23. A Sky is Full of Stars

669 35 0
                                    

Ketika mobil mereka sampai di rumah sakit, langsung dipindahkannya Jaemin di atas brankar dan menuju ke ruang ICU. Salah seorang dokter kandungan dan beberapa asistennya telah menyambutnya, selama itu tidak ada yang boleh masuk kecuali Jeno yang sedang berpura-pura menjadi walinya.

Proses kelahiran yang tanpa diprediksi. Dalam ruangan operasi Jaemin bergerak panik. Ketika beberapa orang berpakaian serba hijau menghampiri. Salah satunya sudah menyuntikkan anistesi empidural padanya membuat kesakitannya serta kesadarannya berkurang. Sedetik pun genggaman tangan pada Jeno tidak akan dia lepas.

"Aku percaya kamu pasti bisa." Ujar Jeno lembut. Mengecupi pucuk kepala Jaemin sambil membisikkan kata-kata semangat. "Kamu rileks ya sayang?"

"Kamu jangan tinggalin aku yah, temani aku disini sampai anak kita lahir?"

Bahkan tanpa diminta pun Jeno sudah tahu kewajibannya disini. Sepertinya ia mengerti momen psikologis yang dialami kekasihnya. Bagian dimana seharusnya mereka ditemani keluarga untuk mendukungnya. Namun keberadaan teman-teman diluar pun dirasa sudah cukup.

"Mark sudah telepon Daddy, Mommy, Ayah sama Bunda. Katanya mereka sedang dalam perjalanan kemari."

"Mereka gak marah?"

"Mereka bakal senang kalau sudah melihat bayi kita lahir Na." Bukan keyakinan, melainkan sedikit harapan yang ingin didapatkannya nanti.

Jaemin tidak tahu apa yang terjadi di sekitarnya. Ketika para petugas medis sedang memakai bahasa isyarat. Jaemin hanya merasakan tubuh bagian bawahnya menggigil dan mati rasa. Tapi dia tidak mampu melihatnya karena terhalang perut besarnya. "Perut aku sudah dibeda ya Jen?"

"Nggak sakit kan?" Jeno mengiyakan. Karena ia pun sedang melihat dengan jelas bagaimana lapisan perut itu diiris untuk mengeluarkan bayi mereka.

Selamanya Jeno akan ingat bagaimana perjuangan Jaemin untuk melahirkan darah dagingnya sendiri. Jadi mana mungkin dia beranio menyakiti.

"Bakal gak sexy lagi dong aku?"

Oh ayolah, apakah sebuah anistesi bisa membuat seseorang menjadi berbicara melantur seperti orang mabuk?

"Semua ibu bakal jadi sexy di depan mata suaminya Na." Tukas Jeno mencuri kecupan di pipinya.

"Memangnya aku punya suami?" Ini bukan lagi sedang melantur. Jaemin bicara kenyataan dimana status mereka belum lah sah.

"Punya. Di depan kamu ini suami kamu." Jeno terpaksa berbohong alih-alih dia mungkin akan ditendang dari kamar operasi ini jika ketahuan berbohong.

"Jeno kalau kita nikah nanti aku gak mau dimadu."

"Kamu aja sudah cukup buatku Na. Aku mana bisa nambah." Jeno yang tetap setia mendengarkan ocehan Jaemin. Padahal ia sedikit sangsi pada para medis yang mencuri dengar pembicaraan mereka.

"Kamu juga jangan bosen-bosen, terus selingkuh lalu cerai-in aku." Ucapnya lagi. "Kalau iya, aku pasti bikin hidup kamu hancur sehancur hancurnya."

Astaga kekasihnya ini habis menonton drama apa? Cara melanturnya persis sekali dengan ibu-ibu penikmat drama sinetron azab.

Pada detik selanjutnya Jaemin tak terlalu fokus pada bicaranya. Ia merasa sangat penasaran dengan apa yang dilakukan dokter di bawah sana. Tarikan halus dan tekanan kuat yang dia rasakan membuatnya reflek mengeryitkan keningnya.

Apa dokter sedang dalam tahap mengeluarkan bayinya? Jaemin tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kedua netranya berembun dengan genggaman tangan yang semakin menguat. Jeno yang paling paham akan perasaan itu. Mengusap air mata kekasih yang paling dicintainya lalu dihujaminya kecupan di punggung tangannya.

TESTPACK (Nomin) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang