01

9.8K 671 76
                                    

Dreeblissa

Entah sudah berapa lama Lily memandang langit  cerah di luar sana melalui jendela kaca besar dari apartemen sebelum atensinya terkejut dengan suara keras seorang pemuda yang membantah ibunya. Dia adalah seorang gadis berusia 18 tahun yang baru saja datang di ibukota untuk melanjutkan pendidikan di jenjang universitas. Sebelumnya, Lily hanya seorang gadis desa yang kehidupannya jauh dari kemewahan, tapi percayalah dia tidak pernah merasa berkekurangan, karena kedua orangtuanya merawatnya dengan penuh cinta dan berusaha memenuhi setiap kebutuhannya.

Dan hari ini merupakan hari pertamanya di ibukota. Kebetulan sekali sahabat ibunya, tante Sarah tinggal di ibukota bersama suami dan putranya. Dan apartemen yang dia tempati saat ini adalah apartemen milik anaknya tante Sarah.

"Emangnya ini tempat penampungan apa?" Itu suara anaknya tante Sarah. "Nggak. Dia nggak boleh tinggal di sini. Lagian aku cowok, dia cewek, mama apa-apaan sih?!" Pemuda itu beradu argumen dengan sang ibu tepat di depan mata Lily. Dia menyaksikan semua itu, hingga semua tuturan yang dikeluarkan pemuda itu tentangnya, dia dengar.

Namanya Jeka. Lily mengenal pemuda itu. Satu tahun sekali Jeka dan keluarganya akan mengunjungi kampung halaman, dan Lily akan selalu bertemu dengan Jeka serta keluarga, karena selain ibu mereka adalah sahabat masa kecil, rumah Lily dan rumah orangtua dari tante Sarah sangatlah dekat. Dan kediaman orangtua dari tante Sarah adalah rumah paling mewah di desa mereka.

"Jeka, dengerin mama. Dia itu Lily anaknya tante Laras. Kamu kenal sama Lily kan? Dia tinggal di dekat rumah nenek."

"Iya, aku kenal dia. Cewek yang terobsesi sama warna pink. Apa-apa pink, semua serba pink. Daleman lo pink juga nggak?" Si Jeka menoleh pada Lily.

"Ha?"

"JEKA!" Tante Sarah memukul lengan putranya sebagai peringatan agar lebih sopan pada Lily. Sungguh, Jeka ini bukan pemuda yang lembut dan bukan merupakan anak yang benar-benar patuh pada orangtuanya.

Menjadi anak tunggal dan hidup dalam kemewahan, yang apa pun bisa dia miliki hanya dengan meminta dari kedua orang tuanya memang menjadikan Jeka bak anak laki-laki yang bertindak seenaknya, mengeluarkan tuturan yang terkadang tidak memikirkan perasaan orang lain, menjadi anak yang keras kepala, dan juga ... entah sudah berapa banyak kenakalan yang dia lakukan hingga detik ini. Sarah sebagai ibu bahkan hampir lepas tangan dalam mendidikan anaknya. Ketegasan yang dia keluarkan akan selalu kalah dari suaminya yang terlalu memanjakan putra mereka.

"Aku cuma nanya. Dia tuh alay tau nggak, ma. Liat aja dandanan dia ..." Jeka melirik Lily dari ujung rambutnya hingga ujung kaki dan sejenak membuat Lily merasa tidak nyaman dengan tatapan menghina dari Jeka. "... kampungan. Emang masih ada cewek make bando segede itu di kepala dan pake poni kek anak kecil. Kacamata bulet gede. Pake celana warnanya ngejreng kaya gitu?" Jeka mendecih.

Lily sontak memerhatikan dirinya. Dia benar-benar merasa malu sekarang.

Sekali lagi Sarah menegur putranya, tapi kali ini dengan cubitan yang cukup kuat hingga membuat Jeka memekik sakit.

