ARUTALA 18 | Merasa Kehilangan

163 25 22
                                    

HAPPY READING

.
.
.

Komen perparagraf kuy

.
.
.

Seberapa jauh kamu pergi, meski ke ujung dunia sekali pun
aku pasti akan menemukanmu

-Matahari mu wahai Rembulan

Fikar berdiri di balkon membiarkan tubuhnya terkena hembusan angin malam yang begitu menusuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fikar berdiri di balkon membiarkan tubuhnya terkena hembusan angin malam yang begitu menusuk. Ia memejamkan matanya mengingat semua ucapan yang ia lontarkan pada Mauren tempo hari.

Sebelum Mauren lepas dari cekalannya dan berlari menembus hujan, Fikar melontarkan kata-kata yang sangat menyakitkan.

Flashback on

Fikar menyeret Alma keluar dari rumahnyarumahnya, saat itu hujan sedang mengguyur bumi dengan air matanya yang turun dengan sangat deras disertai raungan petir yang menyambar.

"IKUT! ABI AKAN MASUKAN KAMU KE PESANTREN SEKARANG JUGA!"

"Abi, Mauren nggak tau apa-apa."

"KAMU HARUS TOBAT DI SANA! RENUNGKAN SEMUA APA YANG KAMU LAKUKAN!"

"Mauren nggak salah, itu bukan aku."

"ANAK TIDAK TAHU DIRI, BRENGSEK! BISA TIDAK KAMU HANYA BERNAFAS SAJA? JANGAN MELAKUKAN APAPUN YANG MEMPERMALUKAN KELUARGA? BISA TIDAK?!" Fikar menyentak Mauren membuat gadis itu kicep dan ketakutan.

"BEBAN TIDAK BERGUNA, BANYAK TINGKAH!! TIDAK PUNYA OTAK!"

Deg

Hati Mauren rasanya tercabik-cabik mendengar perkata yang keluar dari mulut abinya. Sangat menyakitkan, ia tidak pernah sekali pun mendengar abinya berucap seperti itu. Lelaki sabar yang selalu ia kagumi kini hilang, sekarang Mauren benci!

Entah kekuatan dari mana, Mauren berhasil lepas dari cekalan Fikar, lantas ia berlari menembus butiran air hujan. Maheer yang melihat itu ikut menerobos air hujan  mengejar Mauren, ia tidak peduli dengan berapa deras hujan mengguyurnya.

Flashback off

Fikar tersentak ketika mengingat dimana ia menerima telpon dari rumah sakit yang memberi tahunya bahwa Mauren mengalami kecelakaan. Rasa kecewa yang begitu besar membuatnya tidak memiliki rasa peduli sedikit pun. Sampai saat ini Fikar belum pergi untuk melihat Mauren.

ARUTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang