18

5.8K 624 57
                                    

Dreeblissa

Hari minggu sore, kenyamanan Jeka yang ingin menikmati waktu berdua bersama Lily terhalang oleh kehadiran ibunya dan juga ibu Lily di apartemen. Jeka menghela napas berat saat mendengar celoteh ibunya terus menerus tentang rencana pernikahan mereka.

Dia tidak tau, jika proses persiapannya akan serumit ini. Entah sudah berapa kali Jeka menghembuskan napas, menggaruk kepalanya, dan sudah tidak tau berapa kali dia bolak-balik mengantar ibunya ini.

Sejenak Jeka memalingkan wajah pada Lily. Wajah teduh itu disirami cahaya mentari yang mulai tenggelam dan menilisik masuk menerobos jendela kaca besar apartemennya. Ekspresi serius itu benar-benar cantik. Tak seperti dirinya yang jengah mendengar semua penuturan ibunya, Lily justru tampak menikmati apa yang diutarakan Sarah sembari sesekali tertawa dan mengangguk.

Ah, mengapa candu? Maksudnya, mengapa wajah Lily begitu menarik? Gadis itu tak hanya cantik, tapi memiliki karisma yang menawan, yang bahkan membuat Jeka tak bosan memandangnya.

"Jeka ..." Itu suara Sarah. Dia memanggil setelah mendapat persetujuan Lily ketika menunjukkan banyaknya model baju pengantin.

Tak mendapatkan respon dari putranya, wanita itu menarik napas dan berkacak pinggang. Dia bisa melihat jelas bahwa Jeka tidak memerhatikan dirinya yang mengoceh sejak tadi, melainkan pemuda itu sibuk tersenyum dan memandangi Lily.

Sarah menggelengkan kepalanya, dan sontak saja tangannya yang memegang majalah baju pengantin bergerak memukul hati-hati lengan Jeka. Pemuda itu terkejut dan menoleh cepat pada ibunya dengan tatapan tak sangka.

"Apa sih, Ma?" Jeka berkata dengan penuh rasa kaget.

"Kamu denger mama ngomong dari tadi nggak?" ucap Sarah dengan suara yang sedikit membesar.

Jeka menggaruk dahinya, sudah tau di mana letak kesalahannya. Dan dia hanya diam.

"Mama dari tadi sama tante Rissa dan Lily lagi ngebahas pakaian pengantin kalian, acara kalian, kamu kok malah bengong. Bukannya kamu yang ngotot mau nikah?"

Manik Jeka melebar setelah mendengar ucapan sang ibu. Dan kemudian menoleh pada Lily yang saat ini memberikan tatapan curiga padanya.

"Mama, apa-apaan sih. Aku denger kok." Jeka membela diri.

"Dengar ya?" Jeka mengangguk mantap. "Kalo gitu coba ulang kata terakhir mama."

Mendengar ucapan ibunya, Jeka menghela napas. "Kayak anak SD aja."

"Nggak denger kan kamu?"

Jeka bungkam dan menganggukkan kepala. "Maaf, ma. Lagian ribet banget perkara mau nikah aja."

Rissa di sudut sofa yang mendengar ungkapan Jeka sedikit kaget. Dia kontan saling bertatapan dengan putrinya. Bukan cuma Rissa yang terkejut, tapi Sarah juga. Dia sedikit malu di depan sahabatnya saat putranya mengeluarkan perkataan seperti itu. Sebenarnya Jeka ini belum siap, Sarah hanya egois dengan keinginannya.

Pernikahan memang bukan hal yang mudah, bukan sesuatu yang bisa dipermainkan dan Jeka belum memahami hal itu.

Merasa suasana hening dan canggung, Jeka menyadari ucapannya tadi dan langsung mengusap wajahnya ketika mendapat tatapan kecewa dari Lily. "Aku mau keluar sebentar," ucap Jeka dan buru-buru bangkit berdiri kemudian keluar meninggalkan apartemennya.

Sarah menghembuskan napas ketika Jeka melewati dirinya. Sorot matanya tak lepas dari punggung putranya hingga pemuda itu menghilang di balik pintu keluar. Detik berikutnya dia memandang Rissa dan Lily. Sarah melepas majalah yang dipegang ke atas meja, lalu duduk di sofa. Dia sedikit malu di depan Lily.

Dreeblissa • Liskook 18+ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang