6. About A Kid

616 39 0
                                    

Jaemin mengumpat kesal. Memaki siapapun yang menghalangi jalannya melewati koridor utama sekolah mereka. Bahkan sosok setinggi Guanlin pun berhasil disingkirkan atas rasa penasaran atas apa yang menjadi tangisannya.

Bukan hal baru bahwa hubungan Jaemin dan Jeno memang sering bermasalah. Kadang masalah itu bermula karena Jaemin yang merundung orang lalu ketahuan Jeno. Berakhir dengan Jaemin yang selalu minta maaf dan kembali mesra seperti dulu. Yang Jeno tidak tahu, Jaemin membully orang pun bukan tanpa alasan. Kebanyakan dari orang-orang menyebalkan yang secara terang-terangan menggoda kekasihnya. Seperti yang bernama Minhee, pernah dia bully karena ketahuan memberikan surat cinta pada Jeno. Eunsang, berpura-pura sakit kakinya agar diantar Jeno. Jika bukan Jaemin yang menjaga kekasihnya, siapa lagi?

Hanya saja untuk pertama kalinya, Jeno secara terang-terang juga menyatakan pembelaannya pada rivalnya benar-benar membuatnya kesal. Bukan sekali dua kali Jaemin mengetahui reputasi buruk Jihoon yang suka menjadi one night stand cowok-cowok di sekolah ini. Jihoon yang sekaligus teman SMP Jeno. Pertama kalinya menunjukkan ketertarikannya pada kekasihnya dan berniat merebut secara terang-terangan.

Karena masalah Jihoon itulah, Jaemin jadi benar-benar marah pada Jeno. Pesan-pesannya diabaikan semalaman. Teleponnya tidak diangkat, bahkan ritual menjemput di tempat biasa pun Jaemin lewatkan. Biar saja, biarkan kali ini Jeno yang meminta maaf. Jaemin capek menjadi pihak yang disalahkan terus.

"Jaem-Jaemin...?"

"Jangan bicara padaku!" Sentaknya pada kedua temannya yang sedari tadi mengikutinya. Haechan dan Renjun. Bukan karena suruhan Jeno, kedua orang itu selalu mengecokinya dengan pertanyaan aneh-aneh semenjak dia secara spontan mengungkapkan aibnya.

"Jaemin, kamu tidak pakai bleezer?" Ungkapan Renjun seketika membuatnya berhenti. Jaemin memeriksa pakaiannya. Benar saja, ini musim panas, mengingat seragam yang dipakainya memiliki model bleezer dan Jaemin telah lupa karena sikap buru-burunya meninggalkan Jeno.

"Baru juga bleezermu, untung bukan hidungmu yang ketinggalan." Sahut Haechan.

"Gak guna kalian berdua!"

"Ya memang disaat-saat seperti ini kita memang tak berguna." Dagu Haechan menunjuk siapa yang sedang berada di koridor depan dengan barisan orang yang berhasil melewatinya. Sial!

Pengecekan kedisiplinan oleh Pak Kyungsoo.

Seolah hidupnya tidak lebih sial dari ini. Haechan Renjun berhasil lolos, sementara dirinya harus berakhir di lapangan bersama beberapa anak lainnya untuk membersihkan sampah di lapangan. Rasanya memalukan, bagaimana Mark melihat dan menertawakannya dari lapangan sisi karena jadwal pelajaran olahraga kelasnya.

Harusnya memang sedari dulu saja Jaemin menyuruh ayahnya memecat Kyungsoo, tanpa pedulikan ucapan Jeno bahwa Pak Kyungsoo punya dua anak yang kecil-kecil sehingga hanya pekerjaan inilah satu-satunya harapan. Baiklah, Jaemin jadi mengingat Jeno lagi sekarang. Memang setiap hal kecil dihidupnya itu selalu berhubungan dengannya. Jaemin benci mengakuinya. Faktanya belum genap satu hari pertengkaran kemarin, dan Jaemin tiba-tiba merasa.

"Merindukanku?"

Tepat beberapa menit kemudian, sosok pemuda yang Jaemin pikirkan sudah berdiri dihadapannya sambil membawa minuman isotonik. Jaemin beralih mendongak. Perbedaan tinggi mereka tidak begitu mencolok, begitupun dengan binar mata keduanya yang masih memiliki arti.

"Merindukan orang menyebalkan sepertimu? Jangan mimpi!" Sahutnya merebut minuman yang di bawahnya dan langsung meminumnya. Sudah jelas, minuman isotonik rasa leci. Untuk siapa lagi kalau bukan dirinya.

"Kamu kan bisa menelponku untuk mengambil bleezer di ruang OSIS."

"Tidak usah membelaku, bela saja Jihoon sana!" Balasnya to the point. Memandang sekeliling, dimana dewan pengaman kedisiplinan sedang tidak di tempat. Jeno menariknya duduk dengan mengusap sedikit keringat di pelipis Jaemin.

TESTPACK (Nomin) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang