempatnyabeberapa saat sebelum nyanyian klakson menyadarkannya. Sam pun segera berlari ke arah Mauren.

Sam menatap gadis itu iba, ketakutan Mauren sangat kentara.

"Kamu tidak papa?"

Wajah gadis itu menoleh ke arah suara dengan wajah bingung. Suara itu terdengar tidak asing, pikir Mauren.

Sam tersenyum simpul melihat Mauren sedikit memundurkan tubuhnya. "Saya tidak akan menyakitimu."

Bughhh!

Suara pukulan terdengar nyaring. "PAK RAVEL!" teriak Mauren. Gadis itu hendak berlari, namun dicegah oleh sebuah tangan yang menggenggam erat lengan Mauren.

ARUTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang