Loved, Hoped, Lost : Prologue

539 43 15
                                    

Di tengah ruangan yang begitu terang dan spotlight hanya pada seseorang yang duduk dengan anggun dan cantik di balik meja besar itu.

Beberapa kamera menyala di depannya dan merekamnya saat ia berbicara membacakan setiap kata yang tertulis di depannya sebagai tajuk berita utama malam itu.

Sebagai penutup wanita itu mengucapkan beberapa kata terakhir tepat sebelum tayangan berakhir.

Kwon Yuri, sosok wanita anggun dan cantik itu, seorang pewarta berita utama pukul sembilan malam yang sering menjadi buah bibir dengan kehidupan pribadinya yang dianggap orang lain sempurna.

"Aku akan pergi lebih dulu.", ucap wanita itu pada semua kru.

"Kerja bagus, Yuri.", ucap salah satu kru saat Yuri berdiri dari kursinya setelah tayangan berita usai.

"Ya, terima kasih. Kalian semua juga bekerja dengan baik.", sahut Yuri diikuti senyuman manisnya yang mampu menghangatkan suasana di ruangan itu.

"Mari ikut makan malam bersama kami, Yuri-ya.", ucap seorang produser yang mendekat ke arah Yuri.

"Hmm, bagaimana ini? Aku tidak makan setelah pukul enam.", tolak Yuri.

"Kau sudah cantik bahkan tanpa harus berdiet!", teriak salah satu kru yang berdiri paling belakang. Yuri pun terkekeh karenanya sambil ia berjalan ke arah pintu keluar.

"Terima kasih atas semua pujiannya, aku sangat tersanjung.", ucapnya sebelum benar-benar meninggalkan ruangan tersebut.

Tepat setelah ia menutup pintu, senyuman yang tadinya begitu manis itu telah benar-benar menghilang. Ekspresi hangat tadi kini tergantikan dengan ekspresi dingin yang tidak diperlihatkannya pada orang-orang di sana.

"Sangat merepotkan.", gumam Yuri sambil melangkahkan kakinya ke arah ruangannya.

Yuri berjalan ke mejanya untuk mengambil tasnya dan bersiap untuk segera pulang setelah semua pekerjaannya usai.

Suara ketukan hak tingginya dengan lantai terdengar sangat jelas di lorong yang hanya dilewati satu atau dua orang itu. Jadi Yuri berjalan sambil melihat ponselnya dan menuliskan pesan untuk tunangannya bahwa ia sudah selesai.

Namun karena matanya terlalu fokus pada ponselnya ia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang berjalan di arah berlawanan dengannya sehingga keduanya bertabrakan dan Yuri menjatuhkan ponselnya.

"Ups, maaf.", ucap seorang pria yang menabrak Yuri sambil mengambilkan ponsel Yuri yang rusak dengan beberapa retakan di layarnya.

Yuri mengambil dengan cepat ponselnya dan memeriksa apakah ponselnya masih menyala, tanpa melihat orang yang menabraknya itu.

"Aku akan menggantinya."

"Kau pikir aku kesal karena aku tidak mampu mengganti ponsel baru?!", balas Yuri dengan nada bicaranya yang meninggi dan akhirnya mengangkat kepalanya untuk menatap sang lawan bicara.

Pria di depannya terlihat menunjukkan senyuman miringnya membuat Yuri mengerutkan keningnya heran dan merasa pria di depannya ini sungguh bersikap aneh.

"Dasar pria gila.", sahut Yuri jengkel.

"Kau tidak ingat aku?", tanya pria itu.

"Tidak. Bisakah kau menyingkir? Aku harus pergi sekarang.", Yuri mendorong pelan pria di depannya dan melanjutkan kembali jalannya yang tertunda.

Sedangkan pria tadi terus menatapnya dengan tatapannya yang menajam dan senyuman miring di wajahnya sudah sepenuhnya menghilang.

"Kau benar-benar melupakanku, Kwon Yuri.", gumamnya.

Loved, Hoped, LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang