💦29💦

25 3 0
                                    

"Diam. Aku gak akan macam-macam dan cuma mau antar kamu ke UKS," ujar Raffanko yang lelah mendengar ocehan Rannesa yang minta di turunkan.

"Gue bukan anak kecil yang harus di gendong dan lo bikin gue malu di lihatin anak-anak yang lain." Rannesa geram.

Raffanko tak menanggapi dan terus berjalan menuju UKS. Rannesa merasa percuma mendebat dan memilih diam.

Wangi ini rasanya familiar. Aroma mint yang segar dan wangi lembut yang hanya pernah sekali Rannesa hirup. Dia ingat wangi ini hanya pernah sekali dia cium dan membuat candu. Tapi dimana dan dari siapa dia lupa.

"Sampai," ujar Raffanko sembari menurunkan Rannesa ke atas bankar.

"Udah lo bisa pergi. Makasih sudah bantuin gue," ujar Rannesa.

Raffanko tak menghiraukan dan memilih mengambil kotak P3K untuk mengobati Rannesa karena kebetulan suster yang berjaga tidak ada.

"Serius gue bisa sendiri," ujar Rannesa berusaha merebut kotak P3K dari tangan Raffanko namun tidak berhasil.

"Diam dulu," ujar Raffanko sembari mengobati luka Rannesa.

Rannesa menatap laki-laki yang tengah berjongkok mengobati lukanya itu dalam diam. Entah kenapa Rannesa merasa sangat familiar dengannya.

"Apa kita pernah ketemu?" tanya Rannesa.

Raffanko mendongak untuk menatap Rannesa. "Mungkin," jawabnya sembari tersenyum.

Rannesa terdiam. Senyuman Raffanko berhasil membuatnya terpana.

"Ganteng," batin Rannesa.

"Astaga lo mikir apaan sih, Ran. Dia itu anak SMA, ingat anak SMA." Rannesa menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran yang tak seharusnya itu.

"Julia!" panggil Sherly sembari masuk ke dalam UKS, raut wajah Sherly tampak sangat cemas sekali.

"Gue baik-baik aja. Lagian gue puas udah Jambak rambut dia. Nih lihat," Rannesa menunjukkan helaian rambut Angel yang masih tersangkut di tangannya.

"Kamu tuh ya, kenapa sekarang jadi nekat banget kaya gini sih? Aku panik lihatnya."

Rannesa hanya membalas dengan senyuman.

"Selesai," ujar Raffanko sembari bangkit berdiri.

"Dareka, kenapa kamu bantuin Julia?" tanya Sherly.

"I just wanna do it," jawab Raffanko.

"Kamu dan temen-temen kamu bisa kena masalah. Kamu gak tau kan Angel itu kaya gimana orangnya."

"Tau. Mario sudah pernah cerita."

Sherly tercengang mendengarnya. Kalau dia tau kenapa dia mau membantu Julia, itu akan berbahaya untuk dia dan teman-temannya.

"Gue jadi hutang budi sama lo. Nanti kalo ada apa-apa sama lo dan temen-temen lo, gue akan tanggung jawab," ujar Rannesa.

"Kamu bukan menyelesaikan masalah tapi malah menambah masalah. Sekarang teman-teman kamu pasti bakal jadi incaran Angel dan teman-temannya," kata Sherly.

"Kenapa harus takut sama anak kurang kerjaan kaya gitu?"

"Tap-"

"Aku tau apa yang kamu khawatirin. But, aku tau resiko dari hal ini."

Sherly menghela nafas berat. Kenapa semakin hari semuanya jadi semakin kacau dan tidak terkendali.

"Aku balik ke teman-teman aku dulu," ujar Raffanko pamit.

Rannesa dan Sherly hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Lo kenal dia?" tanya Rannesa.

Sherly menatap heran pada Rannesa. "Kamu gak kenal dia siapa?" tanya Sherly kembali.

Splash HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang