Dreeblissa
Entah sudah berapa jam Lily mengurung dirinya di kamar. Bahkan gadis itu tidak berbicara sama sekali dengan Jeka, walau si pemuda sudah berkali-kali mengetuk pintu kamarnya.
Hari sebentar lagi memasuki waktu malam, dan Lily belum juga keluar, dia bahkan melewatkan makan siangnya dan membuat Jeka benar-benar kesal. Tidak, dia tidak hanya kesal, karena gadis itu mengabaikannya, menjadi pendiam, dan tidak keluar kamar, tapi pada si brengsek siapa yang membuat Lily kembali dengan air mata di wajah cantiknya, dan bekas tamparan yang membuat pipi putih gadis itu memerah.
"Ly ..." Jeka berdiri di depan pintu kamar Lily dengan salah satu tangannya di masukkan pada saku celana. Dia memanggil gadis itu berkali-kali, dari lembut hingga mengetuk dengan keras pintu di hadapannya. "Ly ... gue mau ngomong! Buka pintunya!"
Masih tidak ada jawaban.
Jeka mengetuk sekali lagi pintu kamar gadis itu. "Lily, gue tau Kayla yang nampar lo!"
Lily yang tengah bersandar di ujung kaki ranjang sontak saja mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Dia yang awalnya mengabaikan teriakan Jeka akhrinya memalingkan atensinya pada pemuda yang terus menggedor pintu kamarnya. Lily menelan salivanya. Dari mana Jeka tau? Jantungnya berdetak, bukan, bukan hanya tentang Jeka yang sudah mengetahui hal ini, melainkan dia takut jika pemuda itu justru melabrak Kayla.
Saat seperti ini bak dejavu ketika mereka masih kecil dulu, ketika Jeka berkunjung ke kampungnya. Hal yang sama Jeka lakukan, ketika ada anak yang mengganggunya, Jeka adalah orang pertama yang akan membelanya dan memarahi anak-anak itu. Walau pada realitas Jeka ikut mengganggunya. Tapi, seakan Jeka tidak membiarkan orang lain melakukan hal yang sama untuknya.
Dan untuk satu ini, jujur saja bagi Lily adalah yang paling fatal dari semua gangguan dan cerca yang dia terima selama ini. Untuk pertama kalinya, bak perasaannya dipukul hancur, entah untuk tuturan atau tamparan Kayla, atau karena rasa cemburu dan sakit hatinya. Demi Tuhan, Lily menyukai Jeka, dan dia sakit hati jika ada perempuan lain yang dekat dengan pemuda itu bahkan seakan tau segalanya tentang Jeka.
Apa salah, jika saat ini semua perasaannya campur aduk? Apa salah, jika dia marah? Kejadian di depan minimarket itu seakan menyadarkan Lily. Jika tau ada banyak perempuan yang mengidam-idamkan Jeka selain dirinya, Lily tidak ingin membiarkan perasaannya pada pemuda itu semakin membesar, bahkan ketika apa yang telah mereka lakukan semalam dan pagi ini.
Seharusnya dia tetap menanamkan apa yang dikatakan tante Sarah, bahwa dia sudah seperti anak perempuan di keluarga mereka. Seharusnya seperti itu.
"Lily, lo belum makan." Suara Jeka masih di depan pintu. "Gue mau keluar bentar. Jangan lupa makan."
Ucapan Jeka itu seketika saja membuat Lily bangkit berdiri dan buru-buru menyusul Jeka sebelum keluar dari apartemen.
"Jeka," panggil Lily saat melihat Jeka hampir mencapai pintu keluar.
Pemuda itu berhenti melangkah.
"Kamu mau ke mana?" Tentu saja yang ada di otak Lily saat ini Jeka keluar dengan tujuan lain, entah menemui Kayla atau apa, tapi Lily ... khawatir.
Jeka menoleh dan menjawab, "Nyari angin."
"Nyari angin?"
"Hm ..." gumam Jeka. "Jangan lupa makan."
"Jeka ..." Lily selangkah maju. "Aku nggak apa-apa."
"Hm, terus?"
"Kayla nggak salah."
Jeka mendecih, sudut bibirnya tertarik; tersenyum tipis ketika mendengar ucapan Lily. "Nggak salah ya?" Dia mendekat pada Lily. "Terus kenapa lo nangis? Kenapa baju lo kotor? Dan kenapa pipi lo merah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreeblissa • Liskook 18+ ✓
ChickLit[SELESAI] [M] Lily adalah cewek kampung pecinta warna merah muda di mata Jeka. Cewek norak dengan outfit jaman dahulu kala. Jeka bilang Lily bukan tipenya dan tidak pernah masuk standar cewek yang akan dia pacarin. Tapi, suatu malam yang larut tan...