HAPPY READING!!
Bel pulang sekolah berbunyi. Sebagian besar siswa melangkah cepat menuju parkiran maupun gerbang sekolah. Sama halnya dengan dua gadis yang tengah berjalan berdampingan, mereka tampak diam tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Arin sibuk menggandeng Mauren meskipun gadis itu sangat menolak keras.
Tanpa mereka sadari, seseorang memperhatikan keduanya dari jauh. Ia adalah Agatha. Tiba-tiba rambut Agatha ditarik kebelakang oleh seseorang sehingga gadis itu merintih kesakitan.
"Lo harus nurutin apa mau gua! Kalo lo nggak mau bernasib sama kayak temen lo!?" Franciska mendorong Agatha hingga terhempas ke belakang. Gadis itu terlihat menggeleng takut.
"I-iya," balas Agatha. Ia harus kembali terkurung dalam belenggu Francisca.
Tubuh Agatha merosot ke atas lantai, ia memegang dadanya kemudian mengusap punggung tangan kirinya yang tampak melepuh karena beberapa waktu lalu terkena tumpahan kuah baso yang masih panas, itu semua ulah Franciska.
"Maheer! Kita di sini," seru Arin sambil melambaikan tangannya pada Maheer yang terlihat sedang mencari keberadaan Mauren.
"Kita pisah di sini, sampai jumpa besok Mauren. Papay," ucap Arin.
"Hmm."
"Kamu jangan judes gitu ke Arin! Kamu gada rasa Terima kasihnya sama Arin yang selalu nemenin kamu Mauren," tegur Maheer yang kini sudah berada di hadapan kedua gadis itu.
"Saya nggak nyuruh dia buat bantu saya," ujar Mauren sambil berjalan meninggalkan kedua manusia itu.
Arin menatap Maheer sejenak. "Kamu jangan bilang gitu, nanti Mauren makin ga mau aku temenin."
Dari kejauhan seorang laki-laki dengan kemeja maroon yang digulung setengah lengan membuatnya tampak gagah menatap interaksi mereka sejak tadi. Tangan kanannya mengenggam kalung emas yang sejak beberapa bulan lalu membuatnya mencari si pemilik kalung tersebut. Sekarang ia menemukan si gadis itu, senang? Tentu saja! Akan tetapi kondisi gadis itu membuatnya iba.
Sam. Yap, laki-laki yang selalu mencari Mauren itu memiliki nama kecil 'Sam'. Laki-laki yang memiliki tubuh tinggi kisaran 183cm, berkulit kuning langsat dan memiliki bulu mata yang lebih lentik. Ciptaan Tuhan yang sangat sempurna dengan segala porsinya.
Laki-laki itu tersenyum geli melihat gadis yang selalu ia cari itu sedang menghentakkan kakinya pelan, ah sangat menggemaskan sekali.
"Ya allah, mengapa gadis seperti dia kau berikan cobaan seperti ini?" gumamnya pelan.
"MAHEER! Cepat, saya kepanasan di sini!" seru gadis itu membuat laki-laki yang disebut maheer itu bergegas ke arahnya.
Setelah memperhatikan Mauren hingga gadis itu lenyap dari pandaganannya, Sam pun segera pergi dari sana. Laki-laki itu menyimpan menyimpan kalung yang selalu ia jaga itu pada kotak beludru. Baru beberapa langkah ia melangkagkan kaki, ia melihat rekan kerja papanya sedang kebingungan di lorong kelas 12 Sosial.
"Assalamu'alaikum, dengan Pak Fikar?" tanyanya agak ragu, pasalnya ia baru sekali bertemu dengan pria di depannya ini. Waktu pesta perusahaan lalu.
"Wa'alaikumussalam, eh kamu anaknya Pak Haris? Sedang apa kamu di sini?"
"Iya Pak. Saya hanya mengunjungi teman saya yang baru saja keterima mengajar di sini," jawabnya.
Mereka berbincang sejenak, Sam dan Fikar terlihat begitu akrab serta satu frekuensi.
"Aduhh saya jadi lupa karena keasikan mengobrol, jangan-jangan anak saya sudah pulang duluan. Saya pamit ya, salam buat papa kamu."
"Baik Pak."
.
Rion mengendalikan motornya ugal-ugalan membuat cewe yang duduk dijok belakang meringis ketakutan. Namun, lelaki itu tetap memacu kuda besinya dengan cepat menghiraukan cewe itu. Ia sudah muak dengan semua kelakuan pacarnya itu, semuanya sudah berada diluar batas.
"Rion, pelan-pelan gua takut."
"Plis yon jangan ngebut kayak gini! Aku masih pengen hidup," ujar cewe itu. Bibirnya bergetar menahan tangis, air matanya sudah menggenang siap untuk terjun membasahi pipi cewe itu.
Tidak ada sedikit pun niat dalam hati Rion untuk memelankan laju kendaraannya.
"Aku gak mau mati kayak gini!" Cewek itu merancau ketakutan, air matanya pun kini mengalir membasahi pipi mulusnya. Ia menangis tanpa isak, hanya sesak di dada yang ia rasakan saking takutnya.
Rion menarik pedal gasnya membuat kuda besinya semakin cepat membelah jalanan. Laki-laki itu seperti kerasukan setan, tidak ada rasa kasihan pada cewe yang ketakutan dibelakangnya, ia juga tidak merasa takut akan kecelakaan yang bisa saja ia alami dengan berkendara seperti itu.
"RION!!" Franciska berteriak sambil menyembunyikan kepalanya pada punggu Rion, ia pasrah dengan apa yang akan terjadi. Nyawanya sepertinya akan melayang di sini.
Sebuah mobil truck bermuatan lebih melaju dari arah samping bertepatan saat Rion berada di persimpangan. Demi apapun Franciska sudah sangat pasrah jika ia mati karena ulah pacarnya itu. Suara decitan ban yang bergesekan keras dengan aspal terdengar begitu memilukan, apakah mereka sudah berada di alam lain?
Ah ternyata Rion berhasil menghindari truk tersebut, kini ia menghentikan motornya dipinggir jalan. Karena tubuh Franciska sangat dekat dengan tubuhnya, Rion bisa merasakan degup jantung cewe itu yang berdetak tidak karuan.
"K-kita masih hidup?" Franciska membuka suara.
"hmm."
"LO GILA? LO PENGEN MATI?" Dengan nafas yang memburu cewe itu mencerca Rion, sesekali tangannya mendarat di punggung laki-laki itu.
"GUA PENGEN LO MATI!" Rion menyentak cewe itu sehingga terdiam.
"Gua udah muak liat lo masih bebas nikmatin hidup, sedangkan Mauren? Karena ulah cewe ga punya hati kayak lo, dia harus kehilangan masa depannya!"
"Gua tau, gua tau semuanya! Gua tau lu yang nyebar berita sampah itu, gua tau FRANCISKA! Tapi gua diem aja karena gua kira semua akan baik-baik aja dan mereda begitu saja, namun gua salah." Laki-laki itu memukul motor sportnya meluapkan segala amarahnya yang selama ini ia pendam.
Rion mengatur nafasnya yang memburu. "Kenapa lu sejahat itu? Lo ga punya rasa sesama cewe? Dasar gila!"
"Gua lakuin itu semua karena lo!" seru Fransiska.
"Gara-gara cewe itu, yang lo jadiin prioritas itu bukan gua tapi DIA!"
"Pak Ravel, Lo, semua yang ada di dekat gua selalu merhatiin dia! Apa istimewanya Mauren? APA????!!"
• TBC •
Maaf yeorobun Oci upnya kelamaan hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUTALA
Teen Fiction"Saya hanya gadis buta dan hina, penuh kekurangan. Untuk apa kamu mendekati saya? Apakah hanya ingin mengejek saya?" "Arutala," ucapnya tiba-tiba sambil tersenyum simpul menatap gadis di depannya. "Nama saya Mauren!" . "Anak umi, sholehahnya umi...