Jaemin merapikan seragamnya, memperhatikan bayangan wajah manisnya lewat kaca kecil milik Haechan. Mengoleskan sedikit lipblam pada bibirnya agar tidak terlampau kering beserta parfum pada pergelangan tangan.
"Cie yang mau ketemu mertua." Goda Haechan menyenggol pelan pundak sahabatnya itu. Disusul Renjun di belakangnya.
"Niat ketemu mertua apa kondangan sih Jaem, parfum mu gak banget?" Suara Renjun mengambil botol parfum Jaemin dan memprotes betapa parahnya dia dalam memilih aroma. Tentu saja langsung direbut Jaemin paksa.
"Hei, ini parfum ada pemikatnya tahu!"
"Mau mikat Ayahnya Jeno yah, dengar-dengar dia juga gak kalah ganteng."
"Iya mau mikat Ayahnya buat dapat restu."
Kedua temannya sontak tertawa geli. Momen pertemuan wali murid ini menjadi ajang yang paling Jaemin tunggu-tunggu karena dia akan bertemu Bundanya Jeno. Sekalian Jaemin juga ingin mengucapkan terima kasih lewat masakan yang dia titipkan lewat Jeno. Itu enak sekali seenak buatan restoran.
"By the way, siapa yang datang buat wakilin kamu Jaem?"
Pertanyaan Haechan agaknya mengundang sisi sendu dari sosok Seo Jaemin. Mengingat betapa pentingnya pertemuan ini untuk membahas Ujian Nasional Kelas tiga. Wali murid wajib tahu untuk membentuk partisipasi dengan pihak sekolah demi perkembangan anak didik.
"Gak tahu." Jaemin menaikkan bahu acuh.
"Mereka beneran gak bisa diajak mediasi?"
Jaemin sudah cerita pada kedua temannya perihal keputusan Mom yang meminta cerai beserta kesalahan yang diperlakukan Daddynya. Haechan yang merasa khawatir sempat menawarkan untuk melabrak orang yang bernama Ten ramai-ramai, tapi aksi itu langsung dicegah oleh Jaemin.
"Mom beneran gak bisa buat maafin Daddy, kayaknya sebentar lagi aku juga bakal kayak kalian deh?" Curhatnya.
Haechan adalah anak korban Broken Home. Ayah dan Ibunya sudah lama bercerai, dan dari mereka masing-masing mempunyai keluarga baru membuat Haechan semakin diabaikan. Sementara Renjun adalah anak dari seorang single mother yang sampai sekarang bahkan tidak tahu ayah kandungnya. Sudah tentu mereka paham atas perasaan dirinya.
"Jaem, gak ada yang istimewa dari anak broken home." Haechan berseru lirih. Ikut sedih dengan masalah yang menimpah sahabatnya. "Tapi selama itu terjadi, kamu masih punya kita kok. Ada Jeno sama teman-temannya juga yang gak kalah peduli sama kamu."
Mereka bertika kompak berpelukan. Membuat Jaemin cukup bersyukur diberikan sahabat yang luar biasa seperti mereka. "Makasih yah, aku bersyukur banget punya kalian."
Dan punya Si kecil yang masih di dalam perut. Sambung dalam hati.
"Mau ke aula gak, siapa tahu Bunda Jeno sudah datang."
"Ayo."
Mereka bertiga kompak keluar kelas dalam waktu yang bersamaan menuju ruang aula yang dimana tempat para wali murid berkumpul. Sebelum itu mereka sudah menanyakan Jaemin perihal obat yang harus diminumnya. Sebuah kaplet penambah darah. Sejak pingsannya di Pantai minggu lalu, Jaemin beralasan dia hanya lelah dan kurang darah akibat memikirkan masalah keluarga. Padahal itu hanyalah alibi agar teman-temannya tidak curiga.
"Pada dengar bocorannya nggak, nanti Jeno bakal naik ke panggung buat menerima penghargaan murid berprestasi." Ucap Haechan yang tahu berita itu dari kekasihnya.
Jaemin pun sebenarnya sudah mengetahui tapi reaksinya biasa saja tidak selebay teman-temannya.
"Oh soal dia yang menang olimpiade sains itu yah?" Sambung Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
TESTPACK (Nomin) REPUBLISH
FanfictionPengaruh buruk dari teman-temannya membuat Jeno dan Jaemin mencoba hal baru dalam gaya berpacaran mereka. CW: missgendering, bxb