7. Way Out

579 41 1
                                    

Andai kekuatan super itu memang ada, Jaemin ingin bisa memutar kembali waktu untuk hal yang saat ini disesalinya. Berapapun biayanya, ia masih punya tabungan dan berjuta-juta uang yang tidak terpakai. Bahkan Daddy nya juga akan suka rela memberi uang padanya tanpa perhitungan.

Jaemin masih menangis ketika Jeno sudah sampai di dalam toilet mall mengecek keadaannya. Rencana jalan-jalan bersama Haechan dan Renjun gagal total. Ia relakan skincare keluaran terbaru yang limited edison hanya karena ia panik terhadap hal yang lebih penting.

Dua garis merah.

Antara lima testpack yang sudah dia jajal dan hasilnya tetap sama. Ingin rasanya Jaemin meraung berteriak sekeras mungkin. Kalau perlu sambil mencakar-cakar wajah tampan kekasihnya itu yang turut menyebabkan ini semua.

Mengapa seperti ini? Apa yang harus dilakukannya? Ayolah, mereka hanya mencobanya sekali. Bahkan teman-temannya yang sudah mencobanya beberapa kali tidak sampai kebobolan seperti ini.

Jaemin masih terisak dan tidak mau Jeno peluk. Sekali pun kekasihnya itu menuntunnya ke mobil. Sambil mengelus punggungnya.

"Masih sakit perutnya?"

Tak ada suara. Antara masih shock dan tidak mau menghadapi kenyataan.

"Kenapa kamu gak bilang ke aku kalau selama ini kamu sering muntah-muntah?"

"Aku gak muntah-muntah!" Bantahnya. Jeno terdiam menunggu penjelasan. Entah bagaimana awalnya, Jaemin hanya merasa mood swing-nya berubah-ubah. Ditambah meningkatnya nafsu makan, lalu merasa ada yang bergerak dalam perutnya. Tentu saja selama ini Jaemin merasa tidak tenang. Ia tidak cerita ke Jeno hal apapun. Sampai dia melihat Jungwoo yang memakai testpack di kamar mandinya. Pura-pura bertanya, berujung Jaemin coba-coba dan hasilnya adalah celaka.

Baiklah, ada kasus kehamilan yang memang tidak ditandai dengan adanya mual. Hanya saja itu menjadi tak penting lagi karena hasilnya telah keluar.

"Mau ke dokter sebentar, aku takut kamu kenapa-napa?"

"Kamu gila yah Jeno!"

Mood swing! Jaemin bahkan sudah berani menyebut calon ayah anaknya gila. "Daddy kenal hampir semua dokter di rumah sakit kota ini. Kalau kita periksa disana, kita bakal ketahuan."

Baiklah, itu bisa dimengerti mengingat bagaimana besar pengaruh Seo Johnny di kota ini. Ayah Jaemin yang bahkan digadang-gadang akan mencalonkan diri sebagai wali kota berikutnya. Namun menghadapi atas kenyataannya sekarang, Jeno tak mau berpikir dulu.

"Pokoknya kita harus gugurkan bayi ini!"

"Jaemin!" Bentak Jeno seketika.

"Kenapa kamu gak setuju? Kamu gak tahu rasanya Jeno. Aku angkat galon ke rumah aja gak bisa, gimana cara aku nampung bayi selama sembilan bulan?"

"Kita pikirin sama-sama tapi jangan jadi pembunuh!"

Jaemin menjauhkan wajahnya dari Jeno menghadap ke jendela. Mereka sedang sama-sama kalutnya, tapi Jaemin yang merasa sangat dirugikan atas masalah ini.

"Kamu sih enak. Masih bisa main bola, masih bisa main band, main basket. Sedangkan aku ke toilet saja masih harus pikir-pikir karena takut ada yang keluar." Gerutunya memojokkan Jeno.

"Kalau kamu gak setuju harusnya gak usah buat!" Sindirnya.

Jeno yang mendengarnya mulai tersulut emosinya. "Kan kamu yang godain aku duluan?"

"Kamu yang nyerang aku duluan Jen!"

"Semua itu gak bakal terjadi kalau kamu gak minta."

"Gak usah munafik Jen, kamu diam-diam juga penasaran kan pas sebelum melakukan, sekarang setelah tahu akibatnya kamu nyesel, iya? Mau buat rencana ninggalin aku gitu?"

TESTPACK (Nomin) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang