💦 14 💦

107 13 2
                                    

Salsa melangkah menuju keluar gedung untuk makan siang dengan berat disertai wajah suram karena kejadian kemarin membuatnya harus mendapat tatapan sinis oleh para karyawan yang dia lewati. Dia berkali-kali menghela nafas lelah dan sangat merasa nelangsa.

Hani yang sejak tadi berjalan bersama Salsa hanya bisa menatap prihatin pada Salsa yang tidak bersemangat sama sekali.

"Sabar ya." Ucap Hani.

Salsa menoleh pada Hani dengan wajah suram. "Gue pengen pindah tempat magang aja." Ungkapnya.

"Tapi kan nggak bisa, lo tau sendiri peraturan kampus kita gimana. Lagipula tempat magang kita ini yang menentukannya kampus langsung. Bahkan bisa magang diperusahaan sebesar ini adalah kesempatan bagus buat kita." Ujar Hani.

"Tapi gue rasanya nggak tahan. Belum lagi kalo gue nantinya ketemu sama Pak Liam, nggak punya muka gue." Curhat Salsa.

"Gue denger-denger dari para karyawan disini, katanya Pak Liam itu jarang ke kantor jadi lo aman-aman aja." Ujar Hani berusaha menghibur Salsa.

"Jarang bukan berarti nggak kan? Masih ada kemungkinan gue ketemu sama dia."

"Ya lo hadapin aja lah. Minta maaf juga biar kelar masalahnya."

"Dikira gampang apa ya?" Desis Salsa.

"Ya daripada lo kaya gini terus, mending minta maaf sama dia." Sahut Hani.

"Malu lah."

Hani menghela nafas jengah. "Nggak usah sok malu, sudah terlanjur malu-maluin juga."

"Jangan dipaparin juga sih."

"Ngingetin aja."

Salsa menghela nafas berat. Situasi ini benar-benar membuatnya tak nyaman.

"Saran gue lo harus minta maaf deh sama Pak Liam, biar masalahnya kelar dan lo juga bisa tenang." Kata Hani.

Salsa tampak berpikir, dia ragu untuk meminta maaf pada Liam karena sudah kepalang malu. Memikirkan bertemu Liam saja rasanya dia tak bisa. Tapi dia juga tak mungkin bisa tenang disituasi begini.

"Gue coba deh." Putus Salsa lirih.

Hani menepuk-nepuk pelan pundak Salsa untuk memberikan semangat pada Salsa.

💦💦💦


Satu sekolah geger karena kejadian tadi pagi. Hampir semua murid membicarakan kejadian itu, termasuk kelas XII IPS 1 yang kini heboh membicarakan kejadian itu meski tak semua karena ada juga yang bodoamat dengan kejadian itu.

Sherly yang baru datang bersama Bella menatap bingung pada teman-teman sekelasnya yang bergerombol dimeja Finda dan Ulfa, mereka tampak asik membahas kejadian itu. Sherly dan Bella tidak tau karena terlambat datang. Dan tampaknya mereka tidak menyadari kehadiran Sherly dan Bella.

"Jelas aja Sina marah sampai pengen bunuh Julia begitu, kan Ibunya meninggal gara-gara kejadian itu." Cetus Finda, si ratu gosip dikelas XII IPS 1.

Mereka yang bergerombol itu mengangguk setuju dengan perkataan Finda karena satu sekolah memang tau detail kejadian itu.

"Gue juga bisa kalap gitu kalo jadi Sina." Timpal Ulfa.

"Dia sih enak nggak ingat apa yang sudah dia lakuin dan bisa hidup dengan tenang." Kata Terry.

"Lo nggak lihat tatapan Marlo yang pengen banget lenyapin Julia. Ngeri guys." Cetus Erwin, salah satu siswa yang ikut bergosip itu.

"Lihat lah! Jelas aja dia semarah itu karena pacarnya meninggal juga." Sahut Deris yang berdiri disamping Erwin.

Splash HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang