💦26💦

11 3 3
                                    

Laila menatap iba pada Karin yang tengah duduk di teras samping rumah sembari menatap taman yang diterangi lampu-lampu. Dia berjalan menghampiri Karin dan ikut duduk di kursi.

"Hai La," sapa Karin saat menyadari kehadiran Laila.

"Kenapa melamun di sini?" tanya Laila.

Karin tersenyum tipis. "Nggak ada alasan,"

"Jangan terlalu dipikirin ya semua ucapan Liam. Aku minta maaf atas sikap kurang ajar anak aku," ucap Laila tulus.

Karin menghela nafas berat. "Luka yang aku torehin buat Liam dan Raffa emang fatal La, aku maklum sama sikap mereka."

"Tapi ini sudah sepuluh tahun sejak kejadian itu. Aku nggak ngerti kenapa Liam harus ikutan benci sama kamu,"

"Liam semakin dewasa La. Dia makin paham bahwa kesalahan yang aku lakukan dulu sangat fatal. Dia harus berpisah sama satu-satunya saudara yang dia sayang karena kesalahan aku."

"Dia nggak berhak benci sama kamu, Rin."

Karin tersenyum kecil, senyum itu dia paksakan. "Aku emang pantas di benci."

Hati Laila sakit melihat Karin yang sekarang. Dia tidak tega melihat Karin yang tersiksa selama sepuluh tahun ini karena kebencian keluarganya terutama kebencian kedua anak kandungnya, Raffanko dan Valo.

"Aku harap semua ini cepat berakhir." Laila berujar.

Karin juga sangat mengharapkan hal itu. Dia selalu bersabar selama ini untuk mengharapkan akhir dari kebencian keluarganya. Dia tau dia salah dan kesalahan dia sangat fatal, namun dia hanyalah seorang manusia, dia bukan tuhan.

"Kenapa kamu gak benci sama aku La? Kenapa kamu baik terus sama aku?" tanya Karin.

"Aku benci sama apa yang kamu lakukan itu, benci banget. Cuma aku ngerasa gak pantas aja untuk ikutan benci sama kamu, toh bukan aku yang kamu bikin sakit hati. Aku bukan orang yang kamu khianati."

"Padahal aku sudah torehin luka di hati Liam. Aku bukan gak tau kalau selama ini Liam main-main sama banyak perempuan karena dia sakit hati sama aku. Aku tumbuhin trauma buat Liam dan Raffa."

Laila diam sembari memandangi taman. "Aku gak akan pernah lupa kalau kamu adalah penyelamat aku dan Gavin."

"Aku emang udah seharusnya lakuin itu. Mana mungkin aku biarin calon keponakan aku kenapa-kenapa kan."

Kini mereka sama-sama terdiam dan memandangi taman.

"Kabar mereka gimana?" tanya Laila.

"Roland nginap di tempat orang tuanya karena Aizhar dan Alisha disana."

"Allen gimana kabarnya?"

Karin menghela nafas sangat berat. "Masih sama kaya dulu."

"Jangan terlalu dipaksakan ya, dia masih anak-anak."

"Kesalahan aku benar-benar fatal ya La. Demi keegoisan aku sampai nyakitin hati banyak orang."

"Aku gak bisa bilang kamu gak salah. Kamu emang salah besar, fatal. Tapi, semua orang punya kesempatan buat memperbaiki nya kan."

Laila selalu sebijak dan sebaik itu. Diantara semua keluarga Maheswara yang keras, hanya Laila lah yang selalu menjadi penengah dan bisa bersikap bijak. Dan itulah yang membuat Aydin, Kakak Karin cinta mati pada Laila.

Kini ereka tenggelam dalam pikiran masing-masing hingga tidak sadar bahwa malam semakin larut.

"Keinginan aku cuma satu, La," ungkap Karin setelah mereka lama terdiam.

Splash HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang