28. Sang Abdi Negara

488 76 12
                                    

HAPPY READING 🥰😍✨
•••

NOUREEN tidak berhenti merasa cemas sejak kepergian Supriyadi. Ia benar-benar takut jika pemuda itu tidak akan kembali terlebih setelah tersiar kabar semua tentara PETA harus melapor ke camat untuk dibawa ke Blitar.

"Priyambodo kamu di mana?" Noureen kembali mondar-mandir di dalam sebuah kamar yang tertutup. Sementara di ruang tamu, Pak Lurah menyambut kedatangan Supriyadi dengan tangan terbuka.

"Bagaimana keadaannya, Pak?"

"Aman," jawab Pak Lurah singkat. Supriyadi tersenyum lega. "Tapi, Shodancho. Kau harus segera membawanya kembali ke zamannya. Dia tidak boleh terus-terusan berada di sini," sambung Pak Lurah lagi. Dalam hati ia sangat mencemaskan pemuda di hadapannya juga gadis yang sudah berada di rumahnya selama beberapa jam ke belakang.

Pria itu sudah mendengar segala penjelasan dari Kyai Alif beberapa jam sebelum rencana Supriyadi dicetuskan. Meski sempat kebingungan, ia menjadi mengerti jika Supriyadi memang sudah ditakdirkan untuk gadis dari masa depan itu.

Supriyadi terdiam.

"Kau harus memikirkan keluarganya, Shodancho. Saat ini mereka pasti tengah panik mencari-cari keberadaan nona itu."

Supriyadi masih bungkam.

"Kau juga tidak akan aman jika berada di sini, Shodancho. Aku dengar tentara PETA yang tertangkap dibawa ke Blitar sementara yang masih bebas diminta menyerah dan melapor ke camat. Apakah Shodancho juga akan menyerah?"

"Tidak! Daripada menyerah lebih baik saya dibunuh oleh bangsa sendiri. Saya rela dibunuh oleh Pak Lurah sendiri."

Sontak perkataan penuh penegasan Supriyadi sampai ke telinga Noureen. Gadis itu lantas bergegas meninggalkan kamar dan menghampiri Supriyadi. "Priyambodo," panggilnya.

Supriyadi tersenyum. Ia merentangkan kedua tangan yang langsung disambut oleh Noureen. Interaksi muda-mudi itu membuat Pak Lurah terenyuh. Ia tahu mereka saling mencintai.

Belum sempat Noureen bertanya kabar, perkataan Pak Lurah terlebih dahulu menginterupsi. "Kuharap kalian segera bersiap. Saya akan mengantarkan kalian ke air terjun Sedudo sebentar lagi. Portal menuju masa depan akan terbuka satu jam lagi." Pak Lurah meninggalkan Noureen dan Supriyadi berdua di ruang tamu.

Noureen menatap bertanya laki-laki di hadapannya. "Apa maksud Pak Lurah?"

Supriyadi sedikit sangsi. Berat sekali ia mengucapkan kenyataan yang harus mereka terima. "Kau harus kembali ke masa depan, Nour. Aku tak bisa menahanmu untuk tinggal di sini."

Deg! Batin Noureen rembali terluka mendengarnya. Ia sampai tak sanggup berkata-kata.

"Aku tahu ini sulit, aku pun merasa demikian, tapi Nour keluargamu parti sudah menunggumu. Aku tak ingin mereka mencemaskanmu."

Noureen terenyuh. "Lalu bagaimana denganmu?"

Supriyadi terdiam. "Aku juga tak rela, tapi aku tak bisa melawan takdir. Tempatmu bukan di sini, Nour."

Netra Noureen berkaca-kaca. Ia lantas semaki mengeratkan pelukannya. Supriyadi benar. Ia tak boleh melawan takdir. "Aku mencintaimu, Nour. Sungguh..."

•••

Supriyadi menatap gua di hadapannya dengan getir. Di sinilah kisahnya dan Nona Aneh akan berakhir. Gadis itu bahkan tak bersuara sedari tadi.

"Nona, kau harus masuk sekarang."

Perkataan Pak Lurah membuyarkan lamunan Noureen. Ditatapnya lagi Supriyadi yang tampak tegar. Lebih tepatnya mencoba tegar. Supriyadi lantas mengangguk meyakinkan.

KLANDESTIN ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang