10

7.6K 677 233
                                    

Dreeblissa

Bijak lah memilih bacaan :)

"Jeka!" Sarah membuka pintu kamar putranya dan melihat Jeka tengah duduk di single sofa sudut kamar sembari menyumbat telinganya dengan headset dan memegang stick drum bertingkah seolah-olah sedang memukul alat musik tersebut.

Melihat raut wajah ibunya Jeka langsung saja melepas headset dari telinganya agar bisa mendengar ucapan sang ibu.

"Mama pulang dulu. Inget jangan aneh-aneh, mama tetep pantau kalian."

"Ck ..." Jeka mendecih. "Masang cctv?"

"Jangan ngejawab kamu."

Jeka hanya bergumam dan kemudian Sarah kembali menutup pintu kamar putranya. Dan Jeka melanjutkan aktivitasnya mendengarkan musik yang memekakan telinganya, terkesan berisik, tapi menyenangkan untuknya.

× × ×

Setengah jam setelah kepergian Sarah, Lily tampak sibuk membuka satu per satu kantong belanja berisi hampir semuanya adalah pakaian baru yang bermerek. Lily bersyukur, karena kebaikan tante Sarah dia akhirnya bisa memiliki baju-baju bagus seperti ini.

Sebenarnya Lily bisa saja membeli, tapi jika dia melakukannya maka uang jajan selama satu bulan bisa ludes dengan hanya membeli satu pasang pakaian dengan harga selangit itu.

Saat tengah beres-beres atensi Lily sedikit buyar dan kaget saat melihat Jeka berdiri di depan pintu kamarnya. Ya, dia lupa menutup pintu tesebut dan membiarkannya terbuka lebar-lebar.

"Jeka, kenapa?" tanya Lily lembut. Untung saja tidak ada yang tampak mencurigakan dari isi kamarnya selain banyaknya tas belanja.

Jeka mengedikkan bahu. "Gue mau mandi," ucapnya.

Lily sedikit memicingkan mata. Apa Jeka baru saja memberitahu sesuatu yang tidak penting padanya? Ini sangat aneh. Pemuda itu berdiri di depan kamarnya dan memandang dengan gelagat yang canggung. Apa dia mengenakan pakaian aneh?

Lily menunduk melihat pakaiannya. Tentu tidak, dia sudah mengganti pakaian yang dikatakan Jeka baju untuk pamer pusar itu dengan baju tidurnya.

"Oh oke," lirih Lily lalu kembali melanjutkan aktivtiasnya.

Jeka menggaruk belakang kepalanya dan meninggalkan depan pintu kamar Lily menuju kamar mandi. 

Setelah berada di dalam ruangan untuk membersihkan diri itu, Jeka melepas baju kaos yang mengurung tubuhnya. Kedua tangannya bertumpu di atas wastafel sembari memandang dirinya di cermin. Percayalah, Jeka memiliki tubuh yang indah juga. Otot-ototnya tercetak sempurna pun abs-nya yang menunjukkan seberapa keras laki-laki itu berusaha mendapatkannya.

Oh dan satu lagi, Jeka memiliki tato yang melingkar di lengannya. Tato yang hanya sekadar iseng dia buat saat kelulusan sekolah menengah dulu. Dan karena tato tersebut juga Jeka sempat mendapatkan hukuman dari ayahnya. Namun, hal itu sudah berlalu dan sejak saat itu pula Jeka tidak pernah menambah gambar di tubuhnya walau dia menginginkannya sekali pun.

Benar-benar sial, dia tak bisa menghilangkan bayang-bayang Lily dari kepalanya, terlebih gadis itu sangat menawan pada aslinya. Dan foto-foto di ponsel milik Lily itu terus saja menghantuinya. Dari sekian banyak perempuan ibukota yang Jeka temui, Jeka kenal, bahkan beberapa yang sudah pernah berbagi ranjang dengannya, tidak ada yang seperti Lily, maksudnya ... tidak ingin berbohong juga bahwa yang dia maksud adalah setiap lekuk tubuh yang sempurna itu.

Jeka menyalakan keran dan membasuh wajahnya sendiri. Pagi tadi dia hampir saja, hampir saja mencium bibir Lily dan hampir saja merasakan memeluk pinggang gadis itu yang ramping dan mungkin meremas bokongnya yang seksi, tapi kedatangan ibunya menghancurkan segala keinginan yang terpatri apik di kepalanya.

Dreeblissa • Liskook 18+ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang