Satu bulan berlalu, hubungan Jaemin dan Jeno sepertinya baik-baik saja dalam kurun waktu lama.
Mereka masih semesra itu. Berangkat ke sekolah bersama-sama namun dengan penuh ke hati-hatian. Jeno jadi sedikit protektif pada Jaemin, beruntungnya Jaemin menyukainya. Seperti dia akan menelpon setiap jam, menanyakan keadaannya juga mengontrol pola makannya. Disisi lain Jeno juga belajar, mencari info tentang kehamilan dari buku atau internet agar nantinya dia lebih memahami kekasihnya.
Jeno juga mengurangi aktivitas ekstrakulikulernya di sekolahnya demi menamani Jaemin. Hanya band dan basket yang masih dia pertahankan. Jika setiap istirahat Jaemin biasa menghampiri Jeno, sekarang justru ganti Jeno yang mendatangi kelasnya. Membawakan camilan, kadang juga bekal buatan Bunda. Itu karena Jaemin sedikit mual jika berada di tempat ramai
"Buat dua yah Bun?" Ucap Jeno, duduk di meja makan sambil memperhatikan Bunda yang memasukkan burrito dalam kotak makan.
"Buat Jaemin lagi?"
"Iya, katanya dia ketagihan sama masakan Bunda."
"Kayak orang ngidam saja." Jeno hanya tersenyum mendengarkan komentar Bundanya. "Suruh kesini dong, biar Bunda ajarin masak sekalian."
"Iya, nanti selesai ujian."
Jeno sudah berjanji. Rencananya selesai ujian akhir Jeno akan membawa Jaemin ke rumah sekaligus mengakui segala perbuatannya. Mungkin tidak akan mudah, tapi setidaknya itu harus direncanakan.
"Ayah gak kerja?"
Jaehyun baru saja keluar dari kamar mandi. Menggunakan kaos polos dan celana rumahan. Langsung duduk di samping Jeno, meminum kopinya. "Nanti. Ayah berangkat agak siang."
"Yah, mobilnya masih di bengkel?" Tanya Jeno.
"Iya kenapa?"
"Tadinya pengen Jeno pinjem buat manggung. Tapi ya sudahlah nanti Jeno naik ojek onlinne saja."
"Minta tolong Mark saja buat jemput kamu!" Saran ayahnya. Jeno mengangguk setuju.
Baru setelah bekal selesai dibuat, Jeno memasukkannya ke dalam tas lantas berpamitan pada orang tuanya. "Berangkat dulu Yah, Bun?"
"Iya sekolah yang bener yah?" Ucap Bunda mengelus kepala anaknya penuh sayang.
Jeno berjalan menuju tempat di mana ia memarkir motornya. Hanya beberapa jengkal dari rumah, Jeno merasa ada yang ketinggalan. Ia lantas memilih berbalik sampai di dengarnya percakapan serius orang tuanya.
"Gimana, Ayah belum dapat panggilan interview lagi?" Itu suara Bundanya uang sudah duduk di samping suaminya. Ayahnya sedang serius membaca surat kabar sambil mencoret-coret sesuatu.
"Belum. Susah Bun cari kerja sekarang."
"Apa kita keluar saja dari donatur panti asuhan, nanti kalau ekonomi kita sudah membaik kita kasih mereka bantuan lagi." Usul Doyoung.
"Jangan Bun, anak-anak disana berhak dapat kehidupan yang layak. Kasihan pengurusnya kalau kita berhenti menjadi donatur."
Doyoung menghela napas seolah ikut bingung dengan kondisi finansial keluarganya sekarang. "Padahal bunda sudah berhemat lho, kita makan daging saja seminggu sekali yah, untung Bunda pinter masak." Menghela napas panjang, Doyoung lantas duduk di samping suaminya. "Nanti kalau Jeno tanya-tanya soal mobilnya lagi, Ayah mau jawab apa?"
"Itu gak penting Bun, yang terpenting sekarang uang persiapan kuliah Jeno masih aman." Jaehyun bertanya seolah-olah itu hal terpenting.
"Masih aman yah, jatah skincare Bunda yang gak aman." Keluhnya membuat Jaehyun terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
TESTPACK (Nomin) REPUBLISH
Fiksi PenggemarPengaruh buruk dari teman-temannya membuat Jeno dan Jaemin mencoba hal baru dalam gaya berpacaran mereka. CW: missgendering, bxb