4. A Night That Never Forgets

1K 51 0
                                    

Teman-teman Jeno itu benar-benar biadap!

Sudah tahu bahwa Jaemin sedang tidur di basecamp tapi mereka justru menguncinya dari luar bersama Jeno yang sedang lengah bersama buku-bukunya. Meninggalkan mereka berdua dalam keadaan hujan deras dengan ponsel Jeno yang hampir mati. Sebelum keadaannya mati total, sebuah chat dari Mark bertuliskan 'enjoy your night and don't waste your chance! Seolah bahwa mereka memang niat merencanakan hal gila ini jauh-jauh hari.

Jaemin yang sudah terbangun, mengamati Jeno yang sedang mengotak atik lubang kunci. Tetap tidak berhasil. Ditambah Jaemin yang memang meninggalkan ponsel dalam tas kelas. Tentu saja keadaan keduanya semakin tak tertolong, bermalam disini.

"Gak usah dipikirin sayang. Lebih baik kita nikmatin saja saat-saat cudlle seperti ini?" Jaemin yang tersenyum duduk di atas kursi. Kakinya terlipat memperhatikan Jeno.

Mau ditaruh di pulau tak berpenghuni pun, asal itu dengan Jeno tidak akan jadi masalah.

"Cuddle? Tahu dari mana istilah kayak gitu?" Pertanyaan Jeno benar-benar tidak diprediksi.

"Ya emang kamu pikir aku orangnya polos banget apa?" Jaemin menggembungkan pipinya kesal. Membiarkan Jeno menghampirinya lalu mengusak surainya. Kebiasaan kalau sedang gemas.

"Sini duduk dekat aku saja." Tangannya mengapit lengan Jeno dan menyandarkan kepala pada pundak kekasihnya. Diluar sedang hujan deras dan Jaemin beringsut membawa badannya dalam rengkuhan Jeno.

"Dingin yah?"

Jaemin mengangguk. Lekas Jeno melingkarkan tangannya pada kekasihnya, memberinya kehangatan walau tidak seberapa.

"Kalau diingat-ingat, kita pacaran dua tahun, tapi bisa dihitung kamu meluk aku kayak gini berapa kali?" Ungkapnya seperti memprotes. Sekaligus sebagai keluhan dari rencana kencan yang telah batal. "Bahkan ciuman saja cuma sekali?"

"Mau?"

"Hanya mau dalam keadaan dan waktu yang tepat. Itu kan kata kamu?" Sambungnya.

"Pinter."

Hanya itu reaksi Jeno. Singkat dan tidak mau membahasnya. Padahal masing-masing dari mereka memikirkan sesuatu yang memang dalam frekuensi sama. Memeluk Jaemin seperti ini tentu membuat salah satu dalam diri Jeno bergejolak. Begitu pun Jaemin yang merasa nyaman, senang namun tertahan. Seolah sesuatu dalam dirinya menuntut untuk dikeluarkan.

"Kita emang sepolos itu apa Jen?" Tanyanya menatap serius ke dalam mata Jeno.

"Gak tahu."

Biasanya Jeno akan memberikan argumennya. Apa yang menjadi pertanyaan Jaemin selalu dijawabnya dengan mudah. Namun sadar bahwa ada yang berbeda untuk malam ini.

Keduanya lantas berpandangan. Tatapan dalam yang menginvasi dari lubuk hati saling bertalu menjerit akan sentuhan. Yang pertama adalah Jaemin. Dengan beraninya menempelkan bibir yang disambut lumatan dari bibir Jeno. Hanya sebentar, Jaemin lekas melepaskan panggutannya.

"A gift for our anniversary." Timpalnya.

Di anniversary yang pertama, mereka memang sempat berciuman. Hanya sebentar dan bisa dihitung detik. Itu pun reaksinya membuat Jaemin tak tidur semalaman. Dan di anniversary kedua mereka melakukannya lagi.

"Gak ada niat kasih aku hadiah lebih?" Pancing Jaemin.

"Kamu mau apa?"

Ah dasar Jeno tidak romantis! Tidak peka! Tidak perhatian sama sekali pada submissive. Lalu dengan cara apa lagi Jaemin memancing.

"Kamu kedinginan?" Tanyanya.

"Jen, katanya kalau kita berdua-duaan di tempat sepi, setan bakal jadi orang ketiga. Tapi sekarang aku baru tahu kalau setan itu tidak ada. Mungkin saja mereka cuti atau terlalu capek karena mempengaruhi teman-teman kita. Jadinya kita dibiarkan berdua saja."

TESTPACK (Nomin) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang