💦28💦

16 3 0
                                    

"Ada apa lagi?" tanya Hatama.

"Ujian kali ini, saya mau jadi juara," ungkap seorang siswi.

"Mintalah hal yang masuk akal."

"Selama ini saya selalu memenuhi keinginan Bapak!" Siswi itu tampak marah.

"Dan saya sudah memenuhi semua yang kamu mau. Pembullyan, pelanggaran peraturan sekolah, manipulasi nilai dan bahkan kejadian dua bulan yang lalu."

"Saya tidak terlibat! Mereka saksinya!"

"Kita tidak pernah tau apa yang terjadi kan."

"Anda sudah melenyapkan buktinya bukan?" ejek siswi itu berani.

"Saya tidak sebodoh itu untuk menghilangkan semua bukti yang dapat mengancam saya."

"Kalau saya ketahuan, maka anda dan mereka juga akan terseret. Bodoh!"

Raffanko, Liam dan Pak Firman saling pandang setelah mendengar percakapan itu. Itu adalah percakapan Hatama dan salah seorang siswi yang berhasil mereka sadap.

"Dua bulan yang lalu?" gumam Liam.

Seketika mereka kembali saling pandang setelah mendapatkan jawaban.

"Kecelakaan Valo." Raffanko berseru.

"Benar," sahut Firman.

"Saya tidak terlibat! Mereka saksinya!"

Raffanko kembali memutar suara itu.

"Berarti ada lebih dari dua orang yang ada disana," gumam Raffanko.

"Tapi siapa siswi ini?" gumam Liam.

"Suaranya familiar," ungkap Raffanko.

"Serius?"

Raffanko mengangguk.

"Pak Firman tolong kirim rekaman ini ke saya. Saya harus memastikan suara siapa ini," pinta Raffanko yang langsung diangguki Firman.

"Ternyata benar kalau Hatama terlibat dalam kasus Valo," ujar Firman.

"Saya akan menyelidiki hal ini besok," ujar Raffanko.

💦💦💦

Rannesa menghela nafas berat saat melihat tatapan tajam Delisa yang tertuju padanya. Sudah lebih dari lima belas menit mereka hanya berdiam diri tanpa berbicara.

"Maafin gue," akhirnya ucapan itu keluar dari bibir Rannesa.

"Lo tau gue kecewa berat sama sikap lo ini." Delisa menyahut marah.

Rannesa tak bisa jujur tentang dia yang tidak ingin membebani keluarga Delisa dengan segala permasalahan yang keluarga mereka hadapi. Dia tidak ingin melukai hati Delisa mau pun kedua orang tua Delisa yang sudah sangat baik dan benar-benar menganggap mereka keluarga. Dan dia juga tidak bisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi sekarang.

"Gue saat itu lagi kalut. Gue gak tau harus ngapain disaat kondisi Elvan memburuk, dan disaat yang tepat Pak Julian tawarin bantuan buat gue dengan syarat gue mau terima tawaran pekerjaan dari dia." Rannesa menjelaskan.

"Itu semua pasti ulah Pak Julian supaya dia bisa manfaatin Ran," batin Delisa.

"Bukannya selama ini selalu ada orang misterius itu yang bantu apapun soal Elvan?" tanya Delisa.

"Dia nggak ada kabar setelah sebulan yang lalu. Gue nggak tau apa yang terjadi tiba-tiba dia hilang dan kami yang membayar biaya perawatan Elvan."

Delisa merasa sesak di dadanya. Hal itu terjadi karena selama sebulan itu keuangan Delisa dibatasi karena dianggap boros oleh kedua orang tuanya. Sedangkan Juan sedang ada masalah yang membuat nya tidak bisa membantu biaya perawatan Elvan.

Splash HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang