14. Lunch Disaster

318 36 0
                                    

Sulit diprediksi bahwa kedua keluarga itu sekarang telah berkumpul pada sebuah restoran mewah yang dipesan secara private untuk makan siang. Tidak tanggung-tanggung— Presidential room benar-benar menunjukkan dikelas mana keluarga Seo berada. Dilengkapi dengan dua orang butler sekaligus orkestra kecil yang mengalunkan musik klasik.

Yang mengagumkan keluarga dari Jeno justru tidak menunjukkan sifat norak atau insecure berlebihan mengetahui fakta bahwa keluarga Jaemin sekaya itu. Bunda Doyoung justru terlihat biasa saja, menggandeng Jaemin dengan ceria. Apalagi Ayah Jaehyun yang dari wajahnya saja sudah menunjukkan aura ningrat, walau sebenarnya pria itu sebenarnya berstatus pengangguran yang kini membutuhkan pekerjaan.

Seo Johnny yang tersenyum ramah. Jauh dari dugaan seorang CEO besar yang biasanya beraura congkak. Sejak awal, Daddy nya itu yang menawarkan makan siang bersama karena sebegitu ingin mengenal Jeno beserta keluarganya. Begitu pula Taeyong yang masih terlihat elegan walau tak banyak bicara. Mempersilahkan mereka duduk, dimana dibiarkannya Jaemin memilih duduk di dekat Bunda Doyoung dan Jeno.

Walau pertemuan mereka hanya beberapa jam, tapi Jaemin kepalang nyaman dengan keluarga kekasihnya ini, dibanding dengan keluarganya sendiri. Bayangkan saja, baru kemarin seorang pengacara mendatangi rumah mereka untuk mengurus perceraian orang tuanya. Dimana masalah itu sudah diketahui baik oleh Jungwoo atau pun Jisung. Jaemin bahkan sudah berencana untuk mengikuti pilihan Jisung, adiknya mengenai hak asuh anak nanti. Tapi lihatlah sekarang, keberadaan orang tuanya disini ibarat sebuah mimpi, ditambah kehadiran orang tua Jeno. Jaemin mana pernah membayangkan seperti ini.

"Jaemin pasti sering merepotkan kamu yah Jen, dia memang manja sih dari dulu." Johnny memulai bicara. Tangannya dengan lihai memotong steak sementara Sang butler menuangkan wine di gelasnya.

"Nggak juga Om. Jaemin anaknya juga bisa ngerti kok." Jawab pria itu hati-hati. Bagaimana pun omongan harus diatur, walau seringnya Jeno terbiasa berbicara sopan. Tidak seperti Jaemin yang frontal.

"Justru saya yang mestinya berterima kasih, sejak kenal Jaemin anak saya Jeno ini jadi lebih banyak berekspresi. Biasanya datar terus." Sambung Bundanya langsung membuat radar Sang anak tidak nyaman.

"Bun...-

"Sama-sama....- Taeyong pun ikut menyahut berkomentar "Jaemin juga sejak kenal Jeno malah rajin belajarnya. Dari berangkat sekolah yang selalu molor malah jadi dia yang pertama bangun dari pada Daddy dan saudara-saudaranya."

Itu adalah fakta bagaimana Jaemin bisa menjadi lebih baik berkat Jeno. Pantas saja keluarga ini sangat berterima kasih padanya.

"Jaemin ini sering banget cerita kamu lho Jen." Ungkap Mom lagi, sembari menyesap wine dengan gaya elegan. "Tiap diajak liburan keluarga jawabannya selalu nolak terus. Katanya mau sama Jeno, jalan sama Jeno, gak tega ninggalin Jeno lama-lama."

"Kamu ajak anak orang kemana Jen?" Tanya Bundanya disambut rotasian anaknya.

"Gak kemana-mana kok Bunda, paling banter Jeno malah ngajak Jaemin ngedate ke perpus kota."

Jawaban polos dan jujur Jaemin itu sontak mengundang tertawaan semuanya. Hanya Jeno yang merasa dipermalukan sekarang.

"Ya bagus dong kamu bisa ketularan pinter kayak Jeno."

"Pinter apanya, botak iya."

Jaemin itu lucu, sekaligus manis dan menggemaskan. Pantas saja Bunda langsung klop dengannya. Hanya saja di depan keluarga, Jaemin sama sekali tidak pernah menunjukkan sisi yang seperti ini. Makanya baik Jhonny dan Taeyong sedikit kaget juga senang.

"Jadi gimana, mau diresmikan lebih lanjut gak kalian?" Goda Daddy-nya.

"Boleh-boleh saja sih Dad...-

"Ih ngomongnya. Harus lulus sekolah dulu, kuliah, baru kalian berdua Bunda restui buat nikah." Sahut Bundanya.

TESTPACK (Nomin) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang