22. RUN RUN..!

459 35 0
                                    

Suara langkah kaki disertai napas yang terburu-buru. Baik dibelakang teriakan Sang Bunda sama sekali tidak digubris. Jeno menggila di jalanan karena pesan singkat yang dikirim Jaemin lewat chat. Begitu nomer ditelepon kembali, suara operator yang menjawab.

Dari dulu Jeno sudah menduga hal ini. Hal yang dianggapnya mudah tidak pernah benar-benar mudah olehnya.

Dua bulan lebih dia menahan rindunya untuk bertemu Jaemin. Dia berpikir semuanya akan baik-baik saja karena Johnny tidak lagi membuat ulah. Tapi apa yang terjadi sekarang? Untuk kedua kalinya dia dipisahkan. Presetan ucapan Jaemin berkata ini semua demi masa depan. Jeno mungkin menjadi lebih parah dari sebelumnya jika kehilangan dua orang yang disayangi sekaligus.

"Jen Jenoo...!!!"

Suara teriakan di belakangnya sama sekali tidak ia gubris. Langkah kakinya masih menapaki jalanan trotoar.

"Jenoo!!"

Teman-teman yang lain ikut mengejar, sampai salah satu dari ketiganya berhasil menarik kerah baju belakangnya. "Berhenti tolol...!!"

"Brengsek... Lepas Chan!"

Hampir saja Jeno memukul Bangchan yang bisa-bisanya bersikap bar-bar seperti itu. Yang sekarang menjadi memiting lehernya, baik aksinya itu telah disetujui oleh Hyunjin dan Mark.

"Jen, kita susul Jaemin sama-sama, dia sudah di airport!"

Terkejut Jeno menatap Mark tak percaya. Bagaimana Mark bisa tahu?

"Barusan tadi dihubungin salah satu pembantu rumahnya. Katanya mereka satu keluarga bakalan pindah ke Singapore. Jadwal keberangkatannya jam enam petang ini."

"Tuh dengerin. Si Mark pinter. Temenannya sama satpam rumah Jaemin jadinya tahu segala informasi."

Seolah kehilangan kendali, Jeno melepas pitingannya dengan paksa. Namun tenaga Bangchan yang terlalu kuat. Sangat susah memberi pengertian pada orang yang sedang kalut seperti ini. "Lepas Chan!"

"Tenang dulu Jen, kita tunggu Haechan sama Renjun dulu, lalu kita susul Jaemin sama-sama." Jelas Mark yang berusaha membuat Jeno sedikit tenang.

Hingga tak lama kemudian, datang sebuah mobil dari arah selatan yang dikendarai oleh Renjun dengan Haechan di sampingnya. "Sorry lama, tadi Bunda maksa mau ikut."

"Sudah kamu kasih penjelasan kan sayang?" Tanya Mark disambut anggukan dari kekasihnya.

"Sudah kok, dia nunggu kabar terbaik dari kamu Jen."

"Biar aku yang nyetir." Hyunjin menawarkan diri yang langsung disetujui oleh semuanya. Dengan posisi, Hyunjin dan Mark di kursi depan, Haechan Renjun di tengah, Jeno dan Bangchan di belakang, tepat biasa bagasi diletakkan. Untung mereka sedang memakai mobil Renjun, bukan mobil Mark yang hanya muat diisi segelintir orang.

"Oke, langsung ke bandara. Let's Go!!"

------------------------------

Sungguh Jaemin merasa bodoh dengan keputusannya. Hanya beberapa menit lagi ia meninggalkan Jeno, semua temannya dan segala kenangan yang ada di tempat ini. Meski seluruh keluarga turut mendampingi. Jaemin hanya merasa belum terlalu lega sebelum ia melakukan perpisahan yang sesungguhnya.

Keputusan ini diambil atas nama keluarga, bukan terbaik dari hati kecilnya sendiri. Pun Mommy-nya bilang setelah sampai di Singapore nanti, dia boleh menghubungi Jeno lagi. Tapi Jaemin mana sanggup. Membayangkan Jeno yang kecewa atau prediksi paling buruk adalah marah.

"Jis, temanin kakak ke toilet dong." Pintahnya pada Jisung. Kebetulan adik bungsunya itu yang sedari tadi menjadi senderan kepalanya.

"Gak mau ditemanin Kak Jungwoo aja, sayang?"

TESTPACK (Nomin) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang