Dreeblissa
Sorry for typos!
Pagi-pagi sekali ponsel Lily berdering, dan dia segera menjawab panggilan masuk tersebut, sebab dia sudah tau siapa yang meneleponnya.
"Selamat pagi, ibu," ucap Lily dengan begitu lembut sembari perlahan bangkit duduk dan mengucek sebentar matanya.
Lily tersenyum mendengar balasan suara sang ibu dan dia berucap, "Aku baik-baik saja. Di sini menyenangkan."
Dia terdiam sejenak mendengar tuturan ibunya dari seberang.
"Jeka juga baik," jawab Lily. Sang ibu turut menanyakan perihal Jeka.
Ah, seharusnya dia menjawab, Jeka tidak berubah, bu. Masih menjengkelkan seperti dulu. Tapi, mulut Lily selalu terkatup ketika dia ingin mengeluhkan tentang sikap Jeka. Memang hati tak pernah sejalan dengan logikanya.
"Iya, bu. Ini juga Lily udah bangun kok mau buatin sarapan buat kita berdua," katanya. Percayalah, yang dikatakan ibu Lily ini adalah nasihat panjang lebar untuk putrinya agar tidak bermalas-malasan ketika menumpang tinggal di rumah orang lain.
"Iya, bu. Minggu depan Lily udah masuk kok. Jangan khawatir, Jeka ngajarin Lily naik bus ke kampus kok. Tante Sarah juga beliin Lily banyak baju buat dipake kuliah nanti," tutur Lily panjang lebar.
Dan ibunya menyahut dengan riang dari seberang. "Semangat ya, sayang. Jangan malas, jaga diri."
"Iya, Ibu. Jangan khawatir."
"Ya udah sana bersih-bersih."
"Ya, bu. Makasih ya."
Telepon kemudian berakhir dan Lily segera turun dari tempat tidur. Kaos oversize merah muda dan celana tidur bunga-bunga melekat di tubuhnya. Perlahan Lily menyisir rambut panjangnya dan mengikatnya menjadi satu. Sejenak dia melirik pada kacamata tebal di atas nakas, apa dia harus menggunakannya lagi? Jeka sudah melihatnya tanpa kacamata. Bukankah begitu dia tidak perlu menggunakannya lagi ketika berada di rumah?
Lily mengedikkan bahu dan berderap menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum melakukan hal lain.
Di waktu seperti ini Jeka sudah pasti belum siuman. Dia tidur seperti kebo tanpa menyadari sinar mentari yang mulai menampakkan wajah.
Memandang dirinya sendiri di cermin wastafel, sekali lagi Lily sedang mengagumi sosoknya. Dia mengangkat kausnya dan melihat bagian perutnya yang benar-benar rata dengan lekukan pinggul yang sempurna. Bahkan ketika menggunakan pakaian berukuran besar seperti ini, Lily merasa dia masih tetap seksi. Hampir setiap pagi dia merasakan seperti itu dan selalu tersenyum ketika tak melihat lipatan lemak sedikit pun di tubuhnya.
Lily segera menuntaskan bersih-bersihnya di kamar mandi lalu berderap keluar menuju dapur. Waktu menunjukkan hampir pukul tujuh. Sejenak Lily berpikir, apa yang ingin dia buat untuk sarapan. Menghampiri kulkas, Lily memandangi seluruh bahan yang ada di sana, dia menghela napas dan mulai membuat sarapan. Tak ada pilihan lain, selain bubur ditemani pecahan daging ayam dan telur rebus.
Saat tengah sibuk memasak bubur, Lily tersentak ketika tangan Jeka melingkar di pinggangnya, memeluknya dari belakang dan meletakkan dagu pemuda itu pada pundaknya. Hembusan napas hangat begitu terasa di leher Lily.
"Good morning, ayang." Suara serak Jeka menghampiri telinga Lily. Jantungnya seketika berdebar hebat.
Bajingan, suara Jeka begitu seksi didengar olehnya.
"Masak apa sih hmm ..."
Sialan. Apa Jeka tidak sadar suaranya bisa membuat perut Lily dipenuhi kupu-kupu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreeblissa • Liskook 18+ ✓
ChickLit[SELESAI] [M] Lily adalah cewek kampung pecinta warna merah muda di mata Jeka. Cewek norak dengan outfit jaman dahulu kala. Jeka bilang Lily bukan tipenya dan tidak pernah masuk standar cewek yang akan dia pacarin. Tapi, suatu malam yang larut tan...