"Mama nggak pernah ngajarin kamu untuk tidak sopan kayak gitu. Pokoknya Lily tinggal di sini sama kamu. Lily diterima di universitas yang sama dengan kamu. Dan cuma perlu naik bus satu kali, nggak buang-buang ongkos," tutur Sarah. "Denger, Jeka, sampe kamu kasar lagi atau nyakitin Lily, mama potong jajan dan mama tarik semua fasilitas kamu—"

"Ma!"

"Mama nggak main-main. Lily sudah seperti anak mama juga, dan perlakukan dia seperti adik kamu. Dan jangan coba-coba memikirkan hal-hal aneh. Mama akan datang seminggu sekali untuk mengecek kalian."

"Ma!"

"Mama nggak ngasih kamu pilihan!" Sarah memperingati dan membuat Jeka tampak frustrasi.

Pemuda itu hanya bisa mematung dan melihat ibunya mendekat pada gadis yang dilabeli gadis kampung olehnya itu. Mengapa ibunya ini terlihat seakan lebih menyayangi gadis kampung itu daripada dirinya sendiri?

Sialan. Jeka mendecih. Menggaruk belakang kepalanya, dia hampir gila saat ibunya datang dengan gadis pecinta warna merah muda itu. Oh Tuhan, si Lily Lily Lily norak ini dari dulu bahkan sampai sudah sebesar ini dia tidak berubah. Wajahnya masih menyebalkan seperti dulu dan dandanannya masih saja kampungan. Tolong lah, mereka sudah ada di tahun 2022, paling tidak dia meninggalkan bando besar di kepalanya itu. Memalukan.

"Tante, aku ngekos aja, nggak apa-apa. Takut ngerepotin Jeka," ucap Lily saat Sarah duduk di sebelahnya.

"Udah. Tinggal aja di sini. Lagian kalo ngekos sendiri di kota ini itu nggak aman. Apalagi kamu anak perempuan. Cantik lagi."

Jeka hampir gila saat ibunya memuji Lily. Apa ibunya ini buta? Lily bahkan seperti boneka pang di jalanan sana. Bisa-bisanya model seperti itu dibilang cantik.

"Tapi, tante—"

"Nggak ada tapi-tapian. Ibu kamu nitipin kamu ke tante, jadi kamu sudah menjadi tanggungjawab tante. Kamu tetap tinggal di sini. Apartemen ini punya dua kamar, satu milik Jeka dan satu milik kamu. Kamu juga bisa ke kampus bareng Jeka, atau naik bus. Haltenya nggak jauh," tutur Sarah. "Tante nggak bisa lama-lama sama kamu di sini, om berangkat sore ini, tante harus nemenin. Buatlah diri kamu senyaman mungkin di sini. Kalo Jeka gangguin kamu, telfon tante."

"Dia juga bukan tipe aku," celutuk Jeka sembari memutar bola matanya. "Tepos gitu nggak bisa bikin nafsu."

Lily membulatkan bola matanya mendengar tuturan Jeka tadi. Pandangan pemuda itu tampak mengejeknya. Dia segera memalingkan wajah.

"Jek, mama mohon dengan sangat hormat, hargai Lily dan jaga dia seperti adik kamu."

Jeka mendecih. "Bodo amat dah."

Sarah mencubit putranya lagi. Jeka hanya bisa memberikan ekspresi kesal pada ibunya.

"Ly, tante pergi dulu. Ada bahan makanan di kulkas, kamu bisa masak kan?"

Lily mengangguk mantap. "Bisa, tante."

"Oke, kalo males masak pesen makan aja nanti Jeka yang bayar," ucap Sarah dan bergegas pergi sebelum Jeka mencecarnya dengan omelan.

"LAH? Ma, kirain bapaknya! Mama!"

Setelah Sarah pergi Lily masih duduk di sofa yang tak jauh dari pijakan Jeka. Lagi pemuda itu menoleh pada Lily dan masih dengan tatapan yang sama, seolah jijik dengan sosok Lily. "Lo mandi deh, atau ngapain kek. Ngeselin banget muka lo."

× × ×

Dreeblissa • Liskook 18+ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang