Suara ketukan ujung pulpen dan meja itu terus terdengar sejak pagi tadi. Asalnya dari seorang wanita yang duduk dengan kedua tatapan matanya yang kosong karena banyak hal yang sedang dipikirkannya saat ini.
"Yuri.", mendengar namanya dipanggil, Yuri berbalik dan melihat atasannya di sana dan memerintahkannya untuk ke ruangannya.
Ketika Yuri masuk, dilihatnya Jungsoo berdiri sambil menyandarkan tubuhnya ke meja dengan kedua tangannya yang terlibat di depan tubuhnya.
"Bagaimana dengan Tuan Kim? Kau sudah membicarakannya?", tanya Jungsoo yang penasaran dengan perkembangan dari apa yang diperintahkannya pada Yuri tempo hari.
"Aku belum sempat menanyakannya.", jawab Yuri.
Jungsoo terlihat menghela nafasnya sambil terlihat berpikir sehingga ada jeda yang cukup panjang dalam percakapan itu.
"Kalau begitu seperti ini saja..", Jungsoo berdiri dan berjalan ke balik mejanya dan meletakkan suatu kartu nama tepat di depan wanita itu.
Yuri dapat melihat dengan jelas nama yang tertera di sana dan kini ia terlihat memutar matanya malas dan tak mengatakan apapun pada Jungsoo.
"Kau kenal dia kan?"
"Lebih tepatnya aku hanya tahu dia.", sahut Yuri.
"Ok, akan kuanggap kau mengenalnya."
"Kandidat Oh Sangjin adalah ayahnya. Kau negosiasikan supaya dia bisa ke acara kita.", perintah Jungsoo yang Yuri yakini kali ini tidak boleh ia abaikan. Hal itu terlihat jelas dari sorot matanya yang lebih tegas.
"Akan kucob.."
"Tidak. Terakhir kali kau juga berkata seperti itu, tapi kau tak melakukan apapun. Sekarang kau harus membawanya atau aku akan mengeluarkanmu dari berita."
~
Yuri berdiri di depan tempat tinggal Sehun cukup lama. Hatinya enggan untuk berbicara dengan pria itu tapi situasinya mengharuskan ia untuk meminta bantuannya.
Setelah pertimbangan panjang, Yuri menekan bel yang ada di depannya dengan tarikan nafas panjangnya.
Di dalam Sehun sebenarnya sudah berdiri di depan pintu sejak awal Yuri di sana. Ia hanya memperhatikan gerak-gerik wanita itu melalui layar interkom di depannya.
"Kau akhirnya memakan umpan ini, Yuri.", gumamnya sebelum akhirnya berjalan ke arah pintu.
Sehun membuka pintu rumahnya dan manik mata keduanya langsung bertemu tatap dengan aura mereka masing-masing.
"Hai tetangga.", sapa Sehun memecah keheningan.
"Ada keperluan apa?", tanya Sehun dengan senyuman terbaiknya namun selama beberapa detik Yuri hanya terdiam. Berbagai pikiran kini sedang bergelud dalam otaknya hanya karena pilihan meminta bantuannya atau tidak.
Sehun menjentikan jarinya di depan wajah Yuri untuk menyadarkan wanita itu dari lamunannya.
"Tentang ayahmu, kandidat presiden Oh, apakah dia tertarik untuk tampil di berita kami?", tanya Yuri.
Bingo! Kena kau Kwon Yuri!
"Untuk itu aku tidak begitu yakin, tapi kau mau kuaturkan waktu bertemu dengannya?", jawab Sehun.
Yuri mengulum bibirnya pelan lalu akhirnya menganggukan kepalanya pelan sebagai tanda persetujuan.
"Ok, tapi..kau tahu tidak ada yang gratis di dunia ini kan, nona?", sahut Sehun lagi membuat Yuri mengangkat kepalanya dengan sebelah alisnya yang terangkat.
"Stasiun TV akan membayar waktu tam.."
"Tidak, bukan tentang itu. Tapi aku. Apa yang bisa kau berikan padaku karena telah membantumu?", sela Sehun cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loved, Hoped, Lost
FanfictionDalam suatu kisah dengan sudut pandang si baik pasti ada sosok jahat yang menganggu kehidupannya. Namun, siapa yang jahat jika kisah tersebut diceritakan pada sudut pandang si jahat? Semua orang selalu menjadi pemeran utama dalam kehidupan mereka ka...