Dreeblissa
Jeka terduduk di lantai dengan sebelah tangannya yang masih terborgol dan hanya bisa melihat Lily yang terus mondar-mandir di depan pintu kamarnya dengan masih mengenakan pakaian minim tadi.
Sialan, gadis gila, sinting, cupu bullshit. Entah sudah berapa puluh umpatan Jeka keluarkan dari tadi, tapi Lily sama sekali tak mengacuhkannya dan sibuk dengan aktivitasnya sendiri.
Sesekali Lily berdiri di depan pintu kamar dan menertawakan Jeka. Wajahnya manis saat tertawa tanpa kacamata tebal itu, walau kesal, tapi jujur saja Jeka menikmati pemandangan tersebut.
"Ly, ayolah ... kuncinya di mana? Gue laper ini loh ..." Mulai dari teriakan hingga bersuara lembut pun tak mempan membuat Lily luluh untuk melepas jeratan borgol di pergelangan Jeka itu. "Apa deh yang lo minta gue turutin," ujar Jeka lagi. "Tapi, lepasin, Ly, gue lapar. Lo mau gue mati apa gimana?"
Lily menarik napasnya. Dia berada di kamar sekarang sedang mengganti pakaian setelah selesai membuat sarapan.
"Gue lapar batin nggak lo puasin, gue lapar perut ini, meninggal gue bisa-bisa." Jeka masih mengoceh dan membuat Lily ingin menertawakannya dengan keras, tapi gadis itu berusaha menyembunyikan raut penuh kemenangannya.
"Ly, gue beliin lo hape baru deh. Atau bikini mahal, apa aja dah, tapi lepas dulu!" teriak Jeka. "Gue nggak perkosa lo, anjir. Becanda doang tadi, Ly, Lily ..."
Lily berderap dan bersandar di depan pintu kamar Jeka, memandangnya dengan sedikit senyum di wajah. "Drama banget sih."
"Drama pala lo!" Jeka kesal. "Lo ternyata aslinya nyebelin ya. Pencitraan doang depan nyokap bokap gue, aslinya kek dakjal."
Lily terkekeh. "Jeka, kamu itu cowok, tapi kenapa mulut kamu kayak cewek? Lemes."
Jeka menatap Lily dengan pandangan yang menyimpan kekesalan yang tak bisa ditahan untuk meledak. Seakan tatapannya menegaskan, gue bunuh lo, mutilasi lo, kubur lo di pedalaman hutan. "Awas aja lo."
Lily mengatup rapat mulutnya, menyadari wajah Jeka yang semakin jengkel.
"Mau ke mana lo?" Jeka bertanya saat melihat perubahan pakaian di tubuh Lily. Gadis itu seakan kembali pada setelan pabrik dengan kacamata tebalnya dan bando besar di kepala.
"Mau ke indomaret."
Mata Jeka seketika menyipit, memandang Lily dengan tatapan penuh curiga. "Lo tau indomaret?"
Lily mengangguk. "Tau. Kan ada di sebelah apartemen ini."
"Iya sih." Jeka mendecap. "Mau beli apa?"
"Ada lah, rahasia."
"Dih. Udah mulai sok anak kota lo ya ..." Si Jeka ini memang seperti perempuan pengiri dengan apa pun yang dilakukan Lily.
Lily tak lagi menyahut dan hendak berbalik pergi, tapi teriakan Jeka lagi-lagi menahannya. "Buka ini dulu woi! Kalo ada apa-apa dan gue keborgol gini gimana?"
Lily memutar bola matanya, tanpa menyahut dia kembali ke kamarnya. Mencari kunci pembuka borgol tersebut. Dari depan pintu kamar Jeka, Lily memperlihatkan kunci kecil itu dan meletakkannya tepat di depan pintu kamar.
"Ambil sendiri," ucapnya lalu bergegas pergi meninggalkan Jeka.
Mata Jeka semakin melebar, kekesalannya bukan lagi memuncak, tapi telah terbang menembus angkasa. "Woi, setan. Lo bener-bener ya. Balik-balik jadi dendeng lo, Ly. Gue sumpahin lo ..." Jeka diam sejenak memastikan pintu utama apartemennya tertutup ketika Lily pergi. "... gue sumpahin lo jatuh cinta sama gue! Bocah kampret!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreeblissa • Liskook 18+ ✓
ChickLit[SELESAI] [M] Lily adalah cewek kampung pecinta warna merah muda di mata Jeka. Cewek norak dengan outfit jaman dahulu kala. Jeka bilang Lily bukan tipenya dan tidak pernah masuk standar cewek yang akan dia pacarin. Tapi, suatu malam yang larut tan...