Dreeblissa
Jeka melirik pada Lily yang terus saja membersihkan depan bajunya dengan tissue basah yang dibeli tadi. Shit, tapi mengapa dengan hanya melihat gerakan tangan Lily pikirannya sudah tidak lagi terfokus. Baru dua hari mereka tinggal bersama, dan rasa penasaran pada gadis kampung ini mulai menjalar dalam dirinya. Bagaimana tidak, jemari Lily begitu lentik bahkan kukunya berbentuk sempurna. Kulitnya bersih, walau Jeka hanya bisa melihat lengan dan bagian lehernya saja, tapi Jeka seakan meyakini bahwa Lily ini bak gadis yang terjaga. Maksudnya, dia seorang gadis kampung yang bahkan tidak pernah bersentuhan dengan pergaulan anak muda di kota-kota besar.
Sudah bisa dibayangkan bukan seberapa polosnya gadis ini? Dia bahkan tidak merubah penampilannya ketika sudah berada di ibukota dan malah membiarkan orang lain mengejeknya karena penampilannya yang norak. Sungguh Jeka tidak habis pikir, tapi bayang-bayang wajah Lily tanpa kacamata tebal itu selalu menghantuinya. Lily menarik, jika dia mau meninggalkan gayanya yang culun itu.
"Lo tau kan caranya naik lift dan buka pintu apart gue?"
Lily mengangguk saat Jeka melontarkan pertanyaan seperti itu. Mobil Jeka berhenti tepat di depan gedung apartemennya.
"Lo tau kan apart gue di lantai berapa?" tanya Jeka lagi.
"Tau, Jeka," jawab Lily tak acuh dan masih sibuk mengelap bajunya.
"Bisa berhenti nggak?" Jeka berkata lagi dan sontak membuat Lily mendongak padanya. "Gerakan lo itu bikin gue nggak fokus," imbuhnya sembari menelan sejenak air liurnya sedikit.
Jika diperhatikan, Lily ini senang menggunakan pakaian oversize yang terlihat menenggelamkan tubuhnya. Tapi, Jeka tak mengelak saat melihat depan dadanya. Tidak bermaksud kurang ajar, tapi Jeka sebagai laki-laki normal pasti akan berpikir lain ketika melihat ukuran payudara seorang perempuan. Dan milik Lily adalah yang membuatnya paling penasaran.
"Maaf," gumam Lily.
"Hm ... betewe gue pulangnya mungkin malem, atau larut. Ada makanan di apart udah gue siapin buat lo. Jangan buka pintu buat sembarangan orang terutama yang nggak lo kenal. Ngerti?"
Lily mengangguk.
"Yaudah sana turun. Gue mau cabut."
Sekali lagi Lily mengangguk dan hendak membuka pintu untuk turun, tapi suara Jeka menahannya lagi sejenak. "Eh, kalo ada yang gangguin lo sekali-kali pukul aja. Manusia di kota ini banyak yang nggak punya hati. Dan ... dan soal tadi yang gue ngomong lo cewek gue, nggak usah dianggap serius. Gue cuma kesel tadi sama Jayxell."
Lily hanya diam dan mengulas senyum kecil. Dia tidak membalas ucapan Jeka dan malah langsung meninggalkannya.
Pemuda itu memandang punggung Lily yang menghilang di balik pintu utama gedung apartemen. Tangannya segera meraih ponsel yang berlindung di balik sakunya. Jeka menghubungi sang ibu.
Hanya menunggu beberapa saat, teleponnya sudah langsung terhubung. "Kenapa, Jeka? Mama lagi sibuk ini."
"Ma, bentar doang," ucap Jeka segera menjawab ketika tuturan sang ibu dia dengar. Yeah, kalian sudah pasti bisa menebak dari ucapan Sarah tadi. Tanpa sapaan, dia langsung pada intinya. Sudah bisa mengerti sampai sini? Benar, orang tua Jeka memang sibuk.
"Iya, apa?"
"Bisa nggak mama rubah penampilan Lily?"
"Bentar, bentar. Memangnya kenapa sama Lily?"
"Ya gimana, dia tuh udah tinggal di kota, ma, masa dandanan dia kayak ondel-ondel gitu? Yang ada bisa jadi bahan olok-olokkan tiap hari di kampus."
"Ohhh ... jadi kamu sudah mulai peduli sama penampilan Lily?"
"Ma, ini juga demi nama baik aku, ma ... Image aku di kampus bisa ancur kalo penampilan dia kayak gitu terus. Mana tadi aku keceplosan bilang Lily pacar aku. Yang ada udah jadi bahan gosipan sekampus."
Dari seberang Sarah menertawakan rengekan putra tunggalnya itu. Benar-benar mengejutkan, tapi entah mengapa terasa menggelitik di hati Sarah. "Kamu ngomong gitu? Kok bisa?"
"Ya, bisa lah. Orang dia baru hari pertama aja udah digangguin. Disiram pake minuman. Tuh, mama mau Lily digituin tiap hari di kampus?"
Sejenak Sarah terdiam mendengar rentetean kata dari Jeka. Detik kemudian dia menarik napas dan berkata, "Besok mama ke apartemen kamu. Nanti mama jemput Lily dan beli kebutuhan dia. Terima kasih anak manja udah laporan sama mama."
Jeka mendecih. "Paling tidak dia nggak dihina sama orang lain."
"Kamu juga! Nggak usah isengin Lily mulu. Jatuh cinta kaget kamu."
"Dih, bukan tipe Jeka kali."
"Tapi, kalo kamu suka nggak apa-apa, Jeka. Mama justru seneng, jadinya mama sama sahabat mama besan."
"Jangan ngomong aneh-aneh deh, ma," omel Jeka. "Udah ah. Jeka mau pergi. Bye, ma, lafyu."
× × ×
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam saat Lily selesai mengenakan dress hitam pendek tanpa lengan yang begitu ketat di tubuhnya. Seperti malam-malam sebelumnya, Lily akan mengagumi dan memuji dirinya sendiri, memberi reward pada dirinya sendiri sebab sudah bertahan sebagai dirinya hingga saat ini.
Rambut hitam panjangnya tergerai di punggung. Tampak begitu anggun nan seksi. Lily benar-benar cantik dalam balutan dress pendek yang membentuk sempurna lekuk tubuhnya. Dia tersenyum puas mengamati setiap bentuk dada dan bokongnya yang pas. Kemudian Lily berderap membuka laci meja, mengambil sebuah benda berwarna ungu berbentuk panjang dari dalam sana.
Dia tersenyum ketika menyalakan benda tersebut dan telapak tangannya merasakan getaran.
Jeka belum pulang bukan? Tak salah, jika dia melepaskan hormon lelahnya dan mengurangi stressnya sejenak.
Jangan tanyakan darimana Lily mendapatkan dildo tersebut. Tentu melalui pembelian online. Percayalah, Lily tidak benar-benar kolot, dia tau cara berbelanja online.
Lily duduk melantai dengan mengangkat kedua kakinya dan bersandar pada kaki tempat tidur. Posisi duduknya menampilkan jelas area intimnya yang terpantul pada cermin. Perlahan dia melepas celana dalam yang melindungi daerah sensitifnya yang masih bewarna merah muda cerah. Bagian yang belum pernah disentuh oleh laki-laki mana pun.
Tangannya perlahan membawa dildo tersebut ke depan pintu masuk kenikmatan tiada tara dan detik berikutnya mata Lily terpejam, mengeluarkan desahan yang benar-benar terdengar seksi, menikmati getaran yang merangsang dirinya.
Sementara itu Jeka melangkah dengan kesal di koridor sembari menggaruk kepalanya. Perlahan dia memasukan passcode apartemennya dan masuk dengan tenang tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Hari memang sudah malam, dan Jeka merasa sedikit aneh karena hanya lampu area dapur yang menyala, sementara yang lainnya tidak.
Apa Lily tidur hingga lupa menyalakan lampu?
Jeka perlahan berderap hendak menyalakan lampu apartemennya, tapi langkahnya tiba-tiba berhenti saat mendengar suara desah seorang perempuan yang begitu asing dari dalam apartemennya. Jeka sedikit bergidik dan mencoba mencari dari mana asal suara tersebut, tapi kemudian dia menyadari asal desah itu adalah dari kamar Lily. Pintu kamar gadis itu tidak tertutup rapat.
Perlahan Jeka melangkah, mendekat dan mencoba mengintip. Baru saja sebelah matanya melihat ke dalam kamar tersebut, maniknya sudah langsung disuguhi oleh pemandangan yang benar-benar berada di luar nalarnya.
Apa itu Lily?
Wait ... what?
APA ITU LILY?
Dia bertanya berulang kali, sebab yang saat ini Jeka lihat adalah seorang gadis cantik dengan pakaian seksi yang tampak sedikit menggeliat karena aktivitas yang menyerang pusat dirinya.
Damn ... bahkan suara desah yang didengar Jeka itu berasal dari kedua belah bibir Lily.
Apa dia benar-benar Lily?
Is she pleasures herself? No way.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreeblissa • Liskook 18+ ✓
ChickLit[SELESAI] [M] Lily adalah cewek kampung pecinta warna merah muda di mata Jeka. Cewek norak dengan outfit jaman dahulu kala. Jeka bilang Lily bukan tipenya dan tidak pernah masuk standar cewek yang akan dia pacarin. Tapi, suatu malam yang larut tan...