💦 3 💦

133 11 5
                                    

Mentari pagi bersinar cerah. Memberikan rasa hangat bagi apa saja yang mengenainya. Pagi yang begitu cerah membuat orang-orang menyambutnya dengan semangat untuk memulai aktivitas mereka.

Seorang gadis cantik melangkahkan kakinya dengan begitu ringan dan tampak binar bahagia dimatanya. Senyum tipisnya seakan tak ingin beranjak dari bibirnya. Terus tersungging untuk menujukkan rasa bahagianya. Sesekali terdengar dia bersenandung.

Langkah kaki gadis itu berhenti tepat didepan sebuah toko bunga. Senyumnya semakin terbit saat melihat bunga-bunga yang sangat cantik. Dan matanya jatuh pada bunga mawar putih yang tampak indah dan cantik.

"Pagi, Ran." Sapa pemilik toko dengan ramah.

"Pagi juga Kak Vio." Balas Rannesa ramah.

"Mawar putih lagi, Ran?" Tanya Violet, wanita cantik pemilik toko bunga tersebut.

Rannesa mengangguk sembari terkekeh. Menjadi pelanggan tetap dan selalu membeli bunga yang sama sepertinya membuat Violet hafal akan Rannesa dan bunga apa yang selalu gadis itu beli. Yaitu mawar putih.

"Hari yang cerah ya Ran? Secerah hatimu." Goda Violet yang sejak tadi melihat binar bahagia Rannesa.

Rannesa tersenyum lebar. "Sangat cerah." Ungkapnya.

Violet terkekeh melihatnya. Dia menyodorkan mawar putih pesanan Rannesa. "Mawar putih yang cantik." Ujarnya.

"Secantik penjualnya." Puji Rannesa sembari menerima bunga tersebut.

Violet terkekeh karenanya. Dia ikut tertular rasa bahagia Rannesa di pagi ini.

Rannesa menyerahkan uang yang langsung diterima oleh Violet.

"Terimakasih, Kak Violet cantik." Ucap Rannesa sembari tersenyum lebar.

"Sama-sama, cantik." Balas Violet.

"Dah, Kak." Ucap Rannesa pamit.

Violet membalas dengan lambaian tangan sembari tersenyum. Dia mengamati kepergian Rannesa. Gadis itu melangkahkan kakinya dengan begitu riang sembari sesekali menghirup aroma mawar putih ditangannya. Violet terkekeh melihatnya.

💦💦💦


Raffanko menatap Liam dalam diam yang sangat sulit diartikan. Dia kemudian menatap kunci mobil ditanggannya lalu beralih pada mobil sport warna putih dihadapannya.

Tadi Liam heboh memintanya turun ke lobby sehingga mau tak mau Raffanko harus turun. Dan dia dibuat bingung dengan Liam yang tiba-tiba menyerahkan mobil sport baru padanya.

"Mobil lo." Kata Liam yang membuat kerutan dikening Raffanko kian bertambah.

"Mobil ini dibeli beberapa bulan yang lalu sama Kakek. Sebagai hadiah ulang tahun lo. Yaaahhh meskipun lo nggak akan pernah lihat dan pakai juga beliau tetap ngotot pengen beli mobil ini buat lo. Karena beliau yakin, suatu saat lo pasti kembali dan lo memerlukan mobil ini. Dan mobil ini dibeli atas nama lo." Jelas Liam.

Helaan nafas Raffanko terdengar jengah dan berat. Dia mengembalikan kunci mobil itu setelah tau bahwa itu pemberian dari Kakeknya.

Liam mendengus keras, dia tau Raffanko pasti akan memberi respon seperti ini sehingga dia sudah mengantisipasinya.

"Kalo lo nggak terima ini, maka jangan salahkan gue kalo Om Yudha bakalan tau rencana lo." Ancam Liam yang memang tau kelemahan Raffanko.

Tatapan Raffanko berubah tajam. Baru saja tadi malam dia diperingati oleh Ayahnya tersebut. Dan dia juga sudah berjanji tidak akan mengecewakan Ayahnya. Maka dengan sangat terpaksa dia menerima kembali kunci mobil itu.

Splash HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang