17

5.3K 588 80
                                    

Dreeblissa

Meninggalkan rasa syok dan setelah perbincangan bersama kedua orang tua mereka, Lily mengikuti langkah Jeka yang menaiki anak tangga menuju kamarnya, tapi baru beberapa langkah pemuda itu kembali berbalik dan sedikit mengejutkan Lily.

"Apa, Jek?" tanya Lily.

"Naik lift aja, gue males naik tangga," ucap Jeka dan berjalan menuju sisi kanan dari arah tangga dan membuat Lily sedikit kaget.

"Emang ada lift di rumah ini?" Dia bertanya sembari mengekori Jeka.

"Ada lah, sayang," jawab Jeka sembari tangannya menekan tombol lift.

Pintu lift kaca bening itu terbuka dan membuat manik Lily berkedip kagum. "Wow," lirihnya. Demi apa pun, selain rumah Jeka yang besar nan mewah yang membuat Lily kagum, tapi adanya lift di dalam rumah ini semakin membuat Lily ternganga.

Lift pribadi? Sekaya apa keluarga Jeka? Mereka benar-benar kaya huh. Mobil mewah di depan rumah itu juga  milik keluarga Jeka. Apa sekarang Lily merasa insecure? Keluarga Jeka memiliki segalanya, sementara dia hanya gadis dari kampung yang kebetulan ibunya bersahabat dengan tante Sarah, wanita yang menikahi lelaki kaya ibu kota. Bahkan rumah Jeka hanya memiliki dua lantai, tapi rasanya dia sedang menginap di sebuah hotel berbintang ketika lift terbuka di lantai dua rumah orang tua Jeka.

Sungguh Lily sudah  cukup kagum dengan apa yang dia lihat di bawah sana, tapi di lantai dua ini seakan Lily ditampar dengan kemewahan yang lain. Ruang nonton dengan layar yang besar di dinding, sofa-sofa dengan ukuran besar, ruangan khusus mini bar dan billiard. Tunggu dulu, bukan kah hanya mereka bertiga yang tinggal di rumah ini? Mengapa memiliki fasilitas lengkap seperti ini.

Jeka menoleh saat melihat Lily masih diam di depan ambang pintu yang mengarah pada ruangan di mana meja billiard kesayangannya berada. Pemuda itu lalu mendekati Lily dan mencolek lengan gadis itu.

"Liat apa?" tanya Jeka.

"Kamu punya meja billiard," ucap Lily. Sungguh, dia hanya melihat billiard melalui gambar internet. Di kampungnya hanya ada satu tempat yang selalu ramai dikunjungi oleh anak-anak muda, kios paman Sam. Di sana ada juga meja billiard, tapi percayalah ukurannya dan kualitasnya sangat jauh berbeda dengan yang dimiliki Jeka di rumahnya.

Jeka mengangguk pelan, "Gue suka main billiard, tapi dulu sih waktu masih sekolah."

"Rumah kamu lengkap banget fasilitasnya," ucap Lily dengan binar di bola matanya.

"Yeah, mama dulu nggak mau keluar main sembarangan sih, jadi gue dilengkapin dengan ..." Jeka menunjuk semua hal yang ada di depan mata Lily. "... ini."

Lily mengangukkan kepalanya. Dia mengerti, rich habit huh?

"Dulu rumah ini udah kayak markas buat gue sama temen-temen gue." Jeka berbicara lagi. Dan Lily menyimak dengan baik. "Mama dulu protektif dan posesif banget ke gue soal pergaulan, untungnya sekarang udah nggak kaya dulu."

"Orang tua yang protektif ke anaknya itu artinya sayang dan takut kalo kamu kenapa-napa atau pergaulan kamu jadi nggak kekontrol," kata Lily, tapi detik kemudian dia seakan menyadari ucapannya saat mata Jeka mulai sedikit menyipit. "Tapi, tante Sarah gagal sih."

"Maksudnya gimana?"

"Ya nggak gimana-gimana, kamunya tumbuh begini."

"Gini gimana?" Mata Jeka yang tadinya menyipit sekarang menjadi terbuka lebar. "Gini gimana?  Mesum maksudmu? Apa playboy?" Dahi Lily berkerut. "Cowok kalo dicap playboy itu karena dia nikmatin masa mudanya. Hidup tuh ya cuma sekali, nikmatin apa yang ada disekitar lo," tuturnya.

Dreeblissa • Liskook 18+ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang