HAIIIII akuuuu kembaliiiii
Gimana kabar kalian? Maaf banget baru bisa update huhu.
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa.
Happy reading 🥰😍
•••TRUK-truk tertutup berisi rombongan tentara PETA berhenti di sebuah lahan. Supriyadi dan tentara PETA rombongan pertama mulai menuruni truk. Pemuda itu berjalan perlahan. Mengedarkan pandangan pada sekeliling, langkahnya terhenti begitu kakinya ia dapati menginjak sesuatu.
Alis tebalnya bertautan. Perlahan ia menunduk. Begitu menyadari benda yang tidak sengaja ia injak, rahangnya berubah mengeras.
"Ada apa, Shodancho?"
Supriyadi tidak mengatakan apa pun. Netranya masih tertuju pada benda berwarna putih yang mulai diselimuti debu.
Halir tersentak, menyadari apa yang membuat Supriyadi mendadak diselimuti amarah. "Jepang memang tidak tahu malu. Memaksa rakyat kita bekerja tanpa upah, membiarkan mereka kelaparan dan terserang wabah. Setelah mereka tiada, tidak sedikit pun terbesit di hati mereka untuk menguburkannya."
"Para tentara Nippon itu memang tidak punya hati, Bung. Kita tidak bisa mempercayai janji-janji manis yang mereka berikan kepada kita." Muradi bersuara. Para tentara PETA mengangguk, setuju dengan perkataannya.
"Bagaimana pun kita harus tetap melakukan rencana kita, Bung. Tindakan Nippon ini tidak boleh kita biarkan begitu saja," imbuh Sunanto.
Supriyadi tidak mengatakan apa pun. Netranya masih menyorotkan kemarahan. Begitu pula dengan Muradi yang sedari tadi menyimak pembicaraan rekan-rekannya.
"Bung Supriyadi, Bung Supriyadi." Soedarmo menghampiri. Ia mengatur napasnya yang tersengal-sengal.
"Ada apa, Bung? Mengapa kau seperti mendapat kabar yang tidak baik?" tanya Halir.
Bundancho Soedarmo menggeleng. "Aku baru dengar dari para kempetai, mereka bilang latihan ini dibatalkan. Kita akan dipulangkan ke Blitar sebentar lagi."
Keterkejutan tercipta di wajah para tentara PETA.
"Bagaimana mungkin? Apa Bung mengetahui alasan dibalik tindakan Nippon yang demikian?" Muradi bersuara.
Soedarmo menggeleng. "Aku tidak tahu pasti, Bung, tetapi aku sempat mendengar para kempetai itu mengatakan jika Daidan Bojonegoro baru saja meninggal. Ada kemungkinan jika itulah penyebab latihan sepuluh daidan ini dibatalkan, Bung."
"Apakah Bung tahu penyebab meninggalnya Daidan Bojonegoro itu Bung?" tanya Halir. Soedarmo kembali menggeleng.
"Aku juga tidak tahu, Bung. Para kempetai itu tidak memberikan keterangan yang jelas terkait penyebab meninggalnya Daidan Bojonegoro, tapi aku sangat yakin jika meninggalnya Daidan Bojonegoro ini karena dibunuh oleh Nippon."
"Kalau memang benar demikian, itu artinya kita harus lebih berhati-hati, Bung. Jangan sampai rencana yang kita susun berbulan-bulan lamanya tercium oleh Nippon," ujar Sunanto memperingatkan. Tentara-tentara PETA itu kompak mengangguk. Mereka kembali menutup mulut begitu Halir mengisyaratkan salah satu kempetai berjalan mendekat.
"Tenno heika banzai!"
"Tenno heika banzai!"
Kempetai itu beralih menatap Supriyadi. "Haik. Shodancho Supuriyadi, Shodancho Muradi, kembarirah ke daram truk. Ratihan sepuruh daidan ini dibatarkan. Kita harus segera tiba di Blitar."
Supriyadi mengangguk. Tanpa bersuara, ia bersama rekan-rekannya mulai menaiki truk.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
KLANDESTIN ( SELESAI )
Ficción histórica[Reboot cerita Clandestine, bisa dibaca terpisah. Alur cerita tidak saling berhubungan.] • klan·des·tin /adv/ secara rahasia; secara diam-diam. • Terkunci di perpustakaan sekolah saat membaca buku tentang seorang pejuang kemerdekaan membuat Noureen